Kamis, 25 Oktober 2007

Edensor: Ketika Mimpi Menjadi Nyata

Aku ingin hidup dengan puncak tantangan, terjal, halangan, batu granit kesulitan, dan marabahaya yang melesatkan andrenalin. Aku ingin menghirup berupa - rupa pengalaman lalu terjun bebas menyelami labirin lika-liku hidup yang ujungnya tak dapat disangka. Aku mendamba kehidupan dengan kemungkinan-kemungkinan yang bereaksi satu sama lain seperti molekul uranium : meletup tak terduga-duga, menyerap, mengikat, mengganda, berkembang, terurai dan berpencar ke arah yang mengejutkan. Aku ingin ketempat-tempat yang jauh, menjumpai beragam bahasa dan orang-orang asing. Aku ingin berkelana, menemukan arahku dengan membaca bintang gemintang. Aku ingin mengarungi padang dan gurun - gurun, menciut dicengkram dingin. Aku ingin kehidupan yang menggetarkan, penuh dengan penaklukan Aku ingin hidup! Ingin merasakan sari pati hidup!

Itulah mimpi yang tertanam dalam diri Ikal yang tertuang di sampul belakang buku ini. Buku ini masih mengajak kita untuk berani bermimpi dan menggapai mimpi kita. Bukan membiarkan mimpi kita menjadi hanya sekedar khayalan. Karena sesungguhnya mimpi itu akan menjadi nyata kalau kita meyakininya dan hanya akan menjadi angan-angan jika kita menyerah kepada mimpi kita. Seperti juga yang diutarakan Arai, bermimpilah karena Tuhan akan memeluk mimpi-mimpi itu.

Edensor merupakan sekuel dari dua novel sebelumnya yang berjudul Laskar Pelangi dan Sang Pemimpi. Laskar Pelangi mengisahkan tentang masa kecil ikal dan Sang Pemimpi bercerita tentang masa ikal merantau ke Jakarta dan usaha ikal untuk mewujudkan mimpinya. Sedangkan Edensor mengkisahkan masa kuliah Ikal di Sorbonne, Perancis dan bagaimana sebagian dari mimpi ikal di waktu kecil mulai terwujud.

Dalam novel ini kita masih menemukan kekhasan Andrea Hirata yang sangat hebat dalam bermetafora yang kaya akan diksi dan penuturan yang sangat komikal dan kocak tanpa kehilangan bobot dan filosofi.

Kisah dibuku ini dibuka dengan menceritakan tentang sosok Weh yang sangat malang. Pembaca yang pernah menikmati dua karya Andrea sebelumnya mungkin akan merasa pudar ekspektasinya untuk melanjutkan kisah yang seru dari sang pemimpi. Beruntung kisah kemudian bersambung dengan cerita yang kocak dan lucu tentang kelahiran Ikal dan perubahan nama Ikal berkali-kali. Bagaimana perjuangan Ibu Ikal agar bisa melahirkan tepat pada tanggal kelahiran PBB agar kelak Ikal bisa menjadi juru pendamai. Lalu ada pula kisah bagaimana nama Ikal yang sebelumnya pernah diberi nama Aqil Barraq Badruddin harus diganti karena dirasa memberatkan. Namanya diganti menjadi Wadudh, dan akhirnya diganti lagi menjadi Andrea Hirata.

Selanjutnya novel ini bercerita tentang bagaimana Ikal dan Arai berjuang untuk mewujudkan mimpinya di Paris. Ketika kuliah di Paris diceritakan bagaimana culture shock yang dialami Ikal, Arai, dan mahasiswa-mahasiswa didunia ketiga. Gegar Budaya ini dikisahkan dengan sangat kocak oleh Andrea yang bisa membuat kita tertawa tertiwi.

Selanjutnya novel ini banyak bercerita tentang pertaruhan Ikal dengan teman-teman kuliahnya untuk berkeliling Eropa sebagai backpackers dimana pemenangnya ditentukan dari banyaknya jumlah negara yang disinggahi. Bagi mereka yang suka melakukan perjalanan traveling ala backpacker kisah petualangan Ikal sebagai backpacker ini juga memberikan berbagai tips yang menarik seperti negara-negara mana yang menghargai para backpacker, fungsi baju second skin untuk mengatasi dingin, pengalaman bergaul dengan backpacker kanada, tempat-tempat tidur yang aman, dan lain-lain.

Novel ini selain mengkisahkan perjalanan Ikal sebagai backpaker juga mengkisahkan motivasi lain Ikal berkeliling menjelajah berbagai negara. Yaitu menemukan cinta lamanya sewaktu kecil, A Ling. Ia berusaha mencari A Ling melalui internet dan menemukan sejumlah tempat dimana terdapat nama Njoo Xian Ling. Dan tempat di berbagai negara itu lah yang menjadi tempat persinggahan Ikal dan Arai.

Secara keseluruhan Novel ini sangat memikat dengan gaya bahasa yang sangat indah, yang kadang membuat kita tertawa dan kadang membuat kita tersentuh. Novel ini jelas sangat layak untuk jadi penghuni rak buku kita karena novel ini memang sarat makna...

Tidak ada komentar: