Kamis, 28 April 2022

Pesan Sebelum Perpisahan

Ibnu Rajab al-Hanbali berkata: 


ﻋﺒﺎﺩ ﺍﻟﻠﻪ 

Wahai hamba-hamba Allah... 

ﺇﻥ ﺷﻬﺮ ﺭﻣﻀﺎﻥ ﻗﺪ ﻋﺰﻡ ﻋﻠﻰ ﺍﻟﺮﺣﻴﻞ 

Sesungguhnya bulan Ramadhan telah bersiap untuk pergi berlalu

ﻭﻟﻢ ﻳﺒﻖ ﻣﻨﻪ ﺇﻻ ﺍﻟﻘﻠﻴﻞ 

Tidaklah ada yang tersisa melainkan hanya sedikit waktu

ﻓﻤﻦ ﻣﻨﻜﻢ ﺃﺣﺴﻦ ﻓﻴﻪ ﻓﻌﻠﻴﻪ ﺍﻟﺘﻤﺎﻡ 

Siapa saja di antara kalian yang telah berbuat baik di dalamnya, hendaknya ia sempurnakan 

ﻭﻣﻦ ﻓﺮﻁ ﻓﻴﺨﺘﻤﻪ ﺑﺎﻟﺤﺴﻨﻰ 

Dan siapa yang masih banyak kekurangan, hendaknya ia tutup dengan kebaikan

ﻓﺎﻟﻌﻤﻞ ﺑﺎﻟﺨﺘﺎﻡ  

Karena amalan itu tergantung penghujungnya 

ﻓﺎﺳﺘﻤﺘﻌﻮﺍ ﻣﻨﻪ ﺑﻤﺎ ﺑﻘﻲ من ﺍﻟﻠﻴﺎﻟﻲ ﺍﻟﻨﻴﺮﺓ ﻭﺍﻷﻳﺎﻡ  

Gunakanlah malam-malam dan siang-siang Ramadhan yang tersisa

ﻭﺍﺳﺘﻮﺩﻋﻮﻩ ﻋﻤﻼً ﺻﺎﻟﺤﺎً ﻳﺸﻬﺪ ﻟﻜﻢ ﺑﻪ ﻋﻨﺪ ﺍﻟﻤﻠﻚ ﺍﻟﻌﻼﻡ 

Titipkan amal shalihmu kepadanya sehingga kelak ia akan jadi saksimu di sisi Allah, Sang Penguasa hari pembalasan

ﻭﻭﺩﻋﻮﻩ ﻋﻨﺪ ﻓﺮﺍﻗﻪ ﺑﺄﺯﻛﻰ ﺗﺤﻴﺔ ﻭﺳﻼﻡ 

Lepaskanlah perpisahan darinya dengan mengucapkan sebaik-baik salam perpisahan 

[Lathaiful Ma’arif (1/209)]


Rabu, 27 April 2022

Puasa 6 Hari Yang Bernilai Seperti Setahun

Puasa Syawal mempunyai keutamaan yang sangat istimewa. Hal ini dapat dilihat dari sabda Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam. Dari sahabat Abu Ayyub Al Anshoriy, beliau shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:

مَنْ صَامَ رَمَضَانَ ثُمَّ أَتْبَعَهُ سِتًّا مِنْ شَوَّالٍ كَانَ كَصِيَامِ الدَّهْرِ

“Barang siapa yang berpuasa Ramadhan kemudian berpuasa enam hari di bulan Syawal, maka dia berpuasa seperti setahun penuh.” (HR. Muslim)

Yakni seperti berpuasa satu tahun sempurna, karena satu kebaikan itu dilipatgandakan sepuluh kali lipat. Maka sebulan Ramadan itu menjadi sepuluh bulan, dan enam hari Syawal menjadi dua bulan. 

Maka disunnahkan berpuasa Syawal, amalan yang sedikit dan keutamaannya besar. 

 

Apakah Puasa Syawal Harus Berurutan dan Dilakukan di Awal Ramadhan ?

Imam Nawawi dalam Syarh Muslim, 8/56 mengatakan, “Para ulama madzhab Syafi’i mengatakan bahwa paling afdhol (utama) melakukan puasa syawal secara berturut-turut (sehari) setelah shalat ‘Idul Fithri. Namun jika tidak berurutan atau diakhirkan hingga akhir Syawal maka seseorang tetap mendapatkan keutamaan puasa syawal setelah sebelumnya melakukan puasa Ramadhan.” Oleh karena itu, boleh saja seseorang berpuasa syawal tiga hari setelah Idul Fithri misalnya, baik secara berturut-turut ataupun tidak, karena dalam hal ini ada kelonggaran. Namun, apabila seseorang berpuasa syawal hingga keluar waktu (bulan Syawal) karena bermalas-malasan maka dia tidak akan mendapatkan ganjaran puasa syawal.

 

Pahala Combo Puasa Syawal

Dalam  mengerjakan puasa Syawal ternyata kita bisa mendapatkan pahala combo. Kita bisa dapat dua pahala puasa sekaligus jika kita mengerjakan puasa Syawal bertepatan dengan Senin – Kamis, yaitu mendapatkan pahala puasa Syawal enam hari dan puasa Senin – Kamis.


Syaikh Muhammad bin Shalih Al-‘Utsaimin rahimahullah berkata:


 إِذَا اتَّفَقَ أَنْ يَكُوْنَ صِيَامُ هَذِهِ الأَيَّامِ السِّتَّةِ فِي يَوْمِ الاِثْنَيْنِ أَوِ الخَمِيْسِ فَإِنَّهُ يَحْصُلُ عَلَى أَجْرِ الاِثْنَيْنِ بِنِيَّةِ أَجْرِ الأَيَّامِ السِّتَّةِ ، وَبِنِيَّةِ أَجْرِ يَوْمِ الاِثْنَيْنِ أَوِ الخَمِيْسِ ، لِقَوْلِهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ : (إِنَّمَا الْأَعْمَالُ بِالنِّيَّاتِ وَإِنَّمَا لِكُلِّ امْرِئٍ مَا نَوَى)” انتهى.


“Jika puasa enam hari Syawal bertepatan dengan puasa Senin atau Kamis, maka puasa Syawal juga akan mendapatkan pahala puasa Senin, begitu pula puasa Senin atau Kamis akan mendapatkan ganjaran puasa Syawal. Hal ini berdasarkan sabda Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam, “Sesungguhnya setiap amal tergantung pada niat dan setiap orang akan mendapatkan pahala yang ia niatkan.”

 

Catatan Mengenai Puasa Syawal berdasarkan fatwa dari Syaikh Ibnu ‘Utsaimin dalam Fatawa Islamiyyah, 2:154

1. Barang siapa yang masih punya utang puasa Ramadan, maka dia tidak boleh memulai puasa enam hari Syawal, sebelum membayar utang puasa Ramadan. Karena dia tidak bisa disebut telah berpuasa Ramadan, akan tetapi berpuasa sebagian Ramadan saja.

2. Tidak boleh mendahulukan puasa enam hari Syawal dari puasa kafarah atau nadzar. Karena puasa Syawal itu hukumnya sunnah, dan puasa kafarah dan nadzar itu wajib. Dan yang wajib harus didahulukan daripada yang sunnah. Dan puasa kafaarah itu wajib segera dilaksanakan. 

3. Mengqadha puasa wajib itu melepaskan tanggung jawab, dan itu yang akan dihisab seorang hamba nantinya. Dalam Hadis Qudsi:


وما تقرب إلي عبدي بشيء أحب إلي مما افترضته عليه

"Dan tidaklah seorang hamba mendekatkan diri kepada-Ku dengan sesuatu, yang lebih Aku cintai daripada apa yang Aku wajibkan kepadanya."

4. Tidak sah menggabungkan puasa Syawal dengan puasa qadha Ramadan dengan satu niat.

5. Tidak disyariatkan mengqadha puasa Syawal setelah berlalunya bulan Syawal. Karena puasa Syawal itu ibadah sunnah yang sudah berlalu kesempatannya. Sama saja apakah meninggalkannya karena uzur atau tanpa uzur. 

Tentang Zakat Fitrah

Arti Secara Bahasa

Zakat secara bahasa berarti an namaa’ (tumbuh), az ziyadah (bertambah), ash sholah (perbaikan), menjernihkan sesuatu dan sesuatu yang dikeluarkan dari pemilik untuk menyucikan dirinya.

Fithri sendiri berasal dari kata ifthor, artinya berbuka (tidak berpuasa). Zakat disandarkan pada kata fithri karena fithri (tidak berpuasa lagi) adalah sebab dikeluarkannya zakat tersebut. Ada pula ulama yang menyebut zakat ini juga dengan sebutan “fithroh”, yang berarti fitrah/ naluri. An Nawawi mengatakan bahwa untuk harta yang dikeluarkan sebagai zakat fithri disebut dengan “fithroh”. Istilah ini digunakan oleh para pakar fikih. Sedangkan menurut istilah, zakat fithri berarti zakat yang diwajibkan karena berkaitan dengan waktu ifthor (tidak berpuasa lagi) dari bulan Ramadhan.

 

Hikmah Disyari’atkan Zakat Fitrah

Dari Ibnu Abbas radhiyallahu ‘anhuma, ia berkata:

فَرَضَ رَسُولُ اللَّهِ -صلى الله عليه وسلم- زَكَاةَ الْفِطْرِ طُهْرَةً لِلصَّائِمِ مِنَ اللَّغْوِ وَالرَّفَثِ وَطُعْمَةً لِلْمَسَاكِينِ مَنْ أَدَّاهَا قَبْلَ الصَّلاَةِ فَهِىَ زَكَاةٌ مَقْبُولَةٌ وَمَنْ أَدَّاهَا بَعْدَ الصَّلاَةِ فَهِىَ صَدَقَةٌ مِنَ الصَّدَقَاتِ.

“Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam mewajibkan zakat fithri untuk mensucikan orang yang berpuasa dari bersenda gurau dan kata-kata keji, dan juga untuk memberi makan miskin. Barangsiapa yang menunaikannya sebelum shalat maka zakatnya diterima dan barangsiapa yang menunaikannya setelah shalat maka itu hanya dianggap sebagai sedekah di antara berbagai sedekah.” [HR. Abu Daud no. 1609 dan Ibnu Majah no. 1827]

 

Hukum Zakat Fitrah

Zakat Fithri adalah shodaqoh yang wajib ditunaikan oleh setiap muslim pada hari berbuka (tidak berpuasa lagi) dari bulan Ramadhan. Bukti dalil dari wajibnya zakat fithri adalah hadits Ibnu Umar radhiyallahu ‘anhuma, ia berkata,

فَرَضَ رَسُولُ اللَّهِ – صلى الله عليه وسلم – زَكَاةَ الْفِطْرِ صَاعًا مِنْ تَمْرٍ ، أَوْ صَاعًا مِنْ شَعِيرٍ عَلَى الْعَبْدِ وَالْحُرِّ ، وَالذَّكَرِ وَالأُنْثَى ، وَالصَّغِيرِ وَالْكَبِيرِ مِنَ الْمُسْلِمِينَ وَأَمَرَ بِهَا أَنْ تُؤَدَّى قَبْلَ خُرُوجِ النَّاسِ إِلَى الصَّلاَةِ

”Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam mewajibkan zakat fithri dengan satu sho’ kurma atau satu sho’ gandum bagi setiap muslim yang merdeka maupun budak, laki-laki maupun perempuan, anak kecil maupun dewasa. Zakat tersebut diperintahkan dikeluarkan sebelum orang-orang keluar untuk melaksanakan shalat ‘ied.” [HR. Bukhari no. 1503 dan Muslim no. 984.]

 

Siapa Yang Wajib Zakat Fitrah?

Setiap muslim/Muslimah (lintas usia/termasuk bayi yang lahir di malam Idul Fitri) yang memiliki biaya kebutuhan pokok untuk malam dan Hari Raya Idul Fitri. Orang seperti ini yang disebut ghoni (berkecukupan) sebagaimana sabda Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam,

مَنْ سَأَلَ وَعِنْدَهُ مَا يُغْنِيهِ فَإِنَّمَا يَسْتَكْثِرُ مِنَ النَّارِ » فَقَالُوا يَا رَسُولَ اللَّهِ وَمَا يُغْنِيهِ قَالَ « أَنْ يَكُونَ لَهُ شِبَعُ يَوْمٍ وَلَيْلَةٍ أَوْ لَيْلَةٍ وَيَوْمٍ

“Barangsiapa meminta-minta, padahal dia memiliki sesuatu yang mencukupinya, maka sesungguhnya dia telah mengumpulkan bara api.” Mereka berkata, ”Wahai Rasulullah, bagaimana ukuran mencukupi tersebut?” Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, ”Seukuran makanan yang mengenyangkan untuk sehari-semalam. [HR. Abu Daud no. 1435 dan Ahmad 4/180

 

Kadar Zakatnya Berapa?

Beras atau makanan pokok seberat 3,5 liter atau 2,5 kg beras (per orang) atau dalam bentuk uang senilai harga beras yang biasa dikonsumsi.. Misal: jika biasa mengkonsumsi beras dengan harga perliternya Rp 12 ribu, maka kewajiban zakat perorangnya adalah Rp 42 ribu.

Dari Abu Sa’id Al Khudri radhiyallahu ‘anhu, ia mengatakan,

كُنَّا نُعْطِيهَا فِي زَمَنِ النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ صَاعًا مِنْ طَعَامٍ ، أَوْ صَاعًا مِنْ تَمْرٍ ، أَوْ صَاعًا مِنْ شَعِيرٍ ، أَوْ صَاعًا مِنْ زَبِيبٍ

“Dahulu di zaman Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam kami menunaikan zakat fithri berupa 1 sho’ bahan makanan, 1 sho’ kurma, 1 sho’ gandum atau 1 sho’ kismis.” [HR. Bukhari no. 1508 dan Muslim no. 985]

 

Kapan Dibayarkan?

Sejak Ramadhan dan paling lambat sebelum sholat Idul Fitri dilaksanakan

Hadits Ibnu ‘Abbas radhiyallahu ‘anhuma, ia berkata:

مَنْ أَدَّاهَا قَبْلَ الصَّلاَةِ فَهِىَ زَكَاةٌ مَقْبُولَةٌ وَمَنْ أَدَّاهَا بَعْدَ الصَّلاَةِ فَهِىَ صَدَقَةٌ مِنَ الصَّدَقَاتِ.

“Barangsiapa yang menunaikan zakat fithri sebelum shalat maka zakatnya diterima dan barangsiapa yang menunaikannya setelah shalat maka itu hanya dianggap sebagai sedekah di antara berbagai sedekah.” [HR. Abu Daud no. 1609 dan Ibnu Majah no. 1827]

 

Caranya Seperti Apa?

Saat Ramadhan atau sebelum Sholat Idul Fitri diserahkan. Seperti melalui lembaga zakat atau melalui taklim Masjid dilingkungan tempat tinggal atau diserahkan langsung kepada dhuafa saat pagi Idul Fitri.

 

Untuk Siapa?

Untuk Dhuafa (Fakir Miskin)

وَطُعْمَةً لِلْمَسَاكِينِ

“Zakat fithri sebagai makanan untuk orang miskin.” [Lihat Al Mawsu’ah Al Fiqhiyah, 2/8287]

 

Contoh Simulasi

Jika satu keluarga terdiri dari ayah, ibu, dan tiga anak (termasuk bayi berusia 2 hari), maka Zakat Fitrahnya menggunakan asumsi harga beras diatas adalah 5 x Rp 42 ribu = Rp 210 ribu

Ahli Puasa Dan Shalat Malam Yang Bangkrut

Ada satu hal yang ringan, namun konsekuensinya sangatlah berat. Itulah lisan..

Umar bin Abdul Aziz rahimahullah berkata:

"Kami mendapati pada ulama terdahulu bahwa mereka tidaklah memandang suatu ibadah itu dari puasa dan shalat semata. Akan tetapi bagaimana berhentinya dari menjatuhkan kehormatan manusia. Seorang yang tegak sholat shalat malam dan puasa di siang hari namun tidak menjaga lisannya maka bangkrut di akhirat." [At Tamhiid 17/433]

Semoga kita dimudahkan dalam menjaga lisan kita..

Empat Dosa yang Harus Dihindari di Bulan Ramadhan

Ada empat dosa yang penting diwaspadai saat puasa:

Pertama: Dosa pendengaran. Waspadai obrolan berisi gunjingan dll.

Kedua: Dosa penglihatan. Waspadai tontonan di YouTube dll.

Ketiga: Dosa lisan terutama dusta.

Keempat: Dosa zalim semisal menyakiti bawahan. Orang yang berpuasa semestinya memiliki sikap tenang berwibawa yaitu tidak guyonan yang berlebihan, tidak teriak-teriak yang tidak perlu, tidak mengejek dan mengolok-olok dll

Sahabat Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam, Jabir bi Abdillah mengatakan:

إِذَا صُمْتَ فَلْيَصُمْ سَمْعُكَ وَبَصَرُكَ وَلِسَانُكَ عَنْ الْكَذِبِ وَالْمَأْثَمِ وَدَعْ أَذَى الْخَادِمِ وَلْيَكُنْ عَلَيْكَ وَقَارٌ وَسَكِيْنَةٌ يَوْمَ صَوْمِكَ وَلَا تَجْعَلْ يَوْمَ فِطْرِكَ وَيَوْمَ صَوْمِكَ سَوَاءً

“Jika anda berpuasa hendaknya pendengaran, penglihatan dan lisanmu juga berpuasa dari dusta dan dosa. Jangan sakiti budak. Hendaknya saat berpuasa anda memiliki sikap tenang berwibawa. Jangan sikapi hari berpuasa dan hari tidak berpuasa dengan sikap yang sama.” (Diriwayatkan oleh Ibnu Abi Syaibah dalam al-Mushannaf 2/422 nomor 8852)

Senin, 25 April 2022

Menjawab Pertanyaan

Beberapa waktu yang lalu saya terlibat obrolan dengan anak saya yang tertua.

Dia ketika itu menyampaikan update setoran hafalan dengan sekolahnya...

K (Kakak); S (Saya)

K: Ayah, dulu kan Kakak sudah sampai Al Balad ya.. tahu nggak, sekarang Kakak sudah masuk Al Fajr dan Al Ghasyiyah lho..
S: Wah yang hal ataaka hadiisul-ghoosyiyah; wujuuhuy yauma-izin khoosyi'ah; 'aamilatun naashibah; ....
K: Iya betul, tapi Kakak baru hafal 5 ayat...
S: Tidak papa, yang penting Kakak semangat hafalinnya ya.. Kakak tahu tidak Al Ghasyiyah itu cerita tentang apa?
K: Tidak, memang tentang apa?
S: Tentang hari kiamat, hari pembalasan Kak
K: Oh yang 1 hari sama kaya 1.000 tahun ya Yah?
S: Iya betul
K: Terus nanti kalo ketika meninggal ditanya-tanya ya Yah?
S: Iya kita akan ditanya diantaranya ketika fitnah kubur dan ketika hisab..
K: Tahu nggak, Kakak lagi menghafal cara menjawabnya lho Ayah.. sekarang Kakak baru hafal sedikit. Nanti mudah-mudahan hafal semua biar bisa menjawab kalau ditanya..
S: Bukan cuma dihafalin Kak, tapi kita harus beriman
K: Tapi kan kalau hafal jawabannya dari sekarang lebih enak Yah.. Kan enak sudah bisa ngecheat dari sekarang..
S: Tahu nggak, nanti yang bisa menjawab pertanyaan dengan baik dan benar bukan yang hafal jawabannya ketika masih hidup lho. Tetapi orang yang Allah tetapkan dan mudahkan hatinya untuk menjawab pertanyaannya..
K: Jadi tidak bisa hafal saja ya Yah?
S: Iya jadi dulu waktu hidup dia mengenal Allah, mengenal Rasulnya, mengenal Agama Islam.. Menjalankan perintah Allah dan menjauhi larangan-Nya
K: Maksudnya bagaimana sih Yah?
S: Jadi misalnya waktu hidup itu kita Sholatnya tidak pernah ketinggalan, puasanya full, tidak ngomong kasar, tidak suka memukul..
K: Oo jadi harus berbuat baik dan tidak boleh jahat ya Yah?
S: Iyaa Kakak......
Tidak lama kemudian obrolan kami terdistorsi ke topik lainnya lagi.....

