Ini unik... Karena banyaknya ladang ranjau yang mungkin ditanam oleh pihak militer dan atau gembong kartel. Polisi Kolombia kemudian melakukan eksperimen dengan melatih hewan pengerat untuk mendeteksi bahan peledak di ladang ranjau.. Caranya dengaan memanfaatkan indra tikus yang peka atas bau dan berat badannya yang ringan. Karena ringan, ketika tikus melintasi ranjau, maka ranjau itu tidak akan meledak. Sehingga korban jiwa dapat dihindarkan. Dan untuk melatih insting tikus agar terbiasa dengan munculnya hewan pemangsa. Maka kemudian polisi pun melibatkan kucing. Akan tetapi repotnya, bukannya seperti Tom & Jerry yang selalu bermusuhan. Keduanya justru menjadi akrab. Tampak di gambar Sang Tikus sedang bermain dan bercengkrama dengan Sang Kucing yang seharusnya menjadi hewan predator baginya di dalam kandang di Markas Polisi di Bogota...
Hal ini mengingatkan saya dengan kegagalan Marketing Intelligence di perusahaan-perusahaan. Ada kalanya niat suatu perusahaan membuat Marketing Intelligence untuk menghindari bahaya yang ditebar kompetitor, malah berbuah blunder. Sang Agen yang seharusnya memata-matai musuh malah jatuh cinta kepada musuh dan jatuh ke pelukan musuh. Dan akhirnya, setelah ditawari iming-iming, Sang Agen pun pindah ke tempat sang kompetitor dan justru menjadi Marketing Intelligence yang efektif bagi Sang Kompetitor.. Dan jika sudah begitu.. Apa daya nasih sudah menjadi bubur....
*gambar difoto dari koran jawa pos
1 komentar:
Trus siapa sebenarnya yang lebih beruntung?
Posting Komentar