Jumat, 30 Oktober 2020

Tentang Boikot Produk perancis

Sikap Presiden perancis emmanuel macron yang mendukung kebebasan berekspresi terkait kontroversi kartun Nabi Muhammad Shalallahu Alaihi Wassalam di negaranya dengan pernyataannya tidak akan menarik karikatur yang menghina Nabi Muhammad yang dimuat charlie hebdo dan juga menyatakan 'Islam adalah agama yang sedang mengalami krisis di seluruh dunia' menimbulkan kemarahan umat Islam di seluruh dunia.

Sebagian negara-negara di Arab memutuskan untuk melakukan boikot terhadap produk Perancis. Tidak sedikit juga perusahaan dan individu yang juga memutuskan untuk memboikot produk Perancis. Bagaimana dengan Indonesia? Indonesia secara negara tidak melakukan boikot level G-to-G (Government to Government), Pemerintah dalam hal ini ‘hanya’ melakukan kecaman terhadap pernyataan presiden perancis.

Beberapa perusahaan juga ada yang melakukan boikot level bisnis atau B-to-G (Business to Government). Terutama beberapa perusahaan di Timur Tengah seperti perusahaan Consumer Goods Wajbah Dairy dan Al Al Merra di Qatar yang menarik produk perancis dari rak-rak mereka.

Bagi saya, ketika Baginda Rosulullah Shalallahu Alaihi Wassalam,  manusia yang saya cintai bahkan lebih dari orang tua dan diri sendiri dihina dan dilecehkan maka saya perlu mengambil sikap. Sikap realistis yang bisa saya lakukan sebagai individu tentunya.

Saya tidak ingin perancis diuntungkan secara ekonomi dari umat islam setelah tindakan mereka menghina Baginda Rasul. Loh berarti saya menentang Ulil Amri dong? Tentu tidak. Sebagai warga negara saya tidak mencampuri juga tidak menentang Ulil Amri. Saya tidak menyerukan perang... Juga tidak menyatakan jihad angkat senjata... Sama sekali tidak.

Tapi sebagai individu saya bebas mengambil keputusan untuk tidak membeli produk perancis semampu saya. Seperti yang pernah saya lakukan terhadap produk kopi dari negeri paman sam karena mendukung perilaku kaum sodom. Saya berusaha untuk tidak membeli produk tersebut semampu saya sejak tahun 2016.

Bagaimana jika Anda memutuskan untuk tidak melakukan boikot? Silahkan saja itu hak Anda dan insyaAllah tidak mengapa. Karena seperti kaidah muamalah, hukum asal segala sesuatu itu dibolehkan sampai ada dalil yang melarangnya. Selama Pemegang Keputusan atau Ulama tidak mengeluarkan fatwa melarang atau mengharamkan dengan dalil yang tegas, maka membeli produk perancis adalah halal. Produk tersebut bisa jadi haram jika yang diperjual belikan adalah barang haram dan tata cara muamalahnya juga haram.

Tapi sekali lagi, kalau saya memilih untuk tidak membeli produk perancis semampu saya dan memilih membeli produk lain ya boleh juga dong. Karena ini keputusan pribadi saya sebagai individu dan konsumen.

Oh iya berikut beberapa contoh dari produk perancis ya… Chanel (kecantikan dan fashion), . Danone (makanan minuman), Garnier (kecantikan), Lacoste (fashion), Louis Vuitton (fashion), Loreal (kecantikan), Lancome (kecantikan), Peugeot (otomotif), TOTAL (migas), Yves Saint Laurent (kecantikan dan fashion), beberapa brand yang ada digambar tulisan ini, dan masih banyak lain.


Ayah Jangan Cuek

Larangan ayah hebat, selain jangan marah adalah ayah jangan menjadi pribadi yang cuek. Dimana anak tidak mendapatkan perhatian ayahnya, sehingga anak menganggap ayah tidak sayang kepadanya. Ketika ayah cuek bisa memberikan dampak yang fatal, yaitu anak mencari perhatian kepada atau dengan yang lain. Oleh karena itu, sesibuk-sibuknya ayah harus mengetahui apa yang terjadi pada anak, terkait pada hobi, sekolah, perubahan anak, dan terkait kebutuhan anak. Ayah harus mengetahui proses tumbuh kembang anak.

Ibnu Qayyim Al Jauizyah dalam kitab Tuhfatul Mudud bi Ahkamil Maulud mengatakan cuek adalah salah satu bentuk kezaliman ayah kepada anak. Sebab salah satu hal yang diinginkan anak adalah bagaimana ayah memperhatikan dirinya, terutama anak wanita. Karena salah satu kebutuhan dasar wanita adalah perhatian. Salah satu riset menyatakan jika wanita tidak mendapatkan perhatian ayahnya, baik itu berupa ungkapan sayang, pujian, ataupun apresiasi, maka dia akan berusaha mencari perhatian dari laki-laki lain. Maka jika ayah berbicara kepada wanita salah satunya yang disarankan adalah berhadap-hadapan dengannya dan mengungkapkan apresiasi atau ungkapan sayang.

Sesibuk-sibuknya ayah bisa belajar memberikan perhatian di tiga waktu yang sangat krusial. Pertama, ayah ada disaat sedih, dimana ayah belajar untuk membuat anak tidak lari kemana-mana, karena sedih adalah saat dimana anak membutuhkan sandaran jiwa, siapa yang hadir saat itu maka ialah pahlawannya atau superheronya. Kedua, memberikan perhatian ketika anak sedang sakit. Perhatian ketika anak sedang sakit bukan hanya obat atau biaya, tetapi rasa peduli dan kasih sayang juga merupakan perhatian yang dibutuhkan anak. Sebagaimana Baginda Rasulullah mencontohkan selalu menjadi orang yang pertama menjenguk ketika ada orang yang sakit. Ketiga, ayah ada disaat anak unjuk prestasi. Ayah usahakan hadir ketika anak sedang pentas atau unjuk prestasi, karena hal itu penting bagi tumbuh kembang anak sebagai bentuk apresiasi ayah kepada anak.

Kisah ayah hebat yang sibuk namun perhatian dicontohkan oleh Abdul Aziz Bin Marwan, salah satu tabiin. Abdul Aziz Bin Marwan adalah sosok sibuk yang diberikan amanah sebagai gubernur Mesir pada era Khalifah Abdul Malik Bin Marwan. Sebelum ia berangkat dari Madinah ke Mesir untuk menunaikan tugasnya sebagai gubernur, ia menyadari bahwa anaknya tidak bisa ikut ke Mesir, untuk itulah ia mencoba mencari guru yang akan mendidik anaknya, Umar Bin Abzul Aziz, guru itu adalah Syekh Sholih bin Qais. Sebelum berangkat ia berkata kepada Syekh Sholih, tolong ajarkan anak saya dua hal, ajarkan anak saya Bahasa Arab yang baik dan ajarkan anak saya untuk sholat tepat waktu. Setelah itu Sang Syekh juga diminta untuk menulis laporan perkembangan anaknya lewat surat. Dan ketika beliau di Mesir, beliau selalu menerima laporan perkembangan anaknya setiap bulannya. Padahal saat itu belum ada teknologi seperti sekarang.

Suatu hari ketika anaknya sudah abg, Abdul Aziz bin Marwan mendapatkan laporan kalau anaknya sering terlambat sholat berjamaan dan kadang suka sholat sendirian. Marahlah beliau, karena beliau tahu kalau sholat adalah hal yang sangat penting, hingga dipanggillah Syekh Sholih ke Mesir. Dan sang guru menceritakan kalau anaknya sudah abg dan rambutnya gondrong, sehingga sering menyisir rambutnya yang membuatnya terlambat sholat. Sehingga ayahnya menulis surat yang dititip ke gurunya, yang isinya memerintahkan untuk memotong rambut anaknya. Hingga Umar Bin Abdul Aziz menyatakan kepada tukang cukurnya kalau ‘ayahku memang jauh dimata tapi dekat dihati’, karena begitu perhatiannya ayahnya kepada beliau.

Semoga kita bisa menjadi ayah yang perhatian dan tidak cuek. Dan semoga kita bisa menjadi Ayah Hebat bagi anak kita dan usia psikologis anak kita lebih dewasa dibanding usia biologis anak kita.

Jumat, 23 Oktober 2020

Larangan Ayah Hebat

Salah satu tugas ayah hebat adalah mampu menjadi figur yang dicintai oleh anak dan bukan ditakuti, untuk itu ayah perlu menjadi ayah yang mampu membuat anak terkesima sehingga membuat hati anak terikat.  Karena itulah yang membuat proses pengasuhan kita lebih mudah, sebagaimana kaidah yang diajarkan para ulama,”At Ta’lif Qobla Ta’rif, At Ta’rif Qobla Taklif” mengikat hati sebelum mengenalkan, mengenalkan sebelum memberi amanah.

Ayah memiliki pantangan yang memang menjadi sesuatu yang tidak disukai oleh anak agar bisa mengikat hati, jika ayah bisa melewati pantangan ini, maka sejatinya ayah mampu membuat anak begitu dekat dengan ayah.

Pantangan tersebut adalah jangan marah. Hal ini sesuai dengan sabda Rasulullah yang mengingatkan  ayah jangan marah, ini bukan berarti menghilangkan figur ayah yang tegas. Karena menjadi tegas berbeda dengan marah. Marah yang dibolehkan adalah marah tahapan pertama, yang disebut kurhun, cirinya diantaranya lisan ayah berucap “ayah tidak suka” dengan elegan tapi hati masih tenang dan terkendali. Misalnya ketika anak kita merampas mainan adiknya, ayah bisa berkata, ”ayah tidak suka ya nak, tolong kembalikan” sambil ayah tetap tersenyum. Lalu ketika anak mengembalikan karena ketegasan ayah, ayah bisa berkata, “terimaksih ya nak”.

Selain kurhun, marah yang juga dibolehkan adalah marah tingkatan kedua yang disebut sukhtun. Sukhtun adalah kemarahan yang ayah berusaha menyampaikan ke anak, tapi saking kesalnya ayah menahannya dengan gigi geraham, sehingga membuat ekspresi ayah seperti menekan. Hal ini boleh dilakukan ketika ayah menyampaikan sesuatu yang tidak boleh dilakukan oleh anak, ayah mengingatkan kalau ini dilakukan maka anak tersebut akan berbahaya.

Sedangkan marah tingkatan ketiga dan tingkatan keempat yang biasa disebut ghadabun dan la’natun adalah marah yang dilarang. Ghadabun adalah marah dengan ciri anggota tubuh tidak terkendali sehingga desibel suara meninggi atau ekspresi wajah menyeramkan atau melakukan gerakan memukul, menendang, atau membanting. Sedangkan la’natun adalah marah dengan ciri lisan tidak terkendali sehingga mengeluarkan kata-kata buruk. Ayah yang melakukan marah tingkatan ini akan membuat anak traumatis dan membenci ayahnya. Dan yang paling bahaya, bisa membuat anak menjadi munafik.

Hal ini yang pernah disampaikan Syekh Muhammad Basir Ibrahim Al Jaziri yang mengingatkan ayah agar jangan sampai menjadi ayah yang galak dan keras karena membuat anak-anak rentan munafik. Misalnya ketika ayah sedang membaca koran dan mendengar piring jatuh, ayah yang terkenal tempramen akan spontan berkata menggelegar, “siapa tuh?!” Anak ketika mendengar ayahnya berteriak dan dia sudah punya memori yang buruk tentang ayahnya maka langsung terbayang…’wah habis nih saya’, maka secara naluriah beliau mempunyai mekanisme untuk mempertahankan dirinya dengan berkata bohong, “hmm.. kucing…”. Inilah yang membuat anak kita menjadi pribadi yang belajar berbohong karena tekanan.

Lalu bagaimana kalau ayah memiliki tabiat pemarah dan mudah tersinggung? Ayah jangan putus asa, ayah bisa tetap dicintai oleh anak asal ayah berusaha memperbaiki dirinya untuk menahan amarah. Kaidah pertama dari fathering adalah anak tidak butuh ayah yang sempurna, yang anak butuhkan adalah ayah yang terus meningkatkan kualitas dirinya.

Semoga kita bisa menjadi ayah yang tidak pemarah. Dan semoga kita bisa menjadi Ayah Hebat bagi anak kita dan usia psikologis anak kita lebih dewasa dibanding usia biologis anak kita.

Kamis, 22 Oktober 2020

Ayah Sang Kepala Sekolah

Kita sering mendengar orang mengatakan kalau Ibu adalah madrasah pertama bagi anak, sehingga menafikkan peran ayah dalam mendidik anak.. Betul.. Memang ibu adalah madrasah sang anak, tapi ayah lah kepala sekolahnya, seperti pepatah arab "Al ummu madrasatul ula, wal abu mudiruha, roisuha". Oleh karena itu tema Ayah Hebat kali ini mengangkat topik Ayah Sang Kepala Sekolah yang disampaikan oleh Ustadz Bendri Jaisyurrahman.

Peran ayah sebagai kepala sekolah juga dengan tegas dinyatakan dalam Hadits Riwayat Bukhari dan Muslim, "Masing-masing kalian adalah pemimpin, dan ia akan dimintai pertanggungjawaban tentang orang yang dipimpinnya. Renguasa adalah pemimpin bagi manusia, dan dia akan diminta pertanggungjawaban tentang mereka. Seorang laki-laki adalah pemimpin bagi keluarganya dan dia akan diminta pertanggungjawaban tentang mereka..."

Kepala sekolah memang jarang berinteraksi dengan anak, tetapi kualitas sebuah sekolah tergantung dari kepala sekolahnya. Oleh karena itu ayah sebagai kepala sekolah jangan hanya menyalahkan tapi perlu menjalankan perannya. Seorang ayah kepala sekolah harus membekali diri dengan empat fungsi kepala sekolah.

Fungsi pertama, ayah punya tugas menyamankan sekolah. Ayah perlu untuk membahagiakan sekolah atau madrasah, yaitu ibu. Sulit bagi ibu membuat anak betah di sisinya jika ia tak mendapatkan dukungan. Sehingga, menjadi mudah stress, tertekan, hanyut dalam perasaannya sendiri, merasa lelah, bosan, dan lainnya. Dalam Surat Al A’raf ayat 58 Allah berfirman,

وَالْبَلَدُ الطَّيِّبُ يَخْرُجُ نَبَاتُهٗ بِاِذْنِ رَبِّهٖۚ وَالَّذِيْ خَبُثَ لَا يَخْرُجُ اِلَّا نَكِدًاۗ

Dan tanah yang baik, tanaman-tanamannya tumbuh subur dengan izin Tuhan; dan tanah yang buruk, tanaman-tanamannya yang tumbuh merana…

Tanah yang dimaksud disini adalah Ibu, sebagaimana firman Allah Subhanahu Wa Ta’ala dalam surat Al Baqarah ayat 223,

نِسَاۤؤُكُمْ حَرْثٌ لَّكُمْ ۖ فَأْتُوْا حَرْثَكُمْ اَنّٰى شِئْتُمْ ۖ

Istri-istrimu adalah ladang bagimu…

Ayah membantu ibu mendapatkan kebutuhan psikologisnya. Misalnya, ayah harus memberikan ruang bagi ibu untuk berbicara mengeluarkan isi hati dan pikirannya. Sebuah penelitian menyebutkan, wanita yang sehat jiwanya minimal mengeluarkan 20.000 kata per hari. Seperti yang dicontohkan Rasulullah yang dikisahkan Ibnu Abbas dalam Hadits Bukhari, "Aku menginap di rumah bibiku Maimunah (istri Rasulullah), maka Rasulullah berbincang-bincang dengan istrinya (Maimunah) beberapa lama kemudian beliau tidur".

Ayah jangan mengecilkan peran ibu dengan misalnya membandingkan ibu dengan guru disekolah. Ibu yang jiwanya sehat insya Allah mampu menjalankan tugasnya sebagai madrasah terbaik bagi anak-anaknya.

Fungsi kedua, ayah harus merumuskan visi dan misi. Dan ini harus ayah pahami, salah satu yang harus ayah lakukan menurut Bunda Elly Risman adalah menentukan Garis-garis Besar Haluan Keluarga (GBHK). Maksudnya ayah harus merumuskan garis-garis besar pengasuhan dan pendidikan di rumah agar istri bisa mendidik sesuai tujuan. Garis-garis besar pengasuhan dan pendidikan inilah yang tertuang dalam visi misi. Mengasuh anak tak bisa pasrah mengikuti aliran air, sebab air bisa mengalir ke sungai dan juga bisa mengalir ke tempat pembuangan.

Belajar dari Nabi Ibrahim, meski ia berada di Palestina sedangkan istri dan anaknya di kota Makkah, tapi Nabi Ibrahim telah merumuskan visi dan misi pendidikan anaknya. Semua ini tertuang dalam doa yang terangkai dalam al-Qur’an Surah Ibrahim (14) ayat 35–37.

وَاِذْ قَالَ اِبْرٰهِيْمُ رَبِّ اجْعَلْ هٰذَا الْبَلَدَ اٰمِنًا وَّاجْنُبْنِيْ وَبَنِيَّ اَنْ نَّعْبُدَ الْاَصْنَامَ ۗ رَبِّ اِنَّهُنَّ اَضْلَلْنَ كَثِيْرًا مِّنَ النَّاسِۚ فَمَنْ تَبِعَنِيْ فَاِنَّهٗ مِنِّيْۚ وَمَنْ عَصَانِيْ فَاِنَّكَ غَفُوْرٌ رَّحِيْمٌ رَبَّنَآ اِنِّيْٓ اَسْكَنْتُ مِنْ ذُرِّيَّتِيْ بِوَادٍ غَيْرِ ذِيْ زَرْعٍ عِنْدَ بَيْتِكَ الْمُحَرَّمِۙ رَبَّنَا لِيُقِيْمُوا الصَّلٰوةَ فَاجْعَلْ اَفْـِٕدَةً مِّنَ النَّاسِ تَهْوِيْٓ اِلَيْهِمْ وَارْزُقْهُمْ مِّنَ الثَّمَرٰتِ لَعَلَّهُمْ يَشْكُرُوْنَ

Dan (ingatlah), ketika Ibrahim berdoa, “Ya Tuhan, jadikanlah negeri ini (Mekah), negeri yang aman, dan jauhkanlah aku beserta anak cucuku agar tidak menyembah berhala. Ya Tuhan, berhala-berhala itu telah menyesatkan banyak dari manusia. Barangsiapa mengikutiku, maka orang itu termasuk golonganku, dan barang-siapa mendurhakaiku, maka Engkau Maha Pengampun, Maha Penyayang. Ya Tuhan, sesungguhnya aku telah menempatkan sebagian keturunanku di lembah yang tidak mempunyai tanam-tanaman di dekat rumah Engkau (Baitullah) yang dihormati, ya Tuhan (yang demikian itu) agar mereka melaksanakan salat, maka jadikanlah hati sebagian manusia cenderung kepada mereka dan berilah mereka rezeki dari buah-buahan, mudah-mudahan mereka bersyukur.

Berdasarkan ayat di atas, setidaknya ada 4 visi Nabi Ibrahim sebagai ayah dalam mendidik anak, yakni menguatkan aqidah, membiasakan ibadah, menanamkan akhlak, dan menguasai skill entrepreneur  (wirausaha).

Fungsi ketiga, ayah harus melakukan evaluasi. Jadi ayah jangan bosan melakukan evaluasi berdasarkan visi misi yang dibuat sebelumnya. Sebagaimana dikisahkan dalam Al Quran, bagaimana Nabi Yakub mengevaluasi anaknya yang tertuang dalam Surat Albaqarah ayat 133,

اَمْ كُنْتُمْ شُهَدَاۤءَ اِذْ حَضَرَ يَعْقُوْبَ الْمَوْتُۙ اِذْ قَالَ لِبَنِيْهِ مَا تَعْبُدُوْنَ مِنْۢ بَعْدِيْۗ قَالُوْا نَعْبُدُ اِلٰهَكَ وَاِلٰهَ اٰبَاۤىِٕكَ اِبْرٰهٖمَ وَاِسْمٰعِيْلَ وَاِسْحٰقَ اِلٰهًا وَّاحِدًاۚ وَنَحْنُ لَهٗ مُسْلِمُوْنَ

Apakah kamu menjadi saksi saat maut akan menjemput Yakub, ketika dia berkata kepada anak-anaknya, “Apa yang kamu sembah sepeninggalku?” Mereka menjawab, “Kami akan menyembah Tuhanmu dan Tuhan nenek moyangmu yaitu Ibrahim, Ismail dan Ishak, (yaitu) Tuhan Yang Maha Esa dan kami (hanya) berserah diri kepada-Nya.”

Nabi Yakub tidak menanyakan tentang pekerjaan atau usaha yang sedang dijalankan anaknya, juga tidak menanyakan urusan dunia lainnya, melainkan Nabi Yakub menanyakan urusan akidah ke anaknya.

Dari kisah Nabi Yakub diatas, maka ayah perlu untuk sering berbicara dengan anak agar ayah bisa mengevaluasi pengasuhan yang sudah kita jalankan. Jika mereka jarang membicarakan masalah agama, itu tandanya pengasuhan belum sesuai misi dan visi. Ayah perlu untuk duduk bersama ibu untuk memperbaiki lagi pengasuhan yang ada berdasarkan evaluasi yang dilakukan agar visi misa yang dibuat bisa tercapai.

Fungsi keempat, ayah harus menegakkan aturan. Maksudnya ayah yang memastikan bahwa aturan tegak di rumah, bukan ibu. Sebagaimana Lukman menegakkan aturan dalam menasihati anaknya dalam Quran Surat Lukman yang dimulai dari ayat 12, agar anaknya tidak musyrik kepada Allah, memegang teguh ketauhidan, mendirikan shalat, keberanian memerintah kepada kebaikan, memiliki keberanian mencegah kemungkaran, bersabar terhadap musibah yang menimpa, tidak bersikap sombong kepada orang lain, tidak angkuh dalam menjalani hidup, menyederhanakan cara berjalan, dan melunakkan suara.

Jadi ayah jangan membiarkan ibu menegakkan aturan. Ayah harus menunjukkan otoritas dan ketegasan. Tentu saja, ketegasan tersebut harus diimbangi dengan kelembutan dan kebaikan. Karena kalau ibu menegakkan aturan, ibu kehilangan fitrah kasih sayangnya yang bisa membuat anak merasa tidak nyaman dan tidak betah dirumah.

Semoga kita bisa menjadi kepala sekolah terbaik bagi anak-anak kita semua. Dan semoga anak kita menjadi anak yang memiliki usia psikologis lebih dewasa dibanding usia biologisnya.

Rabu, 21 Oktober 2020

Ayah Ajarkan Empati Pada Anak

Tema keempat belas dalam serial ayah hebat mengangkat topik Ayah Ajarkan Empati Pada Anak. Karakter empati disebutkan dalam Surat Ali Imran ayat 133-134 sebagai sifat dari orang-orang yang bertakwa

"Dan bersegeralah kamu mencari ampunan dari Tuhanmu dan mendapatkan surga yang luasnya seluas langit dan bumi yang disediakan bagi orang-orang yang bertakwa, (yaitu) orang yang berinfak, baik di waktu lapang maupun sempit, dan orang-orang yang menahan amarahnya dan memaafkan (kesalahan) orang lain. Dan Allah mencintai orang yang berbuat kebaikan..."

Ayat diatas menunjukkan bahwa saking berempatinya orang yang bertakwa, sedekahnya tidak hanya disaat lapang, akan tetapi juga disaat sempit. Efek sifat empati memiliki pengaruh terhadap sifat yang lain, yaitu dia mampu menahan amarah dan mampu memaafkan kesalahan orang lain.

Empati adalah tugas utama ayah dan ibu terutama ketika anak berusia 0 – 7 tahun, apakah itu lewat cerita atau melalui contoh dan tindakan, karena usia 0 – 7 tahun adalah usia menerima tanpa argumentasi. Kenapa kita kadang melihat empati tidak terbangun pada diri anak kita? Karena kita tidak mencoba menanamkannya kepada anak kita, mulailah membangun ruang empati kepada anak kita, khususnya di masa pandemi sekarang ini.

Penghalang empati ada dua, eksternal dan internal. Penghalang eksternal untuk saat ini yang paling besar adalah medsos dan gadget, tidak ada satupun penggiat parenting yang tidak setuju dengan ini. Sedangkan penghalang internal adalah pola asuh.

Kenapa kita harus fokus menumbuhkan rasa empati kepada anak? Empati merupakan barang mahal yang terdapat didalam diri anak kita. Empati adalah bintang cahaya yang terdapat dihati anak kita dan sejatinya anak kita sebenarnya memiliki fitrah empati ini.

Tahapan empati sendiri dimulai dari empati umum atau anak merasakan seluruh dunia adalah dirinya. Misalnya ketika bayi baru lahir dan mendengar bayi lain menangis, biasanya ia akan ikut menangis. Lalu ketika anak berusia 1-4 tahun, anak akan merasakan empati egosentris. Lalu berubah menjadi empati emosional yang biasa dialami anak usia TK dan SD, empati yang terbangun secara emosional. Sehingga apapun yang membuat sisi emosionalnya tersentuh pasti akan mempengaruhi empatinya. Misalnya ketika kita menceritakan sesuatu sambal menangis, seringkali anak diusia ini ikut menangis juga. Disela-sela usia SD, disekitar usia 7-8 tahun, anak juga mengalami empati kognisi, yaitu dia mau mengalami empati tersebut berdasarkan akal pikirannya, jika tidak menguntungkan dia tidak akan melakukannya. Yang terakhir adalah empati abstrak yang dialami anak usia baligh. Misalnya ketika kita ingin menceritakan tentang anak palestina yang menderita kelaparan atau supir ojol yang kesulitan makan, itu pas untuk anak usia baligh, akan tetapi tidak pas untuk usia dibawahnya. Anak yang paling hebat untuk dilatih empati adalah anak diusia 10-12 tahun, karena empati abstraknya sangat berkembang, sehingga akan menyimpan rasa empati dengan waktu yang sangat panjang.

Langkah pertama dalam mengenalkan empati kepada anak dimulai dari mengenalkan dan memperbanyak kosa rasa dan kosa empati kepada anak. Caranya pertama adalah dengan sering-sering menanyakan perasaan yang dirasakan oleh anak dalam banyak situasi, misalnya ketika melihat pengemis dijalan, ayah bisa menanyakan,”bagaimana perasaaanmu nak?” atau ketika ayah melihat bundanya sedang mengerjakan pekerjaan rumah tangga capeknya luar biasa, ayah bisa mengatakan,”kamu lihat deh wajah bunda, bunda pasti lelah ya..”. Kalau anak sudah memiliki banyak kosa rasa, anak pasti akan semakin memiliki tanggung jawab dan empati. Ketika anak sudah terbangun empati nya, maka kita tinggal merebutnya sambal mengatakan,”Ayo kita bantu bunda nak”. Ada tiga waktu bening untuk bisa menanyakan perasaan kepada anak, yaitu waktu bangun pagi, waktu dalam keadaan sedih dan bahagia, dan waktu dimalam hari.

Cara kedua dalam mengenalkan kosa rasa adalah mengenalkan alphabet perasaan kepada anak kita. Misalnya kita membuat permainan dengan anak kita dengan menyebutkan perasaan yang dimulai dengan huruf a hingga huruf z. Seperti kata Daniel Coleman, mengenal rasa adalah pintu gerbang pertama anak.

Cara ketiga dalam mengenalkan kosa rasa adalah melalui metode ceritakan bersama, ayah bercerita anak menebak. Didalam cerita ayah anak menebak ada banyak perasaan atau tidak.

Langkah kedua dalam melatih empati kepada anak adalah melalui melatih kepekaan. Yang pertama dalam melatih kepekaan adalah ketika anak berbuat baik jangan ditunda untuk memuji, respon segera. Yang kedua,tunjukkan efek dari perbuatan baik anak, baik verbal maupun non verbal.

Langkah ketiga dalam melatih empati kepada anak adalah dengan memahami empati sesuai tahapan perkembangan empati seperti disebutkan diatas yang dimulai dari empati umum, empati egosentris, empati emosional, empati kognisi, dan empati abstrak.

Semoga kita bisa menanamkan empati dengan baik dan benar kepada anak kita dan anak kita memiliki empati yang baik juga. Dan semoga kita bisa menjadi Ayah Hebat bagi anak kita dan usia psikologis anak kita lebih dewasa dibanding usia biologis anak kita.

Selasa, 20 Oktober 2020

Ayah Ada Ayah Tiada

Ayah hebat dan ayah juara bukanlah ayah yang bisa komunikasi dengan dunia luar terlebih dahulu, tapi ayah yang bisa berkomunikasi dengan dirinya terlebih dahulu, dia bisa berdamai dengan dirinya.

Tema ketiga belas dalam serial ayah hebat kali ini mengangkat topik Ayah Ada Ayah Tiada. Diambil dari buku ayah ada ayah tiada yang disunting Ayah Irwan Rinaldi. Puisi di buku ini ditulis sepenuhnya oleh anak-anak yang mengkisahkan suara hati anak-anak. Banyak sekali pelajaran yang bisa saya ambil dari kisah ini.

 

Ayah Kemana ?

Kantukku telah tiba  |  Ayah dan bunda ada dimana  |  Aku ingin kita bertatap muka  |  Kenapa setiap hari begini saja  |  Kantukku telah tiba  |  Aku kembali bertanya  |  Kenapa aku dibiarkan tidur sendiri saja  |  Padahal Aku ingin berbagi cerita  |  Kantukku telah tiba  |  Tempat tidur yang sepi tanpa cinta  |  Selimut yang dingin tanpa kata-kata  |  Bantal dan guling tak bisa bicara  |  Ayah Bunda entah kemana

Waktu menjelang tidur memang menjadi momen yang luar biasa dalam teori fathering. Beberapa ahli fathering ada yang mengatakan ada 2 momen dalam hidup anakmu sesibuk apapun kamu jangan sia-siakan momen ini, momen pertama adalah momen ketika anak baru bangun tidur, momen kedua adalah momen menjelang tidur. Bahkan saking pentingnya, dua waktu tersebut sebaiknya tidaklah teralu sering didelegasikan kepada pihak lain, terutama anak-anak usia dini. Ketika anak mau tidur, sebaiknya ayah memeriksa tingkah laku apa saja yang dilakukan anak-anaknya seharian. Biasanya anak-anak akan melaporkan dua jenis saja: tingkah laku yang paling buruk dan yang paling baik. Kalau buruk maka ayah membenarkannya, kalau baik maka kuatkanlah hingga tertanam pada pikiran anak-anak.

 

Tetap Sendiri

Aku lihat bulan di sela jendela  |  Aku lihat bulan begitu indahnya  |  Aku bayangkan andai bulan adalah ayahku  |  Aku khayalkan andai bulan adalah bundaku  |  Pastilah aku tidak sendiri jelang tidur ini  |  Pastilah kami terus berbagi  |  Pastilah kami saling memeluk mesra  |  Pastilah kami saling mencium penuh cinta   |  Tapi aku tetap sendiri saja   |  Tak bisa bicara tak dapat bercerita  |  Tak bisa mengungkapkan suka  |  Tak bisa juga menangis karena duka

Ada banyak hal yang mau diceritakan atau ditanyakan anak-anak menjelang tidurnya. Tentang dunia seharian yang dia lalui atau tentang banyak peristiwa yang sebenarnya adalah mata pelajaran sekolah kehidupan sesungguhnya. Semuanya itu membutuhkan ayah atau ibu yang dapat menggiring mereka pada sebuah kesimpulan yang akan mereka bawa ke dalam tidur dalam. Hanya ayah atau ibu yang bisa melakukannya. Bukan orang lain!

 

Aku Bermimpi

Negeri yang indah alangkah luar biasa  |  Awan-awan bersusun dimana-mana  |  Semua penduduk tersenyum ceria  |  Kami saling tegur sapa  |  Tak peduli tua dan muda  |  Aku berlari ke sebuah “PERPUSTAKAAN”  |  Seorang ibu berwajah manis sambutku penuh persahabatan  |  Aku dibawa berkeliling mencari buku-buku yang jutaan  |  Sejuta anak-anak yang asyik membaca sambil tiduran  |  Aku berlari ke sebuah “TAMAN BERMAIN”  |  Aku lihat para ayah dan anak asyik bermain  |  Berguling melompat berteriak tawa bersama  |  Aku lihat para ayah dan anak saling bercanda  |  Saling mendorong tercebur ke kolam bunga  |  Entah jam berapa  |  Aku lalu terbangun dan terjaga  |  Aku duduk melihat sekeliling  |  Tapi semuanya hening  |  Aku terus bertanya-tanya  |  Apakah aku memang pernah merasa bahagia  |   Apakah aku memang pernah bermain bersama  |  Sampai tercebur segala  |  Ah, ternyata aku hanya bermimpi saja

Anak-anak membutuhkan dua hal penting dari ayahnya. Peran dan tokoh. Psikologis dan fisik. Kehadiran ayah bersama mereka di rumah atau di luar rumah haruslah duaduanya. Tak boleh hanya hadir fisik tapi psikologis tidak. Atau sebaliknya. Saking anakanak menginginkan itu dalam hidupnya , maka tak heranlah akan kebawa-bawa dalam mimpi-mimpi mereka.

 

Ayah Ternyata Masih Bangun

Aku rasa perut bawahku semakin penuh  |  Ingin buang air kecil sendiri tanpa mengeluh  |  Ketika menuju kamar mandi  |  Aku harus lewat ruang tengah yang ternyata nyala televisi  |  Aku terkejut melihat ayah  |  Sedang asyik menonton pertandingan bola yang meriah  |  Di tempat tidur aku terus termenung  |  Duduk diam sambil merenung  |  Kenapa ayah senang menonton bola  |  Kenapa ayah tak menemaniku jelang tidur walau hanya semenit saja

Ada berbagai tipe ayah. Ada ayah dengan tipe dokter sok tahu yang sukanya menganalisa dan menentukan jenis penyakit tanpa mengetahui lebih dahulu sebabsebab sakit itu sendiri. Ada tipe ayah penjaga kuburan, sukanya menawarkan doa saja tanpa peduli apakah doa-doa atau nasehat-nasehat tersebut bermakna bagi anakanaknya. Nah, tipe yang paling berbahaya untuk perkembangan anak-anak kita adalah ayah bertipe calo. Ayah ini amat gemar memberikan nasehat atau arahan kebaikan tapi beliau sendiri tidak mau melakukannya.

 

Kenapa Harus Begini?

Subuh datang juga  |  Kita diminta siap-siap untuk bangun segera  |  Karena saatnya belajar menghormati Tuhan Yang Kuasa  |  Karena saatnya belajar untuk tidak tidur selamanya  |  Subuh datang juga  |  Tapi kami anak-anak susah membuka mata  |  Seperti ada lem saja Kuat merekat maunya merem saja  |  Subuh datang juga  |  Tapi kenapa kami dibangunkan secara paksa  |  Badan digoncang-goncang  |  Tangan dan kaki diregang-regang  |  Subuh datang juga  |  Tapi kenapa tak ada sapa mesra  |  Tapi kenapa tak ada peluk orang tua  |  Semua tergesa-gesa  |  Bagi ibu lebih penting dapur  |  Bagi ayah lebih penting segera ke kantor  |  Ih, kenapa harus begini?

Kadangkala kita memaksakan ‘ukuran sepatu’ kita kepada anak-anak. Padahal untuk mengajarkan sesuatu kepada anak tidak bisa dilakukan dengan paksaan, anak butuh rangkulan, kata-kata lembut, dan  atau kesepakatan yang baik. Kata beberapa ahli fathering, urusan pagi hari disepakati malam hari dengan tutur kata dan cara yang lembut.

 

Tenang Ayah, Aku Pasti Bangun

Aku heran apa ayah tidak pernah kecil dulunya  |  Tak pernah merasa beratnya bangun pagi  |  Aku heran apa ayah langsung besar saja  |  Tak pernah merasa sakit kepala kalau bangun pagi  |  Tenang ayah, aku pasti bangun  |  Tapi izinkan aku duduk dulu  |  Tenang ayah, aku pasti bangun  |  Tapi izinkan aku bernafas dulu

Persoalan bangun pagi adalah persoalan sederhana tapi kadang berakhir dengan menyakitkan bagi anak-anak. Sering bangun pagi yang harusnya ceria menjadi ajang cercaan, makian, tudingan bahkan pukulan, cubitan dan yang lebih parah dari itu. Jadi bagaimana sebaiknya cara bangun pagi agar anak-anak kita tetap ceria? Pertama, bangunkanlah anak-anak kita selalu tak lepas dari kalimat-kalimat baik. Alangkah lebih baik kalau dengan menyebut nama-nama Allah dan rasulNya. Kedua, cara membangunkan anak-anak sebaiknya disepakati terlebih dahulu dengan anak-anak sebelum mereka tidur. Hindarilah membangunkan anak-anak dengan sekehendak hati ayah saja.

 

Makanan Jadi Pahit

Setiap sarapan selalu tegang   |  Aku tunduk tak berani memandang  |  Ayah mengawasi dengan garang  |  Tak boleh itu tak boleh ini  |  Makan harus seperti Nabi  |  Diam pandangan hanya pada nasi  |  Setiap sarapan makanan selalu pahit  |  Seolah kerongkongan jadi sempit  |  Masuk nasi sedikit-sedikit  |  Setiap menelan selalu sakit  |  Aku ingat cerita teman  |  Sarapan di rumahnya penuh ceria  |  Ayahnya menemani sambil guyonan  |  Makanan terasa manis semua

Sering para ayah tidak tahu seperti apa komunikasi yang dipakai ketika bersama anakanak di pagi hari. Kesibukan dan dikejar-kejar waktu membuat para ayah menjadikan kebersamaan dengan anak-anak di pagi hari berlangsung seperti bursa efek. Semua bicara semua bergerak tapi tidak saling nyambung. Wahai para ayah, pertemuan singkat kita dengan anak-anak sebaiknya tidak ‘disambi” dengan kegiatan lain seperti terima telepon atau sejenisnya. Hindarilah membuat komunikasi yang menyudutkan, mencerca, menjebak dan lainnya.

 

Peluk Aku, Ayah

Aku siap berangkat sekolah  |  Pakai seragam alangkah gagah  |  Aku berdiri di depan pintu  |  Pastilah ayah yang kutunggu  |  Pasti ayah senang melihatku  |  Anaknya yang hebat   |  Tapi air mata keluar dari mataku  |  Ayah hanya tersenyum kaku  |  Tidak memelukku  |  Apalagi menciumku  |  Aku siap berangkat sekolah  |  Jalan kaki tapi terasa goyah  |  Semangat terus melemah  |  Melihat cara-cara ayah

Anak ingin memberikan yang terbaik kepada laki-laki dewasa yang Allah amanahkan menjadi ayahnya. Kepada seorang laki-laki dewasa yang ingin dia taati dan kagumi. Anak-anak ingin berpamitan kepada ayahnya. Anak-anak ingin mencium tangan ayahnya secara khusu’ karena anak-anak tahu persis bahwa mereka akan berpisah dengan ayahnya berjam-jam lamanya. Namun sayangnya, prosesi perpisahan pagi hari bagi para sebagian ayah bukanlah momen penting. Ketika bersalaman atau pamitan, kadang sang ayah hanya sekedar memberikan tangan saja tapi tak memberikan pandangan mata. Kadang para ayah sambil memainkan telpon genggam dan sejenisnya. Sehingga anak-anak mendapatkan ayahnya ada secara fisik tapi tidak ada secara psikologis.

 

Pemulung Dan Anaknya

Seorang ayah pemulung  |  Seorang anak pemulung  |  Aku lihat sedang bercanda  |  Aku lihat sedang tertawa  |  Seorang ayah pemulung   |  Seorang anak pemulung  |  Kejar-kejaran lompat-lompatan  |  Guling-gulingan tonjok-tonjokan  |  Aku malas ke sekolah  |  Aku ingin melihat ini saja  |  Aku malas ke sekolah  |  Aku mau jadi anak pemulung saja

Peran dan tokoh keayahan di luar rumah dan luar sekolah bagi anak-anak sekarang juga menjadi barang langka. Orang-orang dewasa serta fasilitas umum biasanya tidak banyak berpihak kepada anak-anak kita. Namun pastilah keadaan atau momen yang masih berkesan bagi anak-anak kita. Momen tersebut tidak akan bermakna andai ayah tidak melakukan sharing dengan anak-anak. Bisa dilakukan ketika pulang kerja, makan malam, kerjakan PR bersama atau jelang tidur.

 

Jangan Tanya PR Terus

Aku heran ama orang dewasa  |  Terutama ayah dan bunda  |  Kenapa setiap aku pulang  |  Bertanya PR dan PR saja  |  Hanya Bi Imah yang tersenyum dan bercanda  |  Tak pernah tanya PR segala  |  Disiapkannya makan siang enak rasanya  |  Lalu ditemaninya sambil berteka teki pula  |  Setelah baju kuganti dengan segera  |  Bertemu ayah di dekat meja  |  Kembali bertanya kapan PR dikerjakan  |  Kembali memaksa PR harus dikerjakan  |  Ketika duduk di ruang tamu  |  Istirahat sebentar mendengar lagu  |  Datang bunda berseru-seru  |  Kapan kerjakan PRnya kok dengar lagu melulu  |  Aku heran ama orang dewasa  |  Terutama ayah dan bunda

Ketika anak pulang sekolah jangan tanyakan dahulu urusan leher keatas, tanyakan urusan leher kebawah atau sentuh hatinya. Misalnya ayah bisa tanyakan bagaimana abang, bahagia tidak hari ini disekolah dan lainnya.

 

Andai Imam Bonjol Tahu Ini bagian terberat menjadi anak

Selesai makan malam harus bikin PR pula  |  Maunya kita bisa tidur enak  |  Tapi orang dewasa mengawasi seperti srigala  |  Aku pegang buku Ayah duduk di depanku  |  Buku sejarah tentang pahlawan  |  Manusia hebat suka berkorban  |  Ayah tersenyum penuh bangga   |  Lihat aku mulai membaca  |  Buku sejarah aku buka  |  Tepat tentang Imam Bonjol pahlawan luar biasa  |  Imam Bonjol pahlawan kita  |  Baju dan sorbannya mirip Aa Gym rupanya  |  Bedanya Imam Bonjol senang berperang  |  Aa Gym senang berdendang  |  Aku tebak, Imam Bonjol pastilah bijaksana  |  Suka mendengar curhat anak-anak juga  |  Sambil berbisik aku berkata “Wahai Imam aku sedang berduka”  |  Kulihat ayah semakin bangga  |  Kulihat Imam senyum bibirnya  |  Dia mengangguk mau bicara “Tapi berbisik saja biar ayahmu tak marah,” katanya  |  “Kenapa kau berduka?” tanyanya  |  Belajar malam alangkah beratnya  |  Perut kenyang mata mengantuk  |  Kepala berat pengen menggaruk  |  Imam tertawa mendengarnya  |  Dia pusing tak tahu bilang apa  |  “Ha... haa kita berbeda,” katanya  |  “Waktu kecil aku tak ada PR segala”  |  Ayah tampaknya mulai curiga  |  Aku bicara seperti orang gila  |  “Eh, kamu belajar apa becanda?”  |  “Nanti besar mau jadi apa?”  |  Aku heran semakin heran  |  Kenapa kita belajar tidak boleh sambil becanda  |  Apakah becanda tidak akan jadi siapa-siapa  |  Sedangkan Imam saja suka becanda rupanya

Obsesi entah jenis apa yang diidap oleh sebagian orangtua, terutama ayah, sehingga membuat hidup anaknya hampir sebagian besar adalah stimulan akademis. Sehingga tiada hari tanpa belajar akademis. Termasuklah setelah makan malam. Lebih hebatnya lagi adalah anak-anak harus belajar dengan sekian banyak peraturan yang dikeluarkan secara sepihak oleh orang tua.

 

Terus terang kisah yang ditulis anak-anak diatas membuat saya tertampar sebagai seorang ayah yang masih jauh dari sempurna dan masih belajar. Semoga kita bisa menjadi ayah yang benar-benar hadir dalam kehidupan anak kita dan semoga kita bisa menjadi Ayah Hebat bagi anak kita dan usia psikologis anak kita lebih dewasa dibanding usia biologis anak kita.


Senin, 19 Oktober 2020

Empat Hal Agar Ayah Juara

Tema kedua belas dalam serial ayah hebat kali ini mengangkat topik Empat Hal Agar Ayah Juara. Meskipun mungkin bukan hanya empat hal saja yang bisa membuat ayah menjadi juara dimata anak-anak, akan tetapi setidaknya empat hal dibawah ini jika ayah bisa praktekkan, bisa membuat ayah menjadi ayah juara dimata anak ayah.

Pertama, have fun. Kondisi rumah sangat tergantung pada ayah atau kepala keluarga. Ayah sebagai traffic light dirumah yang mengendalikan rumah menjadi warna merah atau hijau. Jadi kalau ayah membawa suasana mencekam ke dalam rumah, maka seisi rumah menjadi mencekam, begitupun kalau ayah membawa suasana bahagia kedalam rumah, maka seisi rumah akan senang. Jadi ayah harus have fun di rumah, karena have fun salah satunya akan menghindari ayah dari depresi. Kalau ayah depresi, maka suasana rumah akan seperti lampu merah dan lampu kuning dalam lampu lalu lintas. Seisi rumah tidak bergerak dan takut melakukan aktifitas. Have fun dengan anak perlu disesuaikan dengan tahap perkembangan anak.

Kedua, stop jaim. Ketaatan, kewibawaan, rasa hormat, dan rasa cinta seorang anak dibangun dari kekaguman anak kepada ayah. Seperti bagaimana Nabi Ismail memanggil yaa abati kepada Nabi Ibrahim, karena kekaguman Nabi Ismail kepada Nabi Ibrahim. Untuk itu ketika ayah sedang berinteraksi dengan anak, ayah harus buang jauh-jauh rasa jaim ayah. Salah satu cara ayah bisa membuang jaim dengan anak adalah dengan melakukan travelling atau perjalanan bersama dengan anak atau melakukan cooking with father dengan membuat menu dengan cara yang menyenangkan dan unik bagi anak atau cara lainnya yang membuat ayah bisa berinteraksi lepas dengan anak.

Ketiga, kuatkan branding seorang ayah. Jika selama ini banyak peran ayah yang anak tidak tahu, maka sekarang adalah waktunya bagi ayah untuk menguatkan branding peran ayah kepada anak. Misalnya branding otoritas ayah. Untuk itu ayah harus mempelajari, mengenal, menjalankan, dan menjaga branding peran ayah sesuai dengan kelompok usia anak.

Keempat, bangun suasana spiritualitas. Ayah harus menjadi imam. Ayah menjalankan hal-hal spiritual dengan anak-anak dan ayah menjadi imamnya. Mulai dari sholat wajib hingga sholat sunnah. Mulai dari hal-hal yang diwajibkan hingga hal-hal yang disunnahkan.

Semoga kita bisa menjadi ayah juara bagi anak kita dan semoga kita bisa menjadi Ayah Hebat bagi anak kita dan usia psikologis anak kita lebih dewasa dibanding usia biologis anak kita.

Minggu, 18 Oktober 2020

Ayah, Yuk Berkisah bersama Anak

Tema kesebelas dalam serial ayah hebat kali ini mengangkat topik Ayah, Yuk Berkisah bersama Anak. Kenapa ayah harus bercerita? Setidaknya ada 3 alasan ayah harus berkisah kepada anak. Pertama, ayah harus bercerita karena ayah segalanya bagi anak. Kedua, ayah harus bercerita karena ayah tokoh karakter. Ketiga, ayah harus bercerita karena ayah merupakan tokoh membangun harga diri anak.

Cara terbaik dalam berkisah kepada anak paling tidak ada 4. Pertama, siapkan diri ayah untuk berkomitmen bahwa ayah akan bercerita ke anak-anak dan menjadi pencerita terbaik bagi anak-anak, lakukan secara konsisten. Kedua, ayah perlu untuk mengenal dan memahami tahap perkembangan anak. Contoh tahap perkembangan anak bisa dilihat di postingan ini. Ketiga, berkisah bersama, bukan berkisah dengan. Bedanya adalah jika berkisah dengan anak fokusnya terletak pada ayah, yang menghayati hanya ayah, sedangkan anak tidak mengerti dan tidak ada interaksi. Berkisah bersama anak yang mendapat insight adalah anaknya, ada interaksi dengan anak dalam berkisah, dan anak diberikan porsi yang cukup banyak dalam memberikan pandangan. Keempat, memanfaatkan golden moment, bercerita dan berkisah kepada anak tidak usah terlalu kaku akan waktunya, akan tetapi bisa saja ayah berkisah ketika melihat suatu kejadian atau situasi dengan melakukan rebut dan rekayasa.

Semoga kita bisa menjadi pengkisah yang baik bagi anak kita dan semoga kita bisa menjadi Ayah Hebat bagi anak kita dan usia psikologis anak kita lebih dewasa dibanding usia biologis anak kita.

Sabtu, 17 Oktober 2020

Kiat Jadi Ayah WFH Efektif

Salah satu berkah Work From Home atau WFH adalah ayah bisa memanfaatkan waktu lebih banyak dengan anak. Sebagai ayah hebat, ayah perlu memanfaatkan waktu WFH dengan anak secara efektif untuk meningkatkan bonding ayah dengan anak. Untuk itu serial ayah hebat ke sepuluh mengangkat tema kiat menjadi Ayah Work From Home yang efektif yang disampaikan oleh ayah Irwan Rinaldi. Kiatnya sendiri dibagi menjadi 3:

Pertama, knowing or recognize your children, kita harus mengenal dan memahami anak kita secara psikologis dan perkembangan. Contoh, tidak akan begitu bermakna jika ayah bersama anak ayah yang berusia 6 tahun, tetapi ayah tidak paham perkembangan anak ayah di usia 6 tahun. Atau ketika ayah membicarakan sesuatu ke anak usia 15 tahun keatas, ayah tidak paham dengan perkembangan anak usia 15 tahun keatas. Apa yang terjadi kalau ayah tidak paham? Anak-anak akan merasa ayah dekat secara fisik, tapi ayah tidak dekat secara psikologis. 

Contoh perkembangan psikologis anak usia dibawah 10 tahun yang harus kita pahami adalah anak usia tersebut gampang berubahnya dan tidak tetap. Ukuran yang baik untuk anak usia dibawah 10 tahun adalah yang baik itu adalah yang enak dan yang buruk adalah yang tidak enak. Pengaruh eksternal anaka diusia dibawah 10 tahun sangat kuat. Yang harus ayah lakukan jika memiliki anak usia dibawah 10 tahun adalah 1) Perhatikan tingkah laku, 2) Berikan pujian dan penghargaan, 3) Jadilah teladan untuk anak.

Perkembangan psikologis untuk anak usia 10-15 tahun yaitu, 1) tingkah laku mulai mampu membedakan baik dan buruk, 2) Luwes karena mulai kenal dunia luar, 3) Tingkah laku masuk tahapkebiasaan dan berkembang jadi karakter kepribadian, 4) Mulai berkonsentrasi ke masa depan. Yang harus ayah lakukan,1) Selesaikan masalah dengan dialog, 2) Pengimbangan bukan instruksi, 3) Pelibatan bukan pemaksaan.

Sedangkan perkembangan psikologis untuk anak usia 15 tahun keatas yaitu, 1) Mulai kuat nilai-nilai kebenaran, kebaikan, dan keindahan, 2) Tanggung jawab mulai tinggi 3) Nilai-nilai individu dan sosial mulai ada secara utuh dalam kepribadian, 4) Tingkah laku sudah mulai kuat dan cenderung bersifat tetap, 5) Anak merasa memiliki kebebasan lebih banyak dalam memilih dan menentukan kepribadian. Yang harus ayah lakukan adalah kuatkan kepribadian dan agama anak.

Kedua, komitmen, apa yang ayah katakan harus ayah lakukan, ayah harus terikat. Komitmen harus diverbalkan dan meliputi komitmen terhadap waktu, komitmen terhadap kesepakatan, komitmen terhadap daily activity yang sudah dibuat bersama. Untuk menjaga komitmen, ayah bisa meminta tolong ke orang sekitar untuk mengingatkan komitmen yang sudah dibuat, misalnya pasangan atau yang lainnya.

Ketiga, konsisten, semua komitmen yang ayah buat harus ayah lakukan secara konsisten. Salah satu yang menggoda konsistensi adalah mood, hobi, dan dukungan keluarga. Oleh karena itu ayah harus mengendalikan mood, meminta dukungan keluarga, dan berhati-hatilah dengan hobi ayah yang mampu mengganggu komitmen dan konsistensi.

Semoga kita bisa menjadi Ayah Hebat bagi anak kita dan usia psikologis anak kita lebih dewasa dibanding usia biologis anak kita.

Selasa, 13 Oktober 2020

4 Stop Untuk Work From Home

Salah satu dampak dari Covid-19 adalah adanya beberapa pekerjaan yang tadinya dilakukan di kantor, sekarang bisa dikerjakan dari rumah, atau dikenal dengan istilah Work From Home atau WFH. Sebagai ayah hebat, Work From Home, harusnya bisa dimanfaatkan oleh ayah untuk bisa memanfaatkan golden moment dengan anak, untuk itulah materi ayah hebat kesembilan mengangkat topik 4 stop untuk work from home. Work From Home bisa dijadikan salah satu alat evaluasi bagi Ayah untuk meilihat lagi apakah Ayah sudah menjadi ayah hebat bagi anak atau ternyata masih banyak hal-hal yang wajib diperbaiki ayah agar ayah bisa menjadi ayah hebat bagi anak. Dalam melakukan work from home, ayah perlu memperhatikan 4 hal yang harus segera di stop.

Pertama, stop menyalahkan. Stop menyalahkan pasangan, asisten rumah tangga, anak, atau penghuni rumah lainnya dalam mengasuh anak. Ayah perlu meyakinkan hati ayah bahwa anak adalah amanah dari Allah.

Kedua, stop untuk complain. Kita tidak perlu complain. Karena jika kita meyakini anak adalah amanah, maka ayah tidak akan akan complain akan kelakuan anak dalam mencari perhatian ke ayah.

Ketiga, stop untuk defensif tapi mulailah proaktif dalam pengasuhan anak dalam aktifitas kita dirumah. Karena perkembangan anak tidak pernah berjalan mundur, akan berjalan terus, kesempatan emas tidak terjadi dua kali.

Keempat, stop jaim. Ayah optimalkan waktu bermain dan berinteraksi dengan anak. Ayah lakukan totalitas dalam waktu bersama anak.

Perlu diingat selain 4 Stop diatas, kita perlu untuk selalu berdoa dan semakin mendekatkan diri kita ke Allah untuk memperbaiki kemelekatan kita dengan anak kita. Karena semua skill parenting tidak akan banyak artinya kalau kita tidak menyerahkan diri dan memperbaiki hubungan kita dengan Allah Subhanahu Wa Ta’ala.

Semoga kita bisa menjadi Ayah Hebat bagi anak kita dan usia psikologis anak kita lebih dewasa dibanding usia biologis anak kita.


Senin, 12 Oktober 2020

Yuk Ayah, Temenin Anak Berbuat Baik

Seri ketujuh dari serial AyahHebat adalah tentang bagaimana Ayah bisa menemani Anak dalam berbuat baik. Salah satu fatherlessness adalah ketiadaan keikutsertaan Ayah dalam membentuk akhlak dan moral anak-anak kita, membentuk bagaimana anak-anak kita berkelakuan positif. Bagaimana cara menemani anak untuk dapat mengajari anak berkelakuan positif?

Pertama, jangan melihat ke anaknya, tapi periksa diri kita lebih dahulu, apakah kita sudah siap menemani anak berbuat baik. Jika belum siap (baik belum siap secara fisik maupun belum siap secara psikis) maka Ayah lebih baik istirahat sejenak dan jangan terlalu memaksakan. Agar kita tidak kehilangan golden moment bersama anak, karena anak membutuhkan kita 100% ketika kita berinteraksi dengan anak. Anak membutuhkan Ayah yang hadir secara fisik dan juga hadir secara psikis.

Kedua, buat komitmen dengan pasangan atau ibunya anak-anak dalam menemani anak berbuat baik karena anak melihat model dari dua orang dan dua-duanya harus selaras.

Ketiga, jangan lupakan doa ketika menemani anak berbuat baik. Karena salah satu esensi dari Fathering adalah bagaimana hubungan Ayah dengan Allah Azza Wa Jala. Bahkan beberapa ulama ada yang berpendapat, sebelum kita berkomunikasi dengan anak, jangan lupa untuk berwudhu.

Keempat, motivasi dan inspirasi. Ayah memberikan motivasi, motivasi bisa diambil dari eksternal, misalnya ayah memberi contoh dari lingkungan diluar keluarga kita. Misalnya, Ayah mengajarkan anak untuk bersyukur karena masih diberikan nikmat makan sementara ada disekitarnya yang kesulitan secara ekonomi, lalu ayah mengajarkan anak untuk bersyukur dan menolong yang kesulitan tersebut. Biasanya motivasi tidak bertahan lama, sedangkan inspirasi bertahan lebih lama. Ayah memberikan inspirasi dengan menjadi role model atau memberikan keteladanan. Jadi Ayah harus memberikan contoh nyata berbuat baik kepada anak, mulai dari dalam keluarga hingga dilingkungan sekitar. Jika anak berusia dibawah 3 tahun, keteladanannya bisa dilakukan melalui suara, ajarkan anak untuk berempati. Ayah bisa berkisah cerita sahabat, rasul, dan banyak hal lagi. Jika anak berusia diatas 3 tahun bisa melalui gerak tubuh Ayah. Ayah harus bergerak memberikan contoh berbuat baik secara nyata.

Kelima, understanding. Ayah memberikan pemahaman apa yang akan dia lakukan. Terkadang anak tidak berbuat baik karena kosa emosi atau kosa ekspresi atau kosa perasaannya belum banyak dan memadai sehingga kita juga perlu mengecek kosa emosi atau kosa ekspresi atau kosa perasaan anak kita. Salah satu contohnya dengan menanyakan, ”Nak kata depannya K kita kita ingin marah, itu apa ya namanya?” Dengan menanyakan hal itu Ayah bisa mengecek apakah anak sudah punya belum kosa emosi untuk hal yang ditanyakan tersebut. Jika ternyata belum, ayah bisa mengenalkan kosa emosi berdasarkan abjad, mulai dari A sampai Z. Bisa melalui pantomin, bisa melalui kisah, bisa melalui kliping koran dengan menampilkan gambar ekspresi, atau lainnya. Karena tidak sedikit kasus, anak sudah kelas 2 SD akan tetapi belum mengerti apa itu marah, apa itu kecewa, apa itu sedih, dan lainnya.. sehingga semuanya diselesaikan dengan tangisan. Understanding merupakan salah satu pijakan utama. Semakin Ayah mengajarkan understanding kepada anak akan membuat anak mengerti dengan apa yang dilakukannya. Selain itu, untuk mengajarkan understanding, Ayah juga bisa meyakinkan. Misalnya ketika anak berbuat baik, Ayah bisa meyakinkan anak akan kosa emosi atau empatinya sambal mengajak anak tersebut untuk berbuat baik secara langsung kepada orang lain. Penting juga untuk dilakukan, selain mengecek kosa emosi anak, kita perlu untuk mengecek kosa emosi diri kita dan pasangan kita. Jangan-jangan kita dan/atau pasangan kita juga memiliki banyak kekurangan dalam hal kosa emosi.

Keenam, menjaga semangat Ayah untuk menemani anak berbuat baik.

Semoga kita mejadi Ayah Hebat yang bisa selalu menemani anak kita untuk berbuat baik dan semoga anak kita memiliki usia psikologis yang lebih matang dari usia psikologisnya.

Minggu, 11 Oktober 2020

YNWA - Magnificent Seven


Dari Amr Bin Syu'aib dari ayahnya dari kakeknya berkata: "Rasulullah SAW bersabda: "Perintahkan anak-anakmu melaksanakan sholat sedang mereka berusia tujuh tahun..” (HR Ahmad)

رَبِّ اجْعَلْنِيْ مُقِيْمَ الصَّلٰوةِ وَمِنْ ذُرِّيَّتِيْۖ رَبَّنَا وَتَقَبَّلْ دُعَاۤءِ

"Ya Tuhanku, jadikanlah aku dan anak cucuku orang-orang yang tetap mendirikan shalat, ya Tuhan kami, perkenankanlah doaku" (QS Ibrahim : 40)

 رَبِّ هَبْ لِيْ مِنْ لَّدُنْكَ ذُرِّيَّةً طَيِّبَةً ۚ اِنَّكَ سَمِيْعُ الدُّعَاۤءِ

“Ya Tuhanku, berilah aku keturunan yang baik dari sisi-Mu, sesungguhnya Engkau Maha Mendengar doa.” (QS Ali Imran : 38)

رَبَّنَا هَبْ لَنَا مِنْ اَزْوَاجِنَا وَذُرِّيّٰتِنَا قُرَّةَ اَعْيُنٍ وَّاجْعَلْنَا لِلْمُتَّقِيْنَ اِمَامًا

“Ya Tuhan kami, anugerahkanlah kepada kami pasangan kami dan keturunan kami sebagai penyenang hati (kami), dan jadikanlah kami pemimpin bagi orang-orang yang bertakwa.” (QS Al Furqan : 74)

وَّاجْنُبْنِيْ وَبَنِيَّ اَنْ نَّعْبُدَ الْاَصْنَامَ ۗ

“…dan jauhkanlah aku beserta anak cucuku agar tidak menyembah berhala.” (QS Ibrahim : 35)

“Ya Allah, jadikanlah anak-anak kami anak yang sholih sholihah, orang-orang yang hafal Al-Qur’an dan Sunnah, orang-orang yang faham dalam agama dibarokahi kehidupan mereka didunia dan di akhirat”

“Ya Allah berilah barokah untuk hamba pada anak-anak hamba, janganlah Engkau timpakan mara bahaya kepada mereka, berilah mereka taufik untuk taat kepadaMu dan karuniakanlah hamba rejeki berupa bakti mereka”

“Ya Allah, penuhilah hati anak-anak kami dengan cahaya dan hikmah, dan jadikan mereka hamba-hamba-Mu yang pantas menerima nikmat, dan perbaikilah diri mereka dan perbaiki pula umat ini melalui mereka.”

“Ya Allah, berikanlah kefahaman baginya dalam urusan agama, dan ajarkanlah dia ta’wil (tafsir ayat-ayat al-Qur’an)"(HR.Bukhari)

“Ya Allah, jadikanlah ia anak yang sehat sempurna, berakal cerdas, dan berilmu lagi beramal"

“Aku memohon perlindungan baginya Yasser Naufal Wahid Ardiansyah & Zain Al Fatih Ardiansyah dengan kalimat-kalimat Allah yang sempurna, dari semua godaan setan dan binatang pengganggu serta dari pandangan mata buruk". (HR. Abu Daud, Bukhari dan Tirmidzi)

Barakallahu Fii Umrik Yasser Naufal Wahid Ardiansyah

Semoga Allah Subhanahu Wa Ta'ala memberikanmu ilmu seluas samudera, ketakwaan dalam hatimu, ilmu yang terang, keberuntungan dalam setiap langkah, kesehatan dalam ragamu..

Semoga Allah Azza Wa Jala memberikanmu teman-teman dan guru-guru yang baik yang membawamu ke surga...

Semoga Kakak Yasser bisa menjadi kakak yang baik bagi semua adik-adiknya. Kakak yang bisa memberikan contoh yang baik yang mampu mengajarkan agama yang diridhoi Allah Azza Wa Jala kepada semua adik-adiknya dan keluarga..

Aamiin Allahuma Aamiin


Jumat, 09 Oktober 2020

R.I.N.D.U

Aku merindukanmu
Seperti merindunya kemarau akan hujan
Seperti merindunya hujan akan panas
Seperti merindunya dingin akan hangat
Seperti merindunya sepi akan ramai

Aku merindukanmu
Seperti bidadari yang merindukan julaibib
Seperti masa tua yang merindukan masa muda
Seperti sakit yang merindukan sehat
Seperti sempit yang merindukan lapang

Aku merindukanmu
Telah kutitipkan rinduku dalam doa
Rindu serindu-rindunya

-JP 09102020-
#YNWA #ZAFA

Senin, 05 Oktober 2020

Ayah Sang Penghibur

Serial ketujuh dari ayah hebat adalah Ayah penghibur. Ayah penghibur adalah ayah yang memahami kebutuhan dasar anak yaitu hiburan. Hiburan dalam islam bukanlah suatu hal yang salah. 

Seperti yang dikisahkan dalam kisah Hanzalah. Suatu hari, Hanzalah al Usaidi berkata kepada Abu Bakar, “Abu Bakar, aku telah menjadi orang munafik!” “Audzubillah himinasyaitonirrajim! Kenapa kau mengatakan itu? “Abu Bakar kaget.

Wallaahi,” Hanzalah melanjutkan, “Ketika aku berada di hadapan Nabi SAW, atau ketika kita mendengarkan Al-Quran dari mulutnya, atau saat dia mengingatkan kita pada Jannah, aku merasa termotivasi, bersemangat, dan terinspirasi! Saat Nabi mengingatkan kita pada Naar, aku merasa takut dan berusaha lebih keras berhati-hati dalam tindakanku. Tapi saat aku sampai di rumah setelah pertemuan, saat bertemu dengan istri dan anak-anakku, atau ketika aku kembali bekerja setelah pertemuan, aku merasa berbeda! Aku sering sibuk dan melupakan masalah akhirat. Aku tidak bisa mengenali hatiku lagi!”

Abu Bakar berkata, “Engkau benar. Ini adalah sebuah masalah. Aku merasakan hal yang sama juga! Kita berdua orang munafik! Oh tidak. Mari kita bertanya kepada Nabi!” Jadi, mereka berdua langsung menemui Rasulullah langsung. Mereka tahu bahwa Nabi adalah guru terbaik yang pernah mereka miliki dan tidak ada orang lain yang bisa menjawabnya dengan cara terbaik.

Setelah mendengarkan pertanyaan mereka, Nabi Muhammad menjawab, “Demi Allah, Hanzalah, jika engkau memiliki perasaan yang sama saat berada di sini bersamaku dan saat engkau bersama keluarga atau saat engkau sedang bekerja, para malaikat di jalanan akan sangat ingin berjabat tangan denganmu. Mengapa? Karena tingkat imaanmu begitu hebat. Malaikat akan muncul di siang hari bolong untuk berjabat tangan denganmu.”

“Tapi (mari kita coba bersikap realistis di sini) … Sejenak dan sejenak saja.” Apa yang Nabi maksudkan dengan “sejenak dan sejenak”? Ini berarti kita bisa mengesampingkan ‘sejenak’ untuk masalah hati dan proses pemurnian atau pembersihannya. Dan kita bisa mengesampingkan ‘sejenak’ lain untuk urusan dunia kita atau bahkan berhibur sewajarnya. Islam itu agama yang dinamis dan tidak kaku. Ada kalanya kita serius, ada kalanya kita bercanda, ada kalanya kita berlaku sesuai dengan konteksnya.

Dalam beberapa hadits juga mengkisahkan kalau Rasulullah suka bercanda dengan beberapa anak sahabat. Hal ini menunjukkan kalau Rasulullah tidaklah kaku sebagai Nabi dan senantiasa memberikan hak kepada anak-anak yaitu hiburan.

Oleh karena itu salah satu tugas ayah adalah menjadi ayah penghibur. Ayah yang mampu menciptakan kegembiraan bagi anak. Kegembiraan itu merupakan hal yang penting dan memberikan isyarat bahwa rumah yang ditempati anak adalah rumah yang menyenangkan, rumah yang memberikan suasana surga. Dan suasana surga dalam Al Quran diceritakan dalam surat Abasa ayat 38-39 ‘wujụhuy yauma`iżim musfirah ḍāḥikatum mustabsyirah’ pada hari itu wajah mereka berseri-seri, tertawa dan gembira ria. Kalau dirumah tidak ada suasana ini, maka hal ini bisa mengakibatkan anaknya terjerumus dalam hal negative diluar sana.

Rumus anak mudah Jaman Now sederhana yaitu siapa yang membuatku menangis adalah musuhku, siapa yang membuatku tertawa lepas adalah sahabatku.

Hal ini juga dilakukan oleh sahabat, seperti yang tertuang dalam Adabul Mufrad. Dari Tsabit bin Ubaid,  “Aku belum pernah melihat seorang yang demikian berwibawa saat duduk bersama kawan-kawan namun demikian akrab dan kocak saat berada di rumah melebihi Zaid bin Tsabit”

Ayah yang menyenangkan adalah ayah yang dibutuhkan anak, bukan ayah yang galak. Ayah yang galak menjadi daya tolak anak dirumah. Hal ini wajib dievaluasi, karena ayah yang galak menjadi salah satu pemicu munculnya berbagai macam predator seksual yang mengincar anak kita.

Rasulullah sering mencontohkan bagaimana Beliau Shalallahu Alaihi Wassalam bercanda dengan anak-anak. Karena anak-anak dan dunianya memiliki keistimewaan sendiri. Seperti hadits yang diriwayatkan Aisyah radhiyallahu ‘anha, “Maklumi dunia (kebutuhan) anak kecil.” (HR. Bukhari no. 5190, 5236 dan Muslim no. 892). Maksudnya ketika berbicara dengan anak-anak, kita harus berperan sebagai anak-anak dan jangan terlalu kaku.

Seperti pengajaran yang dilakukan oleh Rasulullah, dalam hadits riwayat Ahmad, “Diriwayatkan dari Abdullah bin Haris, ia berkata, bahwa Rasulullah saw membuat barisan dengan Abdullah, Ubaidillah dan banyak lagi dari keluarga pamannya yaitu Abbas r.a. kemudian nabi bersabda: “Siapa yang lebih dulu kepadaku, ia akan mendapat demikian dan demikian.” Mereka pun berlomba-lomba untuk sampai pada punggung dan dada nabi. Lantas, nabi mencium dan menepati janjinya kepada mereka.”

Perhatikan cara Rasulullah saat bermain dengan anak. Rasulullah saat bermain dengan anak yang diperhatikan adalah totalitas dengan niat menjalin keakraban dengan anak, bukan menang atau kalah. Ketika bermain dengan anak, fokuslah untuk menyentuh badan, karena akan menimbulkan keakraban dan kenyamanan. Berikanlah hadiah kepada anak ketika bermain meskipun hal itu sangat sederhana.

Jadi skill bermain adalah skill yang harus dimiliki oleh ayah. Skill bermain yang sesuai dengan usia dan jenis kelamin anak.

Skill lain yang harus dimiliki ayah adalah skill berkisah. Berkisah adalah salah satu skill yang bisa membuat anak merasakan kedekatan ketika ayah bisa menyampaikan sesuatu tanpa terkesan menasihati. Misalnya jika ayah tidak bisa berkisah tentang Nabi dan Sahabat, ayah bisa berkisah tentang kisah masa kecil ayah disertai dengan makna sederhana didalamnya. Jika cerita itu menarik bagi anak maka akan menstimulus anaknya untuk bercerita kisah mereka kepada ayahnya.

Skill terakhir yang harus dimiliki ayah adalah ayah bisa melatih diri untuk mengeksplorasi atau menjelajah. Yaitu ayah yang mampu memfasilitasi keingin tahuan anak. Menjelajah bisa dilakukan dengan sederhana, misalnya jika kita tidak bisa bepergian jauh, kita bisa mengajak anak pergi ke suatu tempat menggunakan rute yang berbeda dari biasanya sambal sedikit bercerita mengenai kisah rute yang dilalui. Hal ini akan memberikan pengalaman tersendiri bagi anak.

Itulah skill yang harus dimiliki ayah penghibur, yaitu BBM Bermain Berkisah Menjelajah. Semoga kita bisa menjadi ayah penghibur bagi anak-anak kita.