MasyaAllah Kakak.. Semoga Kakak & Adik jadi anak yang sholeh dan ahli surga ya.. Sebagaimana doa yang selalu kupanjatkan..

Minggu, 24 April 2022

Bersemangatlah Di Sisa-Sisa Hari Bulan Ramadhan

 

'Aisyah رضي الله عنها berkata :

كَانَ رَسُولُ الله صلى الله عليه وسلم يَجْتَهِدُ فِى الْعَشْرِ الأَوَاخِرِ مَا لاَ يَجْتَهِدُ فِى غَيْرِهِ

"Rasulullah ﷺ itu bersungguh-sungguh pada 10 hari terakhir (bulan Ramadhan), melebihi kesungguhan beliau di waktu yang lainnya" (HR. Muslim no. 1175)

 

Imam Ibnul Jauzi رحمه الله berkata :

فالله الله عباد الله، يا أهل الذنوب، يا أهل المعاصي و العيوب، يا من عصى مولاه علام الغيوب، إعملوا في بقية شهركم ليوم و فاتكم و فقركم، إذا وقفتم بين يدي ربكم

"Wahai hamba2 Allah, wahai orang2 yang berdosa, wahai para ahli kemaksiatan dan aib, wahai orang yg durhaka kepada Tuhannya Yang Maha Mengetahui hal2 yang ghaib. Beramallah kalian pada sisa2 bulan (Ramadhan) untuk hari ini, di saat kematian kalian, & juga kefakiran kalian, ketika kalian itu berdiri di hadapan Rabb kalian" (Bustaanul Waa'izhiin hal 216)

 

Imam Ibnul Qayyim رحمه الله berkata :

أهل الاستقامة في نهاياتهم أشد اجتهادًا منهم في بداياتهم

"Orang-orang yang benar2 istiqamah itu akan lebih bersemangat pd masa-masa akhir mereka dibandingkan dengan pada masa-masa awal mereka" (Madaarijus Saalikiin III/118)

 

Imam Ibnu Rajab رحمه الله berkata :

ألا وإن شهركم قد أخذ في النقص فزيدوا أنتم في العمل

"Ketahuilah, sesungguhnya bulan kalian (Ramadhan) sudah mulai berkurangnya, maka tambahkanlah (frekuensi) amalan kalian" (Lathaa-iful Ma'aarif hal 262)

 

Semoga kita semakin semangat dalam menjalankan Ramadhan

Puasa Tapi Makan Bangkai Saudara

Sebagian orang mengisi waktu puasanya dengan membicarakan aib orang lain. Tanpa terasa lapar dan dahaganya pun terlupakan. Hal ini bisa diumpamakan seperti puasa namun 'dikenyangkan' dengan berlezat-lezat mengenyangkan diri dengan memakan bangkai saudaranya.

Allah Azza wa Jalla berfirman :

وَلا يَغْتَبْ بَعْضُكُمْ بَعْضًا أَيُحِبُّ أَحَدُكُمْ أَنْ يَأْكُلَ لَحْمَ أَخِيهِ مَيْتًا فَكَرِهْتُمُوهُ

Dan janganlah menggunjingkan satu sama lain. Adakah seorang diantara kamu yang suka memakan daging saudaranya yang sudah mati? Maka tentulah kamu merasa jijik kepadanya. (QS. Al-Hujurat : 12)

Terlebih di bulan suci Ramadhan ini, jangan sampai yang lebih sering keluar dari lisan kita adalah nama dan aib manusia dibanding nama-nama Allah dan berdzikir padaNya.

...والذاكرين الله كثيرا والذاكرات اعد الله لهم مغفرة واجرا عظيما

"... dan laki-laki serta wanita yang banyak berdzikir kepada ALLAH, ALLAH telah menyiapkan ampunan dan pahala yang besar untuk mereka." (QS. Al-Ahzab: 35)

Ketika seorang hamba menikmati saat-saat berdzikir dan melafazhkan asma-Nya, niscaya ia tidak akan mau menukarnya dengan membicarakan manusia, karena seorang pencinta lebih tertarik membicarakan kekasihnya dibanding pihak lain.

Lalu bagaimana dengan seorang hamba yang jatuh cinta pada Rabb-nya?!

Ibnu 'Aun -rahimahullah- dalam As Siyar 6/369, mengungkapkan,

"Membicarakan orang adalah sebuah penyakit dan berdzikir kepada ALLAH adalah sebuah obat"

Mari sibukkan lisan dengan berdzikir daripada membicarakan aib orang lain.

Tingkatan Puasa

Ibnu Qudamah menjelaskan tingkatan orang berpuasa, yaitu:
1. Tingkatan orang awam yang hanya sebatas menahan perut dan kemaluan saja.
2. Tingkatan puasa khusus, yaitu juga menahan pandangan lisan, penglihatan, dan semua anggota badan dari perbuatan dosa
3. Tingkatan puasa yang lebih khusus, yaitu menahan diri dari keinginan-keinginan yang jelek yang dapat menjauhkan dari Allah
(Mukhtasar Minhajul Qashidin hal. 45)

Semoga kita bisa mencapai tingkatan terbaik dalam puasa Ramadhan tahun ini

Senin, 18 April 2022

Allah Ampuni Dosa-Dosanya

Jika seseorang menjalankan puasa dengan benar, yaitu yang didasari iman dan mengharap pahala dari Allah, maka dosa-dosanya yang telah lalu akan diampuni.

Puasa Karena Iman dan Mengharap Pahala

Dari Abu Hurairah, Rasulullah berkata:

مَنْ صَامَ رَمَضَانَ إِيمَانًا وَاحْتِسَابًا غُفِرَ لَهُ مَا تَقَدَّمَ مِنْ ذَنْبِهِ

“Barangsiapa berpuasa Ramadhan atas dasar iman dan mengharap pahala dari Allah, maka dosanya yang telah lalu akan diampuni.” (HR. Bukhari no. 38 dan Muslim no. 760).

Yang dimaksud berpuasa atas dasar iman yaitu berpuasa karena meyakini akan kewajiban puasa. Sedangkan yang dimaksud ihtisab adalah mengharap pahala dari Allah Ta’ala. (Fathul Bari, 4: 115).

Al Khottobi berkata, “Yang dimaksud ihtisab adalah terkait niat yaitu berpuasa dengan niat untuk mengharap balasan baik dari Allah. Jika seseorang berniat demikian, ia tidak akan merasa berat dan tidak akan merasa lama ketika menjalani puasa.” (

Hadits yang di atas menunjukkan itulah orang yang berpuasa dengan benar. Benarnya puasanya jika didasari atas iman dan puasa tersebut dilakukan ikhlas karena Allah, mengharap pahala-Nya, mengagungkan syari’at-Nya, bukan melakukannya atas dasar riya’, cari pujian atau hanya sekedar mengikuti kebiasaan orang sekitar.

Semoga Allah mengampuni dosa-dosa kita yang lalu di Ramadhan ini

Kamis, 14 April 2022

Tanda Kurangnya Akal

Abu Ja'far Muhammad bin Ali bin Husain Radhiyallahu Anhu berkata:

ما دخل قلب امرئ شيء من الكبر إلا نقص من عقله مثل ما دخله من ذلك، قل أو كثر

"Tidaklah hati seorang hamba dimasuki oleh kesombongan kecuali akalnya akan berkurang sesuai dengan kadar kesombongannya, sedikit atau pun banyak." (Shifatush Shafwah, II/108)

Untukmu Yang Sedang Berpuasa

Setiap amalan akan dilipatgandakan sepuluh kebaikan hingga tujuh ratus kebaikan yang semisal. Kemudian dikecualikan amalan puasa. Amalan puasa tidaklah dilipatgandakan seperti tadi. Amalan puasa tidak dibatasi lipatan pahalanya. (lihat hadits di poster). Amalan puasa akan dilipatgandakan oleh Allah hingga berlipat-lipat tanpa ada batasan bilangan

Kenapa bisa demikian? Ibnu Rajab Al Hambali Rahimahullah mengatakan, ”Karena orang yang menjalankan puasa berarti menjalankan kesabaran”. Mengenai ganjaran orang yang bersabar, Allah Ta’ala berfirman:

إِنَّمَا يُوَفَّى الصَّابِرُونَ أَجْرَهُمْ بِغَيْرِ حِسَابٍ

“Sesungguhnya hanya orang-orang yang bersabarlah yang dicukupkan pahala mereka tanpa batas.” (QS. Az-Zumar: 10)

 

Sabar itu ada 3 macam yaitu:

(1) sabar dalam melakukan ketaatan kepada Allah,

(2) sabar dalam meninggalkan yang haram

(3) sabar dalam menghadapi takdir yang tidak mengenakkan

3 macam bentuk sabar tersebut, semuanya terdapat dalam amalan puasa. Dalam puasa tentu saja di dalamnya ada bentuk melakukan ketaatan. Di dalamnya ada pula menjauhi hal-hal yang diharamkan. Begitu juga dalam puasa, seseorang berusaha bersabar dari hal-hal yang menyakitkan seperti rasa lapar, dahaga, dan lemahnya badan. Itulah mengapa amalan puasa bisa meraih pahala tak terhingga sebagaimana sabar. [Lathaif Al-Ma’arif, hlm. 268-290.]

Kesimpulannya, pahala puasa Ramadhan & puasa secara umum adalah tak terhingga karena di dalamnya menjalankan bentuk sabar, yaitu sabar dalam ketaatan, sabar dalam menjauhi maksiat, dan sabar dalam menghadapi ujian (cobaan)

Maka sangat merugi, saat seorang tak beralasan syar’i tidak puasa

Semoga kita termasuk yang mendapat keberuntungan ini

Bukan Berbuka Dengan Yang Manis

Sudah menjadi hal yang umum dan terkenal bahwa berbuka puasa dengan yang manis. Konon katanya menjadi terkenal karena iklan minuman manis tertentu tertentu yang begitu terkenal melalui media elektronik.

Perlu diketahui bahwa tidak ada sunnah berbuka dengan manis-manis seperti sirup, cendol, es teh manis dan sejenisnya. Yang disunnahkan adalah berbuka puasa sesuai dengan urutannya yaitu dengan ruthab (kurma basah), apabila tidak ada dengan tamr (kurma kering), apabila tidak ada maka dengan meneguk air putih.

Dari Anas bin Malik radhiyallahu ‘anhu, beliau berkata:

ﻛَﺎﻥَ ﺭَﺳُﻮ ﻝُ ﺍﻟﻠِّﻪِ ﺻَﻠَّﻰ ﺍﻟﻠَّﻪً ﻋَﻠَﻴْﻪِ ﻭَﺳَﻠَّﻢَ ﻳُﻔْﻄِﺮُ ﻋَﻠَﻰ ﺭُﻃَﺒَﺎﺕٍ ﻗَﺒْﻞَ ﺃَﻥْ ﻳُﺼَﻠِّﻲَ ﻓَﺈِﻥْ ﻟَﻢْ ﺗَﻜُﻦْ ﺭُﻃَﺒَﺎ ﺕٌ ﻓَﻌَﻠَﻰ ﺗَﻤَﺮَﺍﺕٍ ﻓَﺈِﻥْ ﻟَﻢ ﺗَﻜُﻦْ ﺣَﺴَﺎ ﺣَﺴَﻮﺍﺕٍ ﻣِﻦْ ﻣَﺎﺀٍ

“Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam berbuka dengan kurma basah (ruthab), jika tidak ada ruthab maka berbuka dengan kurma kering (tamr), jika tidak ada tamr maka minum dengan satu tegukan air.” (HR. Ahmad, Abu Dawud, sanadnya shahih)

 

Rasulullah Juga Sahur Dengan Kurma

Bukan hanya berbuka, Rasulullah pun juga sahur dengan kurma sebagai mana disebutkan dalam hadits berikut ini…

Dari Abu Hurairah, dia telah berkata Rasulullah bersabda : "Sebaik-baik sahurnya orang mukmin itu adalah (dengan makan) kurma" (HR. Abu Dawud no. 2345, Ibnu Hibban no. 3475, al-Baihaqi IV/236-237, dan al-Bazzar no. 8550, lihat Shahiihut Targhiib no. 1072, Silsilah ash-Shahiihah no. 562 & Takhriij Misykaah al-Mashaabiih no. 1939)

 

Berapa Kalori Kurma?

Berdasarkan sumber USDA, berikut adalah informasi kandungan kalori kurma:

Kurma/282 Kalori

 

75.03 gram karbohidrat

63.35 gram gula

8 gram serat

2.45 gram protein

0.39 gram lemak

2 mg natrium

656 mg kalium

[per 100gr tanpa biji]

 

100 gram Kurma Bisa Dapat Berapa Buah?

1 kurma dengan biji beratnya adalah 8-12 gram

Sedangkan kurma tanpa biji memiliki selisih berat sekitar 14%-16% dari kurma biji (sekitar 6.72-10.08 gram)

Jadi rata-rata 1 kurma tanpa biji adalah sekitar 8,4 gram..

Maka 100 gram kurma adalah sekitar 11-12 kurma tanpa biji

Orang Yang Celaka Di Bulan Ramadhan

Bulan Ramadhan ini merupakan bulan pengampunan dosa, sebagaimana Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam juga bersabda:

مَنْ صَامَ رَمَضَانَ إِيمَاناً وَاحْتِسَاباً غُفِرَ لَهُ مَا تَقَدَّمَ مِنْ ذَنْبِهِ

“Barangsiapa berpuasa Ramadhan karena iman dan mengharap pahala, maka akan diampuni dosa-dosanya yang telah lalu.” [HR. Bukhari, Muslim, dll]

 

Jika ada yang tidak diampuni dosa-dosanya selama di bulan Ramadhan, maka ini “sungguh keterlaluan” dan termasuk yang celaka, sehingga Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:

رَغِمَ أَنْفُ عَبْدٍ – أَوْ بَعُدَ – دَخَلَ عَلَيْهِ رَمَضَانُ فَلَمْ يُغْفَرْ لَهُ

“Celakalah seorang hamba yang mendapati bulan Ramadhan kemudian Ramadhan berlalu dalam keadaan dosa-dosanya belum diampuni.” [HR. Ahmad]

Di bulan Ramadhan sangat banyak sebab-sebab diampuni seperti puasa, shalat malam, zakat fithri, dan lain-lainnya.

 

Pantas apabila ada ulama terdahulu yang berkata:

من لم يغفرْ لَه في رمضان فلن يغفر له فيما سواه؛

“Barangsiapa yang tidak diampuni dosa-dosanya di bulan Ramadhan, maka tidak akan diampuni dosa-dosanya di bulan-bulan lainnya.” [Latha-if Al-Ma’arif, hal. 297]

Semoga kita termasuk orang yang diampuni di bulan Ramadhan.

Ramadhan Bulan Dikabulkannya Doa

Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wassallam bersabda:

إِنَّ لِلّهِ فِى كُلِّ يَوْمٍ عِتْقَاءَ مِنَ النَّارِ فِى شَهْرِ رَمَضَانَ ,وَإِنَّ لِكُلِّ مُسْلِمٍ دَعْوَةً يَدْعُوْ بِهَا فَيَسْتَجِيْبُ لَهُ

”Sesungguhnya Allah membebaskan beberapa orang dari api neraka pada setiap hari di bulan Ramadhan,dan setiap muslim apabila dia memanjatkan do’a maka pasti dikabulkan.”

[HR. Al Bazaar, dari Jabir bin ‘Abdillah. Al Haitsami dalam Majma’ Az Zawaid (10/149) mengatakan bahwa perowinya tsiqoh (terpercaya). Lihat Jaami’ul Ahadits, 9/224]

 

Diantara waktu mustajabnya doa di bulan Ramadhan:

Waktu Sahur

Dari Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu, Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

يَنْزِلُ رَبُّنَا تَبَارَكَ وَتَعَالَى كُلَّ لَيْلَةٍ إِلَى السَّمَاءِ الدُّنْيَا حِينَ يَبْقَى ثُلُثُ اللَّيْلِ الآخِرُ يَقُولُ مَنْ يَدْعُونِى فَأَسْتَجِيبَ لَهُ مَنْ يَسْأَلُنِى فَأُعْطِيَهُ مَنْ يَسْتَغْفِرُنِى فَأَغْفِرَ لَهُ

“Rabb kita tabaraka wa ta’ala turun ke langit dunia ketika tersisa sepertiga malam terakhir. Lantas Allah berfirman, “Siapa saja yang berdo’a kepada-Ku, maka akan Aku kabulkan. Siapa yang meminta kepada-Ku, maka Aku beri. Siapa yang meminta ampunan kepada-Ku, maka akan Aku ampuni.” (HR. Bukhari, no. 1145 dan Muslim, no. 758). Ibnu Hajar juga menjelaskan hadits di atas dengan berkata, “Do’a dan istighfar di waktu sahur mudah dikabulkan.” (Fath Al-Bari, 3: 32).

 

Saat Berpuasa

Dari Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu, Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

ثَلاَثَةٌ لاَ تُرَدُّ دَعْوَتُهُمُ الصَّائِمُ حَتَّى يُفْطِرَ وَالإِمَامُ الْعَادِلُ وَدَعْوَةُ الْمَظْلُومِ

“Tiga orang yang do’anya tidak tertolak: orang yang berpuasa sampai ia berbuka, pemimpin yang adil, dan do’a orang yang dizalimi.” (HR. Ahmad 2: 305. Syaikh Syu’aib Al Arnauth mengatakan bahwa hadits ini shahih dengan berbagai jalan dan penguatnya)

Imam Nawawi rahimahullah berkata, “Disunnahkan orang yang berpuasa untuk memperbanyak do’a demi urusan akhirat dan dunianya, juga ia boleh berdo’a untuk hajat yang ia inginkan, begitu pula jangan lupakan do’a kebaikan untuk kaum muslimin secara umum.” (Al-Majmu’, 6: 273)

 

Ketika Berbuka Puasa

Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

ثَلاَثَةٌ لاَ تُرَدُّ دَعْوَتُهُمُ الإِمَامُ الْعَادِلُ وَالصَّائِمُ حِينَ يُفْطِرُ وَدَعْوَةُ الْمَظْلُومِ

“Ada tiga orang yang do’anya tidak ditolak : (1) Pemimpin yang adil, (2) Orang yang berpuasa ketika dia berbuka, (3) Do’a orang yang terzalimi.” (HR. Tirmidzi no. 2526, 3598 dan Ibnu Majah no. 1752. Al-Hafizh Abu Thahir mengatakan bahwa hadits ini hasan). Dalam Tuhfah Al-Ahwadzi (7: 278) disebutkan bahwa kenapa do’a mudah dikabulkan ketika berbuka puasa yaitu karena saat itu, orang yang berpuasa telah menyelesaikan ibadahnya dalam keadaan tunduk dan merendahkan diri.

 

Waktu-Waktu Lainnya

- Antara Adzan dan Iqomah

- Selesai Sholat Lima Waktu

- Saat Sujud Dalam Sholat

Semoga semua doa baik kita di Ramadhan ini ijabah Allah Azza Wa Jala

Pintu Surga Dibuka, Pintu Neraka Ditutup, Setan Dibelenggu

Rasulullah Shalallahu 'alaihi wasallam bersabda:

”Apabila Ramadhan tiba, pintu surga dibuka, pintu neraka ditutup, dan setan pun dibelenggu.” [HR. Bukhari no. 3277 dan Muslim no. 1079]

Al Qodhi ‘Iyadh mengatakan, “Hadits di atas dapat bermakna, terbukanya pintu surga dan tertutupnya pintu Jahannam dan terbelenggunya setan-setan sebagai tanda masuknya bulan Ramadhan dan mulianya bulan tersebut.” Lanjut Al Qodhi ‘Iyadh, “Juga dapat bermakna terbukanya pintu surga karena Allah memudahkan berbagai ketaatan pada hamba-Nya di bulan Ramadhan seperti puasa dan shalat malam. Hal ini berbeda dengan bulan-bulan lainnya. Di bulan Ramadhan, orang akan lebih sibuk melakukan kebaikan daripada melakukan hal maksiat. Inilah sebab mereka dapat memasuki surga dan pintunya. Sedangkan tertutupnya pintu neraka dan terbelenggunya setan, inilah yang mengakibatkan seseorang mudah menjauhi maksiat ketika itu.”

Semoga Allah Subhanahu Wa Ta’ala memudahkan jalan kita untuk menuju surga-Nya dan menjauhi kita dari neraka-Nya

Keberkahan Bulan Ramadhan

Sebagaimana hadits yang terdapat dalam ash-Shahihain dari Abu Hurairah Radhiyallahu anhu, dari Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam, beliau bersabda:

مَنْ صَامَ رَمَضَانَ إِيْمَانًا وَاحْتِسَابًا غُفِرَ لَهُ مَا تَقَدَّمَ مِنْ ذَنْبِهِ.

“Barangsiapa yang berpuasa Ramadhan karena keimanan dan mengharapkan pahala (dari Allah Subhanahu wa Ta’ala), niscaya akan diampuni dosa-dosanya yang telah lalu.”

Semoga Allah Subhanahu Wa Ta’ala mengampuni segala dosa dan kesalahan kita di bulan Ramadhan ini

Doa Menyambut Ramadhan

Di antara doa yang diamalkan oleh sebagian sahabat Radhiyallahu 'anhum ketika datang bulan Ramadhan:

اَللَّهُمَّ سَلِّمْنـِي إِلَى رَمَضَانَ وَسَلِّمْ لِـي رَمَضَانَ وَتَسَلَّمْهُ مِنِي مُتَقَبَّلاً

“Ya Allah, antarkanlah aku hingga sampai Ramadhan, dan antarkanlah Ramadhan kepadaku, dan terimalah amal-amalku di bulan Ramadhan.” (Lathaif Al-Ma’arif, hlm. 264)

Selasa, 12 April 2022

Crazy Rich Yang Tawadhu

Setelah sebelumnya membahas tentang Flexing, baik yang konvensional maupun yang berbau syariah... 

Yang diantara tujuannya diantaranya adalah untuk kepentingan konten, menarik traffic untuk dikonversi menjadi cuan ataupun katanya untuk menginspirasi orang lain agar selalu berjuang dan tetap semangat dalam merengkuh kesuksesan dalam hidup… 

Biar semua bisa menjadi Crazy Rich katanya.. 

Hal tersebut sah-sah saja dan juga merupakan hak mereka dalam membuat konten sebenarnya…

Akan tetapi… kita juga perlu memperhatikan beberapa hal, diantaranya:

1. Luruskan niat, apalagi ketika flexing itu berbau syariah, jangan sampai tujuan konten tersebut untuk riya dan menunjukkan kesombongan.. apalagi kesombongan yang ditutupi dengan kesan humble.. cek lagi konten sebelum diposting… 

2. Dalam kondisi sekarang ini, banyak sekali masyarakat yang sedang dalam kondisi tidak baik-baik saja, yang kalau kata Boss saya dulu, “kesulitannya sudah seleher sehingga rawan tenggelam”. Khawatirnya konten kita bukannya menginspirasi, justru malah mengintimidasi dan terkesan tidak empati kepada mereka yang kondisinya sedang tidak baik…

Mungkin tidak ada salahnya kalau kita juga bisa mencontoh para Crazy Rich.. - ups Rich aja deh tidak usah pakai Crazy - …yang sholeh dan tawadhu berikut ini:


Utsman bin Affan Radhiyallahu Anhu 

Dikenal sebagai khalifah yang sederhana, murah hati, dan pemalu, meskipun ia adalah saudagar yang kaya raya. Yang kekayaannya masih mengalir dan bisa dirasakan sampai saat ini melaui sumber mata air miliknya. 

Beliau yang selalu memberikan pelayanan terbaik ketika menjamu tamu, diceritakan oleh suatu kisah bahwa di rumahnya, biasa memakan roti dengan cuka atau dengan minyak meski sebenarnya ia bisa menyantap makanan mewah, beliau tidak pernah ugal-ugalan dalam menggunakan kekayaannya. 

Padahal beliau adalah sahabat yang sangat kaya raya, yang Ketika meninggalnya meninggalkan harta 30 juta Dirham, 150.000 Dinar, sedekah 200.000 Dinar, 1000 ekor yang kalau dirupiahkan lebih dari 5 triliun rupiah. Hal itu belum termasuk sumur yang sampai sekarang masih mengalir ke rekeningnya, hibah 950 unta untuk alat perlengkapan perang, asset tanaj dan kuda yang jumlahnya sangat banyak..


Umar bin Khattab Radhiyallahu Anhu 

Yang dikenal sebagai khalifah, ia juga dikenal sebagai sahabat Rasul yang kaya raya. Namun, sepanjang hidupnya ia tak pernah memamerkan kekayaannya maupun hidup dalam kemewahan. 

Tidur siangnya hanya beralaskan tikar dan batu bata di bawah pohon kurma. Pakaiannya bukan berbahan mahal, hanya kain sederhana yang bahkan dipenuhi dua belas tambalan, yang salah satu tambalannya itu ditambal dengan kain kulit berwarna merah. Saking sederhananya, sampai warga sempat terkecoh dibuat Umar, dan tidak mengenali beliau ketika ke Yerusalem. Dimana ketika memasuki Yerusalem giliran Umar yang kebagian jatah memegang tali kekang Unta, sementara sang pembantu naik di punggung Unta. Sehingga membuat warga mengira bahwa yang berada di atas unta tersebut adalah Khalifah Umar bin Khattab, sementara laki-laki berbaju tambalan yang menarik unta itu adalah pembantunya.

Umar punya alasan sendiri. Prinsip hidup sederhana yang ia pegang semata-mata untuk menjaga perasaan rakyat yang ia pimpin. Ketika meninggalnya beliau Umar meninggalkan warisan lebih dari Rp 11 triliun. Setiap tahun, rata-rata lahan pertaniannya saat itu menghasilkan Rp 2,8 triliun per tahun. Beliau juga memiliki 70.000 properti dan pemimpin tertinggi pada masanya.


Abdurrahman bin Auf Radhiyallahu Anhu

Yang dikenal sebagai sahabat, kaya raya, dijamin masuk surga, dan sangat tawadhu.

Meskipun kaya raya tak terhingga, Abdurrahman bin Auf tetap hidup sederhana. Saking sederhananya Abdurrahman bin Auf, bila sedang berkumpul dengan para pegawainya, maka orang-orang yang tidak mengenalnya tidak akan mengira jika Abdurrahman adalah Bos dari semua orang.  Orang-orang tidak bisa mengetahui bedanya Abdurrahman yang merupakan pimpinan perusahaan dengan karyawan atapun bawahannya. Orang-orang yang baru bertemu tidak akan tahu bahwa yang ada dihadapannya adalah orang yang sangat kaya. Yang mendapatkan julukan bertangan emas, karena kepiawaiannya berbisnis.

Padahal ketika meninggalnya beliau meninggalkan warisan berlimpah yang kalau dirupiahkan lebih dari 13 triliun rupiah.


Nabi Sulaiman Alaihis Salam

Seorang Nabi yang sangat kaya raya dan Allah titipkan kerajaan yang terbesar dan tidak akan tertandingi sampai kapanpun.

Begitu tawadhunya beliau, sampai Ketika ada yang memuji beliau tentang kekayaan, kejayaan, dan kehebatannya… 

Beliau akan mengatakan “Hadza Min Fadli Robbi” Ini semua adalah karunia dari Rabku


Semoga kita bisa meneladani para Crazy Rich yang sholeh dan tawadhu diatas…

Semoga Allah Azza Wa Jala memberikan rezeki yang berlimpah kepada kita dan tetap menjadikan kita menjadi insan yang rendah hari...

Dan semoga Allah Subhanahu Wa Ta’ala juga melapangkan dada kita untuk bisa menerima segala ketentuan-Nya…


اللَّهُمَّ أكْثِرْ مَالِي، وَوَلَدِي، وَبَارِكْ لِي فِيمَا أعْطَيْتَنِي وَأطِلْ حَيَاتِي عَلَى طَاعَتِكَ، وَأحْسِنْ عَمَلِي وَاغْفِرْ لِي

Allahumma ak-tsir maalii wa waladii, wa baarik lii fiimaa a’thoitanii wa athil hayaatii ‘ala tho’atik wa ahsin ‘amalii wagh-fir lii.”

(Ya Allah perbanyaklah harta dan anakku serta berkahilah karunia yang Engkau beri. Panjangkanlah umurku dalam ketaatan pada-Mu dan baguskanlah amalku serta ampunilah dosa-dosaku.) [doa pada Anas dan hadits Abdurrahman bin Abi Bakrah; HR Bukhari Muslim]


اللَّهُمَّ إِنِّى أَسْأَلُكَ الْهُدَى وَالتُّقَى وَالْعَفَافَ وَالْغِنَى

“Allahumma inni as-alukal huda wat tuqo wal ‘afaf wal ghina” 

(Ya Allah, aku meminta pada-Mu petunjuk, ketakwaan, diberikan sifat ‘afaf –menjauhkan diri dari hal haram- dan sifat ghina –hidup berkecukupan-) [HR. Muslim no. 2721]

sumber: instagram @udahavid

Flexing

Fenomena flexing cukup ramai dibicarakan masyarakat. Fenomena ini seiring dengan munculnya istilah “sultan” atau crazy rich di media sosial yang akhir-akhir ini berurusan dengan kepolisian.

Menurut kamus Merriam-Webster, flexing adalah memamerkan sesuatu atau yang dimiliki secara mencolok.  Kata flexing juga digunakan untuk orang yang suka memamerkan kekayaan yang sebenarnya tidak mereka miliki. Pandangan lain juga menyatakan bahwa flexing berarti orang yang palsu, memalsukan, atau memaksakan gaya agar diterima dalam pergaulan.

Flexing di media sosial dapat dilakukan dengan berbagai cara melalui foto atau video. Tindakan tersebut bisa berupa memamerkan barang mewah misalnya perhiasan, rumah, kendaraan dan barang-barang elektronik. Hingga flexing yang berbau syariah, seperti pamer sedekah, pamer pencapaian materi dengan dalih beli tunai sambil mencibir yang kredit, dan lainnya.

Korban flexing pun juga tidak sedikit, mulai dari kasus First Travel, Binomo, Quotex, Dream For Freedom, Pandawa Group, binary trading, investasi bodong, dan lainnya.

Lalu, bagaimana flexing dalam pandangan Islam?

Dalam banyak bahasan, flexing disamakan juga dengan pamer dan riya. Dan itu merupakan perbuatan yang dilarang, seperti beberapa dalil berikut ini:

Allah berfirman, “Dan janganlah kamu memalingkan mukamu dari manusia (karena sombong) dan janganlah kamu berjalan di muka bumi dengan angkuh. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang sombong lagi membanggakan diri.” (QS Luqman:18)

Apalagi jika sikap pamer ini diikuti dengan anggapan dirinya lebih mulia dari orang lain sehingga meremehkan, menghina, serta merendahkan orang lain baik dengan perbuatan maupun perkataan.

Pamer dikategorikan sebagai perbuatan syirik kecil yang dosanya sangat besar sebagaimana hadits berikut:

إِنَّ أَخْوَفَ مَا أَخَافُ عَلَيْكُمُ الشِّرْكُ الأَصْغَرُ . قَالُوا وَمَا الشِّرْكُ الأَصْغَرُ يَا رَسُولَ اللهِ قَالَ : الرِّيَاءُ

Artinya: “Sesungguhnya yang paling aku takutkan menimpa kalian adalah syirik ashghar (syirik terkecil).” Para sahabat bertanya, “Apa itu syirik terkecil itu, wahai Rasulullah?” Beliau menjawab, “Yaitu riya’ (pamer).” (HR ahmad)

Di ayat yang lain, Allah berfirman:

وَفَرِحُواْ بِالْحَيَاةِ الدُّنْيَا وَمَا الْحَيَاةُ الدُّنْيَا فِي الآخِرَةِ إِلاَّ مَتَاعٌ

Mereka bersikap bangga terhadap kehidupan dunia. Padahal kehidupan dunia itu (dibanding dengan) kehidupan akhirat, hanyalah kesenangan (yang sedikit). (QS. ar-Ra’du: 26).

Dalam tafsir as-Sa’di dinyatakan:

أي: لا تفرح بهذه الدنيا العظيمة، وتفتخر بها، وتلهيك عن الآخرة، فإن اللّه لا يحب الفرحين بها

Artinya, janganlah kamu merasa sombong dengan duniamu yang banyak, bangga dengannya, sementara itu melalaikanmu dari akhirat. Karena Allah tidak menyukai orang yang bangga dengan dunia. (Tafsir as-Sa’di, hlm. 623).

Lalu mengapa seringkali orang tergoda untuk mengikuti orang yang melakukan flexing sebagai strategi marketing mereka?

Hal ini tidak terlepas karena adanya sifat tamak dari manusia seperti yang tertuang dalam hadits Anas bin Malik, dimana Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wassalam bersabda:

يَهْرَمُ ابْنُ آدَمَ وَتَبْقَى مِنْهُ اثْنَتَانِ الْحِرْصُ وَالأَمَلُ

“Jika manusia berada di usia senja, ada dua hal yang tersisa baginya: sifat tamak dan banyak angan-angan.” (HR. Ahmad, 3: 115. Syaikh Syu’aib Al Arnauth mengatakan bahwa sanad hadits ini shahih sesuai syarat Bukhari-Muslim)

Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wassalam dalam haditