Tampilkan postingan dengan label Instropeksi. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label Instropeksi. Tampilkan semua postingan

Selasa, 12 April 2022

Flexing

Fenomena flexing cukup ramai dibicarakan masyarakat. Fenomena ini seiring dengan munculnya istilah “sultan” atau crazy rich di media sosial yang akhir-akhir ini berurusan dengan kepolisian.

Menurut kamus Merriam-Webster, flexing adalah memamerkan sesuatu atau yang dimiliki secara mencolok.  Kata flexing juga digunakan untuk orang yang suka memamerkan kekayaan yang sebenarnya tidak mereka miliki. Pandangan lain juga menyatakan bahwa flexing berarti orang yang palsu, memalsukan, atau memaksakan gaya agar diterima dalam pergaulan.

Flexing di media sosial dapat dilakukan dengan berbagai cara melalui foto atau video. Tindakan tersebut bisa berupa memamerkan barang mewah misalnya perhiasan, rumah, kendaraan dan barang-barang elektronik. Hingga flexing yang berbau syariah, seperti pamer sedekah, pamer pencapaian materi dengan dalih beli tunai sambil mencibir yang kredit, dan lainnya.

Korban flexing pun juga tidak sedikit, mulai dari kasus First Travel, Binomo, Quotex, Dream For Freedom, Pandawa Group, binary trading, investasi bodong, dan lainnya.

Lalu, bagaimana flexing dalam pandangan Islam?

Dalam banyak bahasan, flexing disamakan juga dengan pamer dan riya. Dan itu merupakan perbuatan yang dilarang, seperti beberapa dalil berikut ini:

Allah berfirman, “Dan janganlah kamu memalingkan mukamu dari manusia (karena sombong) dan janganlah kamu berjalan di muka bumi dengan angkuh. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang sombong lagi membanggakan diri.” (QS Luqman:18)

Apalagi jika sikap pamer ini diikuti dengan anggapan dirinya lebih mulia dari orang lain sehingga meremehkan, menghina, serta merendahkan orang lain baik dengan perbuatan maupun perkataan.

Pamer dikategorikan sebagai perbuatan syirik kecil yang dosanya sangat besar sebagaimana hadits berikut:

إِنَّ أَخْوَفَ مَا أَخَافُ عَلَيْكُمُ الشِّرْكُ الأَصْغَرُ . قَالُوا وَمَا الشِّرْكُ الأَصْغَرُ يَا رَسُولَ اللهِ قَالَ : الرِّيَاءُ

Artinya: “Sesungguhnya yang paling aku takutkan menimpa kalian adalah syirik ashghar (syirik terkecil).” Para sahabat bertanya, “Apa itu syirik terkecil itu, wahai Rasulullah?” Beliau menjawab, “Yaitu riya’ (pamer).” (HR ahmad)

Di ayat yang lain, Allah berfirman:

وَفَرِحُواْ بِالْحَيَاةِ الدُّنْيَا وَمَا الْحَيَاةُ الدُّنْيَا فِي الآخِرَةِ إِلاَّ مَتَاعٌ

Mereka bersikap bangga terhadap kehidupan dunia. Padahal kehidupan dunia itu (dibanding dengan) kehidupan akhirat, hanyalah kesenangan (yang sedikit). (QS. ar-Ra’du: 26).

Dalam tafsir as-Sa’di dinyatakan:

أي: لا تفرح بهذه الدنيا العظيمة، وتفتخر بها، وتلهيك عن الآخرة، فإن اللّه لا يحب الفرحين بها

Artinya, janganlah kamu merasa sombong dengan duniamu yang banyak, bangga dengannya, sementara itu melalaikanmu dari akhirat. Karena Allah tidak menyukai orang yang bangga dengan dunia. (Tafsir as-Sa’di, hlm. 623).

Lalu mengapa seringkali orang tergoda untuk mengikuti orang yang melakukan flexing sebagai strategi marketing mereka?

Hal ini tidak terlepas karena adanya sifat tamak dari manusia seperti yang tertuang dalam hadits Anas bin Malik, dimana Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wassalam bersabda:

يَهْرَمُ ابْنُ آدَمَ وَتَبْقَى مِنْهُ اثْنَتَانِ الْحِرْصُ وَالأَمَلُ

“Jika manusia berada di usia senja, ada dua hal yang tersisa baginya: sifat tamak dan banyak angan-angan.” (HR. Ahmad, 3: 115. Syaikh Syu’aib Al Arnauth mengatakan bahwa sanad hadits ini shahih sesuai syarat Bukhari-Muslim)

Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wassalam dalam haditsnya juga mengingatkan: “Seandainya seorang manusia memiliki dua lembah (yang penuh berisi) harta/emas maka dia pasti akan menginginkan lembah (harta) yang ketiga”.

Sifat rakus inilah yang akan terus menyeretnya untuk terus mengejar harta dan mengumpulkannya siang dan malam, dengan mengorbankan apapun untuk tujuan tersebut. Sehingga tenaga dan pikirannya akan terus terkuras untuk mengejar ambisi tersebut, dan ini merupakan kerusakan sekaligus siksaan besar bagi dirinya didunia

Imam Ibnul Qayyim rahimahullah berkata: “Orang yang mencintai dunia/harta (secara berlebihan) tidak akan lepas dari tiga (kerusakan dan penderitaan): Kekalutan (pikiran) yang tidak pernah hilang, keletihan yang berkepanjangan dan penyesalan yang tiada akhirnya.”

Al Ghozali –rahimahullah- mengatakan, “Setan selamanya akan memalingkan pandangan manusia pada orang yang berada di atasnya dalam masalah dunia. Setan akan membisik-bisikkan padanya: ‘Kenapa engkau menjadi kurang semangat dalam mencari dan memiliki harta supaya engkau dapat bergaya hidup mewah[?]

’ Namun dalam masalah agama dan akhirat, setan akan memalingkan wajahnya kepada orang yang berada di bawahnya (yang jauh dari agama). Setan akan membisik-bisikkan, ‘Kenapa dirimu merasa rendah dan hina di hadapan Allah[?]” Si fulan itu masih lebih berilmu darimu’.” (Lihat Faidul Qodir Syarh Al Jaami’ Ash Shogir, 1/573)

Bagaimana cara kita menghindari melakukan dan tergiur dengan flexing?

Mungkin kita bisa merenungkan hadits berikut ini. Dari Abu Hurairah, ia berkata bahwa Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wassalam bersabda:

انْظُرُوا إِلَى مَنْ أَسْفَلَ مِنْكُمْ وَلاَ تَنْظُرُوا إِلَى مَنْ هُوَ فَوْقَكُمْ فَهُوَ أَجْدَرُ أَنْ لاَ تَزْدَرُوا نِعْمَةَ اللَّهِ

“Pandanglah orang yang berada di bawahmu (dalam masalah harta dan dunia) dan janganlah engkau pandang orang yang berada di atasmu (dalam masalah ini). Dengan demikian, hal itu akan membuatmu tidak meremehkan nikmat Allah padamu.” (HR. Muslim no. 2963)

Al Hasan Al Bashri mengatakan:

إذا رأيت الرجل ينافسك في الدنيا فنافسه في الآخرة

“Apabila engkau melihat seseorang mengunggulimu dalam masalah dunia, maka unggulilah dia dalam masalah akhirat.”

Ya Allah, jauhkanlah kami dari sifat sombong dan membanggakan diri dalam hal harta dan dunia. Karuniakanlah pada kami sifat qona’ah, selalu merasa berkecukupan.

اللَّهُمَّ إِنِّى أَسْأَلُكَ الْهُدَى وَالتُّقَى وَالْعَفَافَ وَالْغِنَى

“Allahumma inni as-alukal huda wat tuqo wal ‘afaf wal ghina”

(Ya Allah, aku meminta pada-Mu petunjuk, ketakwaan, diberikan sifat ‘afaf –menjauhkan diri dari hal haram- dan sifat ghina –hidup berkecukupan-) (HR. Muslim no. 2721)

sumber: instagram @udahavid

Jumat, 24 Desember 2021

Kematian Yang Membuat Iri

Innalillahi wa inna ilaihi raajiun

Seketika linimasa dan medsos saya ramai dengan berita kematian Mang Oded Rahimahullah. Beliau meninggal saat sholat sunnah, hendak menjalankan ibadah wajib dan hendak menjadi khatib. Beliau meninggal ditempat yang mulia, di Masjid, dan dihari Jum’at.

MasyaAllah.. Sungguh hati ini dibuat iri dengan cara Allah Subhanahu Wa Ta’ala memanggil beliau 

Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:

مَا مِنْ مُسْلِمٍ يَمُوتُ يَوْمَ الْجُمُعَةِ أَوْ لَيْلَةَ الْجُمُعَةِ إِلَّا وَقَاهُ اللَّهُ فِتْنَةَ الْقَبْرِ

“Tidaklah seorang muslim meninggal pada hari Jum`at atau malam Jum`at, melainkan Allah akan menjaganya dari fitnah (siksa) kubur”. [HR Ahmad dan Tirmidzi]

 

Bagaimana tidak iri dengan cara Allah memanggil beliau???

Saya sendiri tidak mengenal beliau, hanya tahu sedikit sekali ketika beliau menjadi wakil walikota Bandung… Saya juga tidak tahu amalan apa yang biasa beliau kerjakan sehingga Allah memanggil beliau dengan cara yang indah…

Namun seperti sabda Rasulullah, “Setiap hamba akan dibangkitkan berdasarkan kondisi meninggalnya” [HR Muslim]. Yang kemudian dijelaskan Al-Munaawi Rahimahullah, “Yaitu ia meninggal diatas kehidupan yang ia jalani dan ia dibangkitkan diatas itu” [At Taisir bi Syarh Al-Jami’ Ash Shogir 2/859)

Dari Mang Oded kita belajar kalau setiap manusia akan meninggal, yang membedakan adalah bagaimana dan dalam keadaan seperti apa nyawa kelak akan dicabut. Seperti apa hidup seseorang, begitu pula keadaan matinya.

 

Kematian adalah sebaik-baiknya nasihat

Sekarang giliran kita. Apakah amal dan ibadah kita semakin giat dan khusyuk? Apakah kita mau merencanakan akhir hidup kita dengan cara yang baik? Karena proses meninggal seseorang itu menunjukkan rekam jejaknya ketika hidup di dunia…

 

عَنْ المُطَّلَبِ بْنِ عَبْدِ اللهِ اَنَّ أَبَا بَكْرٍ كَانَ يَقُوْلُ اللّهُمَّ اجْعَلْ خَيْرَ عُمْرِيْ آخِيْرَهُ وَخَيْرَ عَمَلِيْ خَوَاتِمَهُ وَخَيْرَ أيَّامِي يَوْمَ أَلْقَاكَ

“Dari Muthalib bin Abdillah bahwasannya Abu Bakar pernah berdoa Ya Allah, jadikanlah sebaik-baik umurku pada akhirnya. Dan jadikanlah sebaik- baik amalku pada akhir hayatku, dan jadikanlah sebaik hariku pada saat aku bertemu dengan Engkau.” [H.R ibnu Abi Syaibah]

 

فَاطِرَ السَّمٰوٰتِ وَالْاَرْضِۗ اَنْتَ وَلِيّٖ فِى الدُّنْيَا وَالْاٰخِرَةِۚ تَوَفَّنِيْ مُسْلِمًا وَّاَلْحِقْنِيْ بِالصّٰلِحِيْنَ

(Wahai Tuhan) pencipta langit dan bumi, Engkaulah pelindungku di dunia dan di akhirat, wafatkanlah aku dalam keadaan muslim dan gabungkanlah aku dengan orang yang saleh. [QS Yusuf : 101]

 

 رَبَّنَآ اَفْرِغْ عَلَيْنَا صَبْرًا وَّتَوَفَّنَا مُسْلِمِيْنَ

Ya Tuhan kami, limpahkanlah kesabaran kepada kami dan matikanlah kami dalam keadaan muslim (berserah diri kepada-Mu). [QS Al Araf : 126]

Semoga kita dimatikan dalam dekat-dekatnya kepada Allah. Tidak ada yang kita harapkan kecuali menjadikan penutup hidup kita dengan ketaatan kepada-Nya

Aamiin Allahumma Aaamiin

*sumber : instagram udahavid

Minggu, 16 Agustus 2020

Memanfaatkan Waktu Bersama Anak

Akhir-akhir ini saya semakin menyadari kalau saya masih sangat miskin ilmu fathering skill. Apalagi setelah mencoba mendengarkan lagi webinar, seminar, dan ceramah mengenai fathering skill, banyak sekali pengetahuan mendasar yang ternyata masih perlu saya perbaiki.. banyak sekali..

Dan seperti yang pernah disampaikan orang tua dan banyak guru kehidupan saya kalau ilmu yang bermanfaat adalah ilmu yang dibagikan, karena ilmu yang dibagikan tidak akan pernah putus kebaikannya dan mungkin bisa menjadi penolong kita suatu saat kelak. Hal ini sejalan dengan perkataan Rasulullah Shallallahu Alaihi Wasallam, “Barangsiapa yang menunjuki kepada kebaikan maka dia akan mendapatkan pahala seperti pahala orang yang mengerjakannya.” (HR. Muslim no. 1893).

Dan karena ini baik menurut saya, maka saya akan mencoba membagikan apa yang saya pelajari dan ikuti. Untuk tahap awal saya akan mencoba sharing apa yang saya dapatkan dari webinar ayah hebat yang materinya disampaikan oleh Ayah Irwan Rinaldi dan Ustadz Ajo Bendri Jaisyurahman. Semoga hal ini bermanfaat bagi saya dan semua yang membaca. Semoga saya dan kamu bisa menjadi ayah yang baik. Ayah hebat dan juara bagi anak-anak kita.

Memanfaatkan Waktu Bersama Anak

Dalam Fathering ada 3 hal keterampilan dasar yang harus ayah miliki latih, yaitu 1) Bagaimana ayah memainkan waktu BERSAMA anak, 2) Bagaimana ayah memainkan golden moment bersama anak, dan 3) Bagaimana ayah membangun perilaku positif.

Waktu sendiri didalam Fathering dibagi menjadi 3, yaitu 1) Waktu bekerja, 2) Waktu sisa, dan 3) Waktu bersama atau disebut juga waktu bermakna.

Dimana didalam waktu bersama terdapat 2 pengertian, yaitu:

  1. Waktu DENGAN anak, dimana ketika waktu dengan anak yang mendapatkan insight atau aha momentnya adalah ayah. Misalnya anak berkata,”Yah ngapain kita sholat jam 8?” Ayah kalau menjawab,”Sudah ketentuannya nak, kamu jalankan saja” Maka bisa dikatakan ayahlah yang mendapatkan aha momen saat itu
  2. Waktu BERSAMA anak, dimana anaklah yang mendapatkan insight atau aha momentnya. Dan inilah yang perlu untuk kita latih. Misalnya anak berkata,”Yah ngapain kita sholat jam 8?” Ayah kalau menjawab,”Nak kamu pernah gak melaksanakan sholat yang seperti ayah” Kalau anaknya menjawab,”Aku sudah pernah disekolahan, itu kan namanya sholat dhuha yah” Lalu ayah bisa menjawab lagi,”Ya Allah nak, sholat dhuha itu dalam rangka apa sih nak” Kalau anaknya menjawab,”Kata bu guru/kata pak guru/kata pak ustad…” Lalu ayah bisa melemparkan pujian ke anak,”Ya Allah nak, ayah bersyukur nak, kamu bisa mengetahui tentang sholat dhuha.” Maka bisa dikatakan anaklah yang mendapatkan aha moment saat itu

Bagaimana agar kita bisa menjadikan waktu BERSAMA anak?

Yang pertama adalah manfaatkan golden moment atau momen yang berharga. Memanfaatkan golden momen bisa melalui du acara, yaitu dengan merebut atau merekayasa. Golden moment ini bisa dimulai sejak bangun tidur dipagi hari hingga tidur lagi di malam hari.

Contoh Golden moment yang direkayasa: Ketika kita sedang bersama anak dalam perjalanan menuju ke suatu tempat. Dalam perjalanan anak tidak bicara apa-apa dan tidak bertanya apa-apa, maka ayah harus merekayasa, misalnya ketika ayah melihat ada pengemis. Maka ayah bisa bertanya ke anak,”Nak itu ada nenek-nenek duduk disitu itu siapa ya nak?” Anaknya kemudian menjawab,”Itu pengemis yah” Ayah bisa berkata lagi,”Ya Allah kok sudah tua begitu masih mengemis ya?” Dan anaknya berkata “Iya yah, anaknya kemana sih? Kan kasihan ibunya sudah tua” Kemudian ayah bisa memasukkan pesan untuk meningkatkan kecedasan moral anak ayah sambal menunjukkan empati, seperti berkat,”Terimakasih ya nak sudah empati atau perhatian kepada orang lain” dan seterusnya.

Golden moment yang direbut adalah kalau ada momen berharga yang anak meletupkannya ke kita. Biasanya anak menunjukkannya melalui gesture tubuh atau verbalnya dia, ini jauh lebih muda untuk dimanfaatkan menjadi waktu bersama. Misalnya ketika kita sedang menonton TV dan sedang mengkisahkan tentang corona, biasanya suka timbul rasa penasaran anak ketika sedang menonton TV bersama dan ayah harus segera merebutnya karena momen ini tidak mungkin terulang. Kalau anak bicara,”Yah banyak banget ya pasiennya, itu  kasihan ya dokternya” Ayah harus segera merebut dengan berkata,”Ya Allah nak terimakasih ya sudah perhatian, kita doakan bersama yuk…”

Yang kedua adalah bagaimana memanfaatkan waktu bersama anak sesuai dengan umur dan tahap perkembangan anak tersebut. Dimana untuk anak kelas 3 kebawah lebih senang dipuji dan anak kelas 4 keatas lebih senang penghargaan. Misalnya anak berkata,”Yah tadi aku habis menolong orang”. Jika anak ayah masih kelas 3 kebawah, maka ayah dapat mengatakan,”Subhanallah hebat banget anak ayah sudah bisa menolong orang”. Kalau anak ayah kelas 4 keatas, ayah bisa mengatakan,”Oh iya, bagaimana ceritanya tadi nak?” Kemudian sang anak akan menceritakan prosesnya. Setelah anak menceritakan prosesnya ayah bisa berkata,”Ya Allah nak, terimakasih ya kamu sudah BERUSAHA KERAS untuk menolong orang”

Tujuan dari fathering skill adalah agar ayah bisa menjadi ayah juara atau sering diistilahkan dengan championship father. Ayah juara itu adalah ayah yang disegani, dihormati, dicintai, dan diteladani oleh anak, baik ketika ayah sedang bersama anak ataupun ketika ayah sedang tidak bersama anak. Untuk menjadi ayah juara ada 3 hal yang bisa selalu ayah asah yaitu Loving, Coaching, dan Modelling. Loving merupakan dasar dari 2 kemampuan yang lain. Loving adalah bagaimana ayah memberikan kasih sayang kepada anak sesuai dengan usia perkembangan anak. Coaching itu adalah bagaimana ayah mentarbiyah, ayah mendidik anak, ayah membuat regulasi dan sejenisnya. Modelling adalah bagaimana ayah memberikan contoh. Coaching dan Modelling akan susah ayah lakukan kalau ayah tidak menguatkan Loving terlebih dahulu. Loving ini bisa ayah lakukan salah satunya dengan waktu bersama anak.

Sabtu, 08 Agustus 2020

Antara Angan dan Realita

“Nabi Shallallahu Alaihi Wasallam membuat gambar persegi empat, lalu menggambar garis panjang di tengah persegi empat tadi dan keluar melewati batas persegi itu. Kemudian beliau juga membuat garis-garis kecil di dalam persegi tadi, di sampingnya: (persegi yang digambar Nabi). Dan beliau bersabda : “Ini adalah manusia, dan (persegi empat) ini adalah ajal yang mengelilinginya, dan garis (panjang) yang keluar ini, adalah cita-citanya. Dan garis-garis  kecil  ini adalah penghalang - penghalangnya. Jika tidak (terjebak) dengan (garis) yang ini, maka kena (garis) yang ini. Jika tidak kena (garis) yang itu, maka kena (garis) yang setelahnya. Jika tidak mengenai semua (penghalang) tadi, maka dia pasti tertimpa ketuarentaan.”(HR. Bukhari).

Beliau menjelaskan garis lurus yang terdapat di dalam gambar adalah manusia, gambar empat persegi yang melingkarinya adalah ajalnya, satu garis lurus yang keluar melewati gambar merupakan harapan dan angan-angannya sementara garis-garis kecil yang ada disekitar garis lurus dalam gambar adalah musibah yang selalu menghadang manusia dalam kehidupannya di dunia.

“Jika manusia dapat selamat dan terhindar dari cengkraman satu musibah, musibah lain akan menghadangnya, dan jika ia selamat dari semua musibah, ia tidak akan pernah terhindar dari ajal yang mengelilinginya.”(HR. Bukhari).

Dalam situasi apapun, saya dan kamu bisa dikatakan memiliki angan-angan masing-masing. Apakah itu angan dalam hal dunia ataupun angan dalam hal ibadah dan akhirat.

Pun begitu disaat pandemi covid ini, kita tidak tahu apakah akan selamat atau tidak dari covid, tapi kita sudah punya angan-angan dalam situasi sekarang ini dan yang akan datang

Ada yang memiliki angan ingin menjadi juara olimpiade, ada yang berangan-angan memiliki rumah mewah, ada yang berangan-angan mencapai posisi karir yang diimpikan, ada yang berangan-angan ingin umroh tahun depan, ada yang berangan-angan ingin taubat ketika memasuki usia tertentu, ada yang berangan-angan ingin memiliki pesantren yatim, ada yang berangan-angan ingin memakmurkan masjid jika covid selesai, dan banyak angan lainnya

Angan manusia tidak selalu terwujud, seperti yang disampaikan Baginda Nabi Muhammad Salallahu Alaihi Wassalam diatas, terkadang apa yang diinginkan tak selalu bisa didapatkan.

Jika angan yang kamu inginkan merupakan angan dunia, maka berprasangka baiklah ke Allah Azza Wa Jala, kalau apa yang kamu inginkan bukanlah yang terbaik untukmu. Seperti firman Allah dalam Surat Albaqoroh ayat 216,”Boleh Jadi kamu membenci sesuatu, padahal ia amat baik bagimu, dan boleh jadi kamu menyukai sesuatu padahal ia amat buruk bagimu; Allah mengetahui sedang kamu tidak mengetahui.”

Jadikan angan yang gagal tadi menjadi sebuah pembelajaran. Jadikan bahan evaluasi, perbaiki kesalahan yang dibuat, dan terus berusaha yang terbaik. Tugas kita hanyalah melakukan ikhtiar terbaik, untuk urusan hasil biar Sang Khaliq yang menentukan.

Sahabat Ali Bin Abi Thalib Radhiyallahu ‘Anhu pernah bertutur,”Ya Allah, saat aku kehilangan harapan dan rencana, tolong ingatkan aku bahwa cintamu jauh lebih besar daripada kekecewaanku, dan rencana yang Engkau siapkan untuk hidupku jauh lebih baik daripada hidupku.”

Tidak salah jika kita memiliki angan-angan tentang dunia, silahkan saja, karena hukum asalnya adalah boleh. Akan tetapi jangan sampai angan-angan kita tentang dunia membuat kita luput untuk kehidupan yang 1 harinya sama dengan 1000 tahun. Karena Allah Subhanahu Wa Ta’ala sudah mengingatkan kita dalam Surat Al Hijr ayat 3, “Biarkanlah mereka (di dunia ini) makan dan bersenang-senang dan dilalaikan oleh angan-angan (kosong), maka kelak mereka akan mengetahui (akibat perbuatan mereka).”

Pun dengan angan yang bersifat akhirat seperti.. “Jika covid selesai saya akan memakmurkan masjid”… “Tahun depan ingin belajar puasa”… “Besok aku tobat”… dan banyak lagi

Sekali lagi tidak ada yang salah dengan angan tersebut, karena angan tersebut adalah angan yang baik, tapi jangan sampai kita menyesal karena ajal bisa datang kapanpun

Ada satu pesan yang disampaikan Ibnu Umar Radhiyallahu ‘Anhu yang bisa kita renungi “Jika tiba pagimu, jangan kau tunggu sore, jika tiba soremu, jangan kau tunggu pagi. Gunakan sehatmu sebelum datang sakitmu, manfaatkan hidupmu sebelum tiba matimu”

Banyak meme yang mengkisahkan seseorang yang berkata besok akan bertaubat, lalu dia tidur dan tak bangun lagi. Meme itu bisa jadi merupakan kenyataan yang banyak terjadi, karena ajal seringkali datang tanpa permisi dan mendadak

Tidak berbeda dengan angan dunia dan angan akhirat diatas, hal yang sama juga terjadi dengan orang yang berhijrah. Banyak yang berangan-angan setelah berhijrah ingin memiliki teman yang sholeh/sholehah, ingin kaya yang berkah, ingin memiliki keluarga yang sakinah mawaddah warrahmah, dan banyak ingin lainnya. Tapi seringkali kenyataannya tidak seperti angan sebelumnya. Ternyata setelah hijrah temannya juga suka ghibah, ternyata setelah hijrah justru diuji hartanya, ternyata setelah hijrah kehidupan rumah tangganya justru memiliki banyak masalah karena setelah hijrah tidak satu frekuensi, dan banyak hal lainnya.

Ketika kamu sudah menuju kearah yang lebih baik tapi kehidupan ternyata tidak sesuai angan, maka ingatlah firman Allah dalam Surat Muhammad ayat 31 “Dan sesungguhnya Kami benar-benar akan menguji kamu agar Kami mengetahui orang-orang yang berjihad dan bersabar di antara kamu, dan agar Kami menyatakan (baik buruknya) hal ihwalmu.” Dalam Surat Ali Imran ayat 195, Allah juga berfirman, “Maka Tuhan mereka memperkenankan permohonannya (dengan berfirman): “Sesungguhnya Aku tidak menyia-nyiakan amal orang-orang yang beramal di antara kamu, baik laki-laki atau perempuan, (karena) sebagian kamu adalah turunan dari sebagian yang lain. Maka orang-orang yang berhijrah, yang diusir dari kampung halamannya, yang disakiti pada jalan-Ku, yang berperang dan yang dibunuh, pastilah akan Ku-hapuskan kesalahan-kesalahan mereka dan pastilah Aku masukkan mereka ke dalam surga yang mengalir sungai-sungai di bawahnya, sebagai pahala di sisi Allah. Dan Allah pada sisi-Nya pahala yang baik.”

Ketika kita berhijrah dan kenyataan tidak sesuai dengan angan kita, maka berprasangka baiklah ke Allah, karena Allah ingin kita meninggalkan yang haram hanya karena Allah, bukan karena yang lain, dan untuk membuktikan harus diuji, diuji dan diuji apakah hijrah kita karena Allah atau karena dunia.

Silahkan mengejar angan kita masing-masing. Boleh jadi dalam mengejar angan kita mengalami kegagalan atau kesulitan. Jangan pernah menyerah ketika menemui kegagalan… evaluasi, tetap ikhtiar dan berbaik sangka ke Allah Jalla Jalaluhu. Jangan larut dalam angan dunia kita yang kenyataannya tidak sesuai harapan.

Dan ketika angan kita ternyata sesuai harapan, maka jangan terlalu larut dalam kebahagiaan sampai kita berbuat berlebihan. Tetap bersyukur dan batasi kebahagian sewajarnya.

Hal yang penting dalam mengejar angan, adalah selalu ingat dengan pemutus angan dan kenikmatan manusia, yaitu kematian. Karena kematian itu, jika diingat oleh orang yang sedang dalam kesusahan hidup, maka akan bisa meringankan kesusahannya. Dan jika diingat oleh orang yang sedang senang, maka akan bisa membatasi kebahagiaannya itu.

Sumber gambar terakhir: @zakkyamien

Rabu, 05 Agustus 2020

Bukan Tentang Kamu

Uda.. begitu biasanya mereka memanggilmu.. 
Tapi.. ini bukan tentang kamu.. 
Ini tentang dua malaikat kecil yang wajib kamu perjuangkan.. 
Dua malaikat kecil yang harus kamu perhatikan.. 
Dua malaikat kecil yang wajib kamu beri nafkah yang baik.. 
Dua malaikat kecil yang harus kamu pastikan makan dari yang halal.. 
Ini semua bukan tentang kamu.. 

Uda.. aku tahu ini memang tidak mudah..  
Tapi kamu harus tetap berusaha memberikan yang terbaik.. 
Berjuang memberikan rezeki yang halal dan baik untuk dua malaikat kecilmu.. 

Gagal.. coba lagi.. 
Jatuh.. bangun lagi.. 
Terjerembab.. bangkit lagi..

Ikhtiar terus, pantang menyerah dan terus maju.. 
Sampai kapan? 
Sampai Allah Aza Wa Jala memanggilmu pulang.. 

Semoga ketika giliranmu pulang akhir hidupmu adalah akhir hidup yang terbaik.. 
Sehingga kelak kau akan dipertemukan dua malaikat kecilmu di jannah-Nya.. 
Dan malaikat kecilmu memiliki peninggalan yang berharga hasil jerih payahmu.. 

Semoga.. 
Aamiin Yaa Robbal Aalamiin.. 

 -JP 05082020-
#YNWA #ZAFA

Senin, 14 Februari 2011

Ikhlas dan Sabar

Apa yang di sisimu akan lenyap, dan apa yang ada di sisi Allah adalah kekal. Dan sesungguhnya Kami akan memberi balasan kepada orang-orang yang sabar dengan pahala yang lebih baik dari apa yang telah mereka kerjakan. (QS 16 – 96)

Sahabat, pernahkah anda kehilangan suatu yang anda senangi dan sayangi? Jika pernah, anda pasti akan merasa sangat kehilangan bukan? Tidak mudah memang jika kita kehilangan hal yang kita senangi dan sayangi. Ketika kita mengalami hal tesebut sesungguhnya kesabaran dan keikhlasan kita sedang diuji oleh Sang Pencipta. Ikhlas dan sabar memang sangat mudah untuk diucapkan, akan tetapi sangatlah sulit untuk dijalankan, butuh proses yang cukup lumayan untuk mencapainya.

Mungkin banyak dari kita yang merasa berat ketika kehilangan hal yang spesial, begitu beratnya hingga hari demi hari dilalui dengan kesedihan dan air mata. Dimana di keheningan malam tenggelam dalam doa dan tangis dihadapan-Nya karena menyesal belum bisa menjadi hamba yang cepat ikhlas dan selalu sabar atas segala ketetapan-Nya.

Tidak mudah memang. Sungguh tidaklah mudah. Akan tetapi memang seperti itulah hidup. Tidak semua yang kita ingini bisa kita dapatkan dan tidak semua yang kita benci bisa kita hindari. Kita diharuskan untuk ikhlas dalam menjalani roda kehidupan dan meminta pertolongan kepada Sang Khaliq dengan sabar dan shalat seperti yang tertuang dalam kitab suci. Kita juga dilarang untuk berputus asa atas segala ketetapan seperti yang tertuang dalam surat Yusuf ayat 87.

Butuh proses memang untuk ikhlas dan sabar, tapi yakinlah kalau Allah melihat proses dan juga sejauh mana keinginan dan niat seseorang untuk menjadi ikhlas karena-Nya semata. Yakinlah kalau Allah tak akan pernah lalai dari semua hal termasuk desir hati kita ketika berusaha mengikhlaskan hati dan diri hanya untuk-Nya saja.

Kehilangan itu memang berat sahabat. Berat dan mungkin perih pada awalnya hingga membutuhkan waktu bulanan atau tahunan untuk mengikhlaskan, tapi yakinilah hal itu terjadi sebagai bagian dari proses pendewasaan dan supaya terjadi perubahan positif dalam diri kita. Berusahalah untuk ikhlas dan sabar, karena mungkin itu adalah yang terbaik.

Teruslah untuk bersabar dan terus berusaha untuk ikhlas. Jangan menjadi orang yang lemah dan jangan terlalu larut dalam kesedihan. Memang tidak mudah sahabat. Saya akui itu. Tapi yakinlah kalau Allah tidak tidur dan selalu memberikan yang terbaik kepada hambanya.

Semoga kita termasuk kedalam golongan orang-orang yang sabar dan ikhlas.

Jumat, 28 Januari 2011

Jika Engkau Bersedih

Ada tiga hal yang termasuk pusaka kebajikan, yaitu merahasiakan keluhan, merahasiakan musibah dan merahasiakan sodaqoh (yang kita keluarkan). (HR. Ath-Thabrani)

Kita semua pasti pernah mengalami ujian dalam bentuk musibah dan pernah bersedih. Bukan manusia jika tidak ada ujian dan cobaan dalam hidup dan menjalani kehidupan. Mulai dari musibah dalam hal pekerjaan seperti fitnah dari rekan kerja, cobaan rezeki, musibah dalam bentuk kecelakaan, musibah dalam bentuk kehilangan apa yang selama ini kita harapkan dan kita nanti, dan lainnya.

Dan diantara musibah yang sangat berat adalah musibah yang terjadi disaat kita bahagia atau diambang bahagia. Setidaknya menurut saya. Misalnya jika kita seorang atlit, disaat kita mendapatkan kesempatan untuk bertanding pada sebuah kejuaraan yang lama kita nanti-nantikan, tiba-tiba beberapa waktu sebelum hari H tiba-tiba kita mengalami kecelakaan sehingga salah satu organ tubuh kita harus diamputasi atau misalnya ketika kita sedang bersuka cita karena akan menyambut hari yang sudah sekian lama kita nanti-nantikan akan tetapi secara tiba-tiba apa yang kita nanti-nantikan hilang begitu saja karena satu dan lain hal.

Kebanyakan manusia ketika tertimpa musibah akan berkeluh kesah, bahkan tidak sedikit yang berputus asa, saling menyalahkan, dan mungkin tidak banyak yang sanggup bersabar. Biasanya disaat tertimpa musibah, semua yang kita lihat, dengar, dan rasakan akan terasa sangat menyakitkan. Manusia lebih mengedepankan kepentingannya sendiri daripada kepentingan orang lain, sehingga tidak jarang kita membandingkan apa yang kita timpa dengan orang lain. Seperti pemikiran kenapa saya diuji seberat ini sedangkan dia tidak. Dan biasanya juga, kita tidak dapat melihat segala sesuatu dengan jernih disaat hati kita sedang bersedih. Segala sesuatu akan tampak begitu gelap dalam pandangan kita.

Namun ketahuilah kawan, kalau musibah yang kita alami ternyata belum tentu lebih berat dari yang dialami oleh orang lain. Mungkin kalau kita coba lihat lingkungan sekeliling kita, ternyata masih banyak orang lain yang tertimpa musibah yang jauh lebih berat dari kita. Dan ketahuilah kawan, kalau Allah tidak akan membebani kita kecuali sesuai dengan kemampuan kita, seperti janji Allah dalam surat Albaqarah ayat 286.

Tenangkanlah hati kita kawan. Cobalah untuk lebih jernih dalam melihat segala sesuatu dan jangan berburuk sangka terhadap orang lain. Silahkan curhat kepada orang yang kita percaya akan tetapi usahakan untuk tidak berburuk sangka karena pendapat subyektif orang yang kita percaya belum tentu yang terbaik dan benar. Karena jika kita melihat segala sesuatu dalam keadaan gundah gulana dan secara negatif, maka orang/hal yang selama ini baik kepada/bagi kitapun akan kita lihat sebagai suatu yang tidak baik.

Perbanyaklah ibadah kawan. Musibah adalah kesempatan bagi kita untuk lebih dekat lagi kepada sang pencipta, karena seringkali kita melupakan-Nya disaat hati kita senang. Intensifkan amal ibadah kita mulai dari sholat baik yang wajib maupun yang sunnah, dzikir, hingga membaca Al-Quran. Silahkan berkeluh kesah kepada Allah. InsyaAllah apabila kita mencoba melakukannya, hati kita akan lebih tenang dalam menghadapi musibah yang ada. Setelah musibah tersebut berlalu, cobalah untuk mempertahankan dan meingkatkan ibadah yang kita jalani saat musibah terjadi.

Berprasangka baiklah pada sendiri, orang lain dan Allah SWT. Yakinkanlah diri kita bahwa dengan musibah yang kita alami Allah SWT akan mengangkat derajat kita dan mengampuni dosa-dosa kita. Anggaplah musibah sebagai ujian kenaikan kelas bagi diri kita. Bahwa kita akan naik ke derajat yang lebih baik lagi di hadapan sang khalik.

Berusahalah untuk ikhlas, sabar, dan tawakal atas segala musibah yang terjadi. Karena kita diwajibkan untuk bersabar saat tertimpa musibah dan disunnahkan untuk ikhlas dan ridho atas musibah yang terjadi. Dimana menurut Hadist Riwayat Bukhari, sabar yang sebenarnya adalah sabar yang bemula pada saat pertama kali tertimpa musibah. Dengan ikhlas dan bersabar, maka insyaAllah kita akan terhindar dari tipu daya dan kemudharatan. Dan yakinlah kalau Allah SWT selalu bersama orang-orang yang sabar.

Jangan sakiti diri sendiri dan membalas dendam atas segala sesuatu yang terjadi. Kita tidak perlu untuk merusak diri sendiri apalagi sampai bunuh diri atas segala musibah yang menimpa diri kita kawan. Kita juga tidak perlu melakukan balas dendam apabila musibah tersebut disebabkan oleh fitnah orang lain. Membalas fitnah dengan fitnah atau balas dendam akan membuat kita sama tercelanya dengan orang yang memfitnah kita kawan.

Sibukkan diri dengan kegiatan yang positif, setidaknya perhatian kita akan sedikit teralihkan oleh kegiatan-kegiatan kita. Karena apabila kita tidak menyibukkan diri dan mencoba larut dalam kesedihan, mungkin kita akan mulai untuk berpikir yang tidak-tidak dan mulai menyalahkan keadaan yang ada.

Tidak semua keinginan bisa kita dapatkan dan tidak semua yang kita benci bisa kita hindari. Dan hidup adalah belajar untuk menerima semua ini. Saya masih harus banyak belajar, banyak sekali… dan mungkin anda juga. Semoga Allah menghindari kita dari segala musibah dan memasukkan kita kedalam golongan orang-orang yang sabar, ikhlas, dan bertawakal jika tertimpa musibah.

Jika engkau bersedih, pastilah ini ada maksudnya… Mengertilah engkau bahwasanya gagal itu bukanlah kekalahan, selama engkau memahami yang menguji hatimu – Padi

Senin, 24 Januari 2011

Rencana Allah Pasti (Lebih) Indah

Lebih dari 4 tahun yang lalu saya masih ingat kalau saya pernah mengisahkan hal ini kepada seseorang yang pernah menjadi sangat istimewa dalam hidup saya. Ada seorang anak yang sedang duduk dipangkuan seorang ibundanya tercinta, pada saat itu ibundanya sedang menjahit diatas sebuah kain. Dari bawah kain tersebut anak itu melihat kalau jahitan ibundanya amatlah buruk dan jauh dari kata indah. Ia tidak habis pikir dengan yang dikerjakan oleh ibundanya, akan tetapi ibundanya tetap menjahit kain tersebut hingga selesai. Dan setelah selesai ia memperlihatkan hasil jahitannya kepada anaknya tercinta. Betapa terkejutnya anak tersebut akan keindahan hasil jahitan ibundanya jika dilihat dari arah sebaliknya. Ia pun berpikir, ah andai saja dari awal ia bias melihat dari atas kain tersebut dan bukan dari bawah mungkin ia tidak akan menggerutu dan berpikir kalau ibundanya sedang melakukan pekerjaan yang buruk.

Apa pesan moral dari kisah tersebut, seringkali kita memandang buruk, kecewa atau bahkan berputus ada ketika kita menerima cobaan dari Allah SWT, padahal apa yang ditimpakan kepada kita tidaklah seburuk yang kita pikirkan. Kita merasakan hal tersebut mungkin karena kita melihatnya dari bawah persis seperti apa yang dilihat anak tersebut. Padahal rencana Allah pasti jauh lebih indah dari apa yang kita lihat atau apa yang kita alami. Bukankah Allah pernah berfirman dalam Surat Al Baqarah ayat 216 Boleh jadi kamu membenci sesuatu, padahal ia amat baik bagimu, dan boleh jadi (pula) kamu menyukai sesuatu, padahal ia amat buruk bagimu; Allah mengetahui, sedang kamu tidak mengetahui.

Dan ternyata sejarah itu sekarang sedang menimpa diri saya. Apa yang sudah coba saya rencanakan ternyata gagal. Memang saya sadari kalau tidak semua yang kita inginkan bisa kita dapatkan dan tidak semua yang kita benci bisa kita tolak. Dan hidup adalah belajar untuk menerima hal-hal seperti itu. Bukankah Allah telah berjanji dalam surat Al Insyirah ayat 5 dan 6 bahwa sesungguhnya sesudah kesulitan itu ada kemudahan. Akan tetapi apapun yang terjadi hidup haruslah tetap berjalan dan kita harus meyakini bahwa rencana Allah pasti (lebih) indah.

Senin, 12 Oktober 2009

Romansa Ide dan Kata: Ketika Konsistensi dan Komitmen Terpinggirkan


Seorang sahabat yang memiliki pemikiran dan permainan kata-kata yang cerdas pernah menanyakan perihal blog saya yang hampir tidak pernah terbaharui sekitar 1 tahun yang lalu.

Rasa malu dan tertantang menyelimuti diriku ketika membaca hal tersebut, ketika itu ingin rasanya saya menjawab pertanyaan tersebut dengan permainan kata-kata dan pergumulan ide dan pengalaman. Akan tetapi sayangnya rasa tersebut terpenjarakan oleh rasa malas, sehingga komitmen dan konsistensi terkurung didalam diri.

Tanpa terasa, sudah hampir 1 tahun, semenjak cambuk tersebut mengenai hati dan pikiranku dan ternyata blog ini belum terbaharui secara berkesinambungan. Ide dan pemikiran sering hilir mudik didalam kepala, akan tetapi mereka terkurung dengan rapat didalam pikiran karena belum adanya komitmen untuk menuangkan kedalam kata-kata. Sehingga ide dan pemikiran tersebut menjadi tidak bermakna.

Benarlah apa yang pernah dikatakan para cendekia, ide dan pemikiran menjadi tidak berarti apabila tidak dituangkan dalam kata dan dikerjakan dalam perbuatan. Sungguh bukan saya menginginkan ide dan pemikiran saya menjadi tidak berarti. Dan bukan pula saya ingin menyembunyikan ilmu karena tak pantas rasanya bagi saya yang memiliki pengetahuan tidak seberapa untuk menyembunyikan ilmu saya.

Terabaikannya blog ini sesungguhnya lebih disebabkan terpinggirkannya komitmen dan konsistensi yang saya miliki. Ternyata benar juga seperti yang dikatakan orang, mempertahankan komitmen dan konsistensi sepertinya memang membutuhkan kesungguhan. Dan patut diakui, kesungguhan saya menghadirkan karnaval kata dalam blog ini memang terabaikan dan terasingkan. Sehingga ide dan pemikiran tidak dapat memadu kasih dengan kata.

Dan dalam dalam kesempatan ini saya mencoba mengumpulkan komitmen dan menjaga konsistensi agar ide dan pemikiran saya menjadi bermakna, seperti judul dari blog ini kacamata makna. Saya tidak memiliki target yang membumbung tinggi dan hanya berkeinginan setidaknya parade kata dapat hadir dan terbaharui di blog ini setiap 1 - 2 bulan sekali. Semoga saya dapat menjaga kesungguhan saya untuk mempertahankan komitmen dan konsistensi saya... Semoga...

*Gambar diambil dari sini

Minggu, 25 Mei 2008

Bermain-main dengan MBTI

Beberapa waktu lalu saya sempat membaca mengenai test MBTI secara online di Blog Strategi+Manajemen. MBTI atau Myers-Briggs Type Indicator sendiri adalah sebuah tes kepribadian yang didesain untuk membantu seorang individu untuk mengidentifikasi pribadi miliknya. Indikator dari tes ini dikembangkan oleh Katharine Cook Briggs dan putrinya, Isabel Briggs ketika perang dunia II terjadi. Indikator tersebut melanjutkan teori Carl Jung tentang Psychological Types. MBTI sendiri konon memiliki hasil yang sangat akurat dan sangat bermanfaat untuk pengembangan karir, konseling, maupun dunia akademis.

Karena tergoda dengan MBTI , saya pun kemudian mencoba melakukan assesmen kepribadian dengan metode MBTI di mypersonality. Dan hasilnya saya termasuk ke dalam type ENTJ, seperti yang tergambar dalam profil berikut:

Dimana untuk hasil lengkapnya dapat anda lihat disini. Akan tetapi karena masih penasaran, saya pun kemudian mencoba melakukan test MBTI lagi di alamat yang berbeda. Awalnya saya mencoba melakukan test MBTI lagi di similarminds, dan hasilnya ternyata hasilnya tak berubah!!!. Saya tergolong kedalam tipe ENTJ, seperti yang tergambar dalam profil dibawah:

Yang membedakan antara test MBTI di mypersonality dengan similarminds adalah: di similarminds, selain tipe aktualisasi juga terdapat tipe ketertarikan dan tipe yang lebih disukai seperti yang tergambar dibawah ini:

Akan tetapi karena masih penasaran juga saya pun kemudian mencoba lagi di eggheadcafe. Dan hasilnya, eggheadcafe mengatakan: You are an ENTJ... (yah beginilah kalo ngeyel udah dibilang ENTJ masih ngeyel ;p)

ENTJ sendiri dalam mypersonality digambarkan sebagai berikut: ENTJs are strategic, organized and possess natural leadership qualities. They are master coordinators that can effectively give direction to groups. They are able to understand complicated organizational situations and quick to develop intelligent solutions. ENTJs are outspoken and will not hesitate to speak of their plans for improvement. They are decisive and value knowledge, efficiency and competence.

Sedangkan dalam human-metric indonesia, ENTJ digambarkan sebagai personal yang jujur dan terus terang, kuat kemauannya, menjadi pempimpin dalam kegiatan2. Biasanya baik dalam kegiatan-kegiatan yang membutuhkan pembicaraan intelektual seperti public speaking. Biasanya cepat mendapat informasi dan menikmati informasi tsb karena kesukaannya membaca. Bisa tampil lebih positif dan percaya diri daripada pengalaman mereka sendiri di area yang membutuhkan keyakinannya... Hmm... Amiiiiin.... ;)

Itulah sekilas mengenai hasil MBTI saya. Jika anda tertarik untuk memahami dan bermain-main dengan MBTI anda dapat mengklik link-link diatas... Selamat mencoba...


Sabtu, 24 Mei 2008

Beda Jepang Dengan Indonesia

Saya tertarik dengan foto di jawapos hari minggu tanggal 18 Mei 2008 yang diberi judul Padi diatas Gedung.
"Meski menjadi Negara supermodern, Jepang tetap tak bisa lepas dari beras sebagai makanan pokok. Tak heran bila masyarakat jepang selalu memlihara “keterkaitan” dengan lahan pagi. Ketika persawahan makin ciut, atap gedung pun bisa dimanfaatkan. Seperti yang dilakukan di atap gedung Roppongi Hills di Tokyo kemarin (17/5). Sebayak 130 orang, termasuk 40 anak-anak, bergembira ikut menanam padi. Selain untuk pendidikan lingkungan, ternyata lahan hijau di atap gedung bisa menjadi peredam panas. Karena itu, ketika musim panas tak terlalu gerah. Menarik juga punya gedung jangkung “berambut” hijau."

Terus terang saya tertarik untuk mengomentari foto tersebut. Karena terlihat jelas salah satu perbedaan antara bangsa Jepang dengan bangsa Indonesia. Jika bangsa Jepang hebat dalam membangun sawah diatas gedung, maka bangsa Indonesia hebat dalam membangun gedung diatas sawah... dan bahkan diatas rawa-rawa... :p

Selasa, 30 Oktober 2007

Kurangi Mengeluh Yuks...

"Gw capek sama si-X. Kerjaannya ngeluuh aja, dipikirannya yang ada pesimiiis terus. Kalo dia begitu terus gimana mau perform?? Nggak bisa apa dia berpikiran positif dan proaktif??" begitu kira-kira yang diucapkan salah seorang rekan kerja saya terhadap anggota teamnya yang sering mengeluh. Nggak jarang si-X ini juga mengeluh ke saya tentang pekerjaannya. Kaya suatu saat si-X ini mengeluh ke gw dan mengatakan, "Pak kita bisa ngebiayaain kendaraan dengan pecah PO nggak?" Yang kemudian saya jawab, "Menurut bapak sekarang kita bisa nggak pecah PO??" "Dulu bisa pak..." "Saya mah nggak tanya dulu pak, kalo dulu saya juga tau pak, yang saya tanya kan sekarang.." "Yaaa nggak bisa sih pak..." "Nah itu bapak tau, kok masih tanya??" "Ya iseng aja pak, abis kalo pecah PO nggak bisa saya nggak bisa jualan dong..." "Pak, aplikasi bapak yang butuh pecah PO berapa banyak sih pak?? Sebulan ada berapa?? 1 aja belum tentu ada kan??" "Iya sih pak" "Nah kalo 1 aja belum tentu ada, ngapain juga kita harus pusing sama aplikasi yang kaya gitu, udah jelas masih jauh lebih banyak aplikasi yang masih bisa kita 'makan', kenapa juga bapak nggak mikir kearah situ??" Lain si X lain juga si Y. Si Y ini memiliki pandangan yang bertolak belakang dengan si X. Y ini tipe orang yang lebih berpikiran positif. Kalo ketemu suatu situasi yang sulit dia sering mencoba berpikir bagaimana berusaha mengatasi situasi sulit tersebut.

Pertanyaan saya kalau anda punya 2 rekan kerja seperti X & Y. anda akan pilih yang mana?? Kemungkinan anda akan pilih yang Y kan?? Sob, sadarkah kita, semakin sering kita mengeluh, maka semakin sering pula kita mengalami hal tersebut. Mengeluh adalah hal yang sangat mudah dilakukan dan bagi beberapa orang hal ini menjadi suatu kebiasaan dan parahnya lagi mengeluh menjadi suatu kebanggaan. Ada contoh mengenai hal ini. Suatu saat saya bertanya ke seorang supir taksi, "Pak, sebelum kerja disini kerja dimana??" "Wah pindah-pindah pak, ya rata-rata nyupirin orang. Tapi sebentar aja pak, paling kurang dari setahun.." "Trus kenapa bapak pindahnya cepet-cepet?" "Abis bos saya itu cerewet semua sih pak. Jadi ya nggak betah saya kerja sama dia.." "Trus yang sekarang gimana pak??" "Ya sama aja sih, makanya sekarang saya juga mulai cari-cari lagi.." Lihat kan?? Semakin kita mengeluh, maka semakin sering pula kita mengalami hal tersebut.

Dengan mengeluh mungkin pada awalnya kita bisa mendapatkan simpati dari seseorang, tetapi hal itu tidak akan lama, apabila dalam hidup kita selalu mengeluh, mungkin teman kita akan malas mendengar keluhan kita. Menjadi seorang pengeluh tidak akan membuat kita memiliki banyak teman dan tidak akan menyelesaikan masalah kita. Akan sangat sulit sekali memecahkan suatu masalah saat kita berpikiran negatif... Kita mengeluh mungkin karena kita kecewa bahwa realitas yang terjadi nggak sesuai dengan harapan kita. Akan tetapi kalo realitas yang terjadi SELALU TIDAK SESUAI dengan harapan kita, kita harus instropeksi lagi... Kenapa hal ini selalu terjadi, apakah kita menaruh ekspektasi yang terlalu besar dan tidak sebanding dengan kemampuan kita?? Atau apakah saya salah bersikap??

Jadi daripada kita sibuk mengeluh lebih baik mulai sekarang kita perbaiki sikap kita dan mulai berpikir secara positif terhadap realitas yang ada. Dengan begitu insyaAllah kita akan dapat melihat hal-hal yang selama ini mungkin luput dari perhatian kita karena kita terlalu sibuk mengeluh. Dan percayalah kalau hidup kita akan lebih berwarna dan keberuntungan akan senantiasa bersama kita....