Senin, 29 Juni 2009

Sindrom Tourette Yang Menginspirasi


Hari Kamis lalu saya menonton sebuah film di HBO yang berjudul Front Of The Class. Film ini berdasarkan kisah nyata tentang kisah seorang penderita Sindrom Tourette, yang bernama Brad Cohen, dalam memperjuangkan cita-citanya untuk menjadi guru. Terus terang, saya sangat menyukai film ini karena banyaknya pesan yang terkandung didalamnya.

Sindrom Tourette merupakan penyakit akibat kelainan saraf yang membuat pengidapnya melakukan beberapa gerakan spontan diluar kesadaran, seperti mata berkedip terlalu sering, mangeluarkan suara berdehem, menggerakkan bahu secara spontan, mendecak-decakkan lidah, mengeluarkan kata-kata kotor (Coprolalia) dan mengulangi kata yang didengar dari orang lain (Echolali), di masyarakat awam dua hal terakhir ini dikenal dengan latah. Sampai sekarang penyakit ini belum ada obatnya, yang bisa dilakukan penderita sindrom Tourette lebih kepada pengontrolan diri dan emosi. 

Dikisahkan Brad kecil adalah seorang anak yang menderita Sindrom Tourette sering diejek, dijadikan bahan olokan, dijauhi, dan bahkan diasingi oleh orang disekitarnya karena gerakan dan suara aneh yang ia buat yang disebabkan penyakit Tourette yang dideritanya. Brad kecil menjadi sosok yang sangat terasing dilingkungannya sendiri meskipun sebenarnya ia tidak menginginkan.

Banyak upaya yang telah dilakukan Brad dan orang tuanya sehubungan dengan penyakit Tourette yang dideritanya, seperti mencoba mengunjungi terapi penderita Tourette disebuah gereja. Akan tetapi setelah melihat terapi yang dilakukan, Ibu Brad  dan Brad keluar dari tempat tersebut karena tidak ingin anaknya diperlakukan seperti penderita Tourette lain yang hidup terasing dilingkungannya.

Dalam berbagai upayanya Brad terus hidup terasing, hingga ia menemukan filosofi hidupnya dan merasa diterima ketika dalam sebuah konser musik yang diadakan sekolahnya. Ia dipanggil oleh kepala sekolahnya untuk maju kedepan. Brad yang sebelumnya merasa khawatir akan dihukum dan dipermalukan didepan teman-temannya karena suara-suara aneh yang dibuatnya, ternyata malah diberikan sokongan dari sang kepala sekolah dan memberitahukan ke rekan-rekannya kalau penyakit Tourette yang diderita Brad akan semakin parah ketika Brad merasa tidak diterima sehingga ia secara tidak langsung mengajak pengunjung yang hadir untuk menerima Brad sebagai mana adanya.

Hal tersebut menginspirasikan Brad untuk menjadi seorang guru yang tidak pernah ia miliki. Setelah lulus menjadi sarjana, Brad melamar ke berbagai sekolah untuk menjadi seorang pengajar di berbagai sekolah. Dalam banyak wawancara yang dilakukannya, Brad seringkali ditolak karena penyakit Tourette yang dideritanya meskipun ia memiliki catatan akademik yang baik, Brad seringkali dipandang sebelah mata karena penyakitnya. Tercatat sudah 24 kali wawancara ia lakukan dan gagal. Akan tetapi ia tidak mau menyerah terhadap keadaan, ia tidak akan pernah membiarkan Tourette mengalahkannya, sehingga ia terus berusaha. Hingga pada wawancara ke 25 ia akhirnya diterima menjadi guru kelas 2 di SD Mountain View.

Sebagai guru, Brad mengajarkan murid-muridnya untuk menjadi orang yang berpikiran terbuka, dimulai dengan menceritakan tentang penyakit Tourette yang dideritanya dengan cara yang menghibur dan penuh humor. Brad juga mengajarkan kepada murid-muridnya kalau seberapapun sulitnya mereka dalam hidup, mereka tetap dapat menjadi orang yang lebih baik. Brad mencontohkan tentang sulitnya ia membaca dan berkonsentrasi karena Tourette yang dideritanya, akan tetapi ia tidak mau menyerah dan kalah terhadap Tourette yang dideritanya. Seluruh siswa Brad sangat menyenangi dan menikmati pola pembelajaran yang dilakukan oleh Brad. Sehingga tanpa disadari murid-murid Brad belajar banyak pelajaran berharga dari Brad mulai dari jangan pernah menyerah pada keadaan hingga pelajaran tentang toleransi dan menerima perbedaan.

Brad tidak pernah menyerah terhadap keadaan dan tidak ingin dikalahkan oleh Sindrom Tourette yang dideritanya. Sehingga ia menjadikan Tourette menjadi gurunya dalam mengarungi hidup dan dalam proses belajar mengajar yang ia lakukan. Usaha Brad tidak sia-sia, karena akhirnya ia terpilih menjadi guru teladan di kota tempat ia mengajar.

Banyak pesan yang dapat ditangkap dalam film tersebut. Mulai dari pelajaran tentang jangan pernah menyerah terhadap keadaan, bagaimana memanfaatkan dan mengambil hikmah dari kekurangan yang kita miliki, hingga pelajaran toleransi tehadap sesama manusia meskipun ia memiliki perbedaan. Banyak orang-orang yang merasa tidak diterima dan dikucilkan dalam pergaulan karena perbedaan yang sesungguhnya tidak ia ingini. Sudah menjadi tugas kitalah sebagai manusia untuk bisa menerima mereka...

10 komentar:

Anonim mengatakan...

salam kenal dariku :)
http//:f4dLyfri3nds.blogspot.com

Havid Ardiansyah mengatakan...

Salam kenal juga fadly

Unknown mengatakan...

yeah ! gila bener . ni fillm bener bener ngasi inspirasi buar ak banget ;) suka banget ak ma film ini :)

Anonim mengatakan...

hahahaha....iya...saya juga baru liat di HBO....emang menginspirasi banget neh film......terharu pas di akhirnya diliatin orang2nya yang asli....

ada juga film barunya sandra bullock yang the blind side....itu juga inspirational kayak front of the class...based on true story juga....di akhir movienya juga diliatin orang2 yang aslinya....cekidot dah....

wiega deokman mengatakan...

Suka banget sama filmnya :D
pesannya dapet,, pemainnya cakep pula

wiega deokman mengatakan...

suka banget sama filmnya ..
pesan moralnya dapet, pemainnya juga cakep :D

adi kurniawan mengatakan...

Bgaimana dengan asperger syndrome?apa bs dihypnoterapi juga?

adi kurniawan mengatakan...

Tapi sllu ada org dblkg ksuksesan nya itu,ibu dan gurunya brad,bgaimana dg org tdk beruntung memiliki org yg mau stand diblkgny?bgaimana hrus melawan?

Unknown mengatakan...

Sindrom Tourette dapat sembuh dengan 1-2x 3 jam terapi di http://terapisindromtourette.blogspot.co.id, melalui pijat syaraf khusus dan sugesti, sudah lebih dari 100 pasien sembuh sejak 2008 yl. Anak kami yang Tic berat (tangan, kaki, mulut, leher, mata dan suara tiap 6 detik) sudah sembuh 100%... MIRACLE...AMAZING....

Penelitian kami selama 1 tahun, Tics bukanlah masalah di syaraf pusat (otak), terapi syaraf-syaraf tepi. Tics adalah akibat tegangnya syaraf-syaraf motorik tepi.

Anak kami sudah sembuh dan menjadi seorang PILOT. Silahkan cek di website tersebut di atas.

Ada endorsment kami di buku "In Front of The Class" tersebut..

Hypnotherapy mengatakan...

UPDATE 2019:

Artikel yang bagus.

Penyakit Gejala Tic dewasa ini bisa ditangani dan SEMBUH via 1-2x sesi selama 3 jam terapi di https://klinikhipnoterapi.org/sindrom-tourette , setelah melalui penelitian dan sistem Hipnoterapi pada anak sendiri oleh Ahli Hipnoterapi kami, Bpk Adhi Susilo CI, CH, CHt.

Anak Bpk Adhi Susilo ini dulunya menderita Gejala Tic sangat berat pada tahun 2001.. Dalam interval 6 detik, tangan, kaki, mulut, bahu bergerak (Motoric Tic) dan suara-suara teriakan sering terdengar (Vocal Tic).

Alhamdulillah (tahun 2019) anaknya tersebut total sembuh, Gejala Tic tidak pernah kambuh lagi. Sekarang putranya seorang PENERBANG. From MNUS to HERO. Amazing bukan?


Banyak kesaksian kesembuhan Sindrom Tourette sejak klinik dibuka pada tahun 2008 yang lalu.

Semoga informasi ini anda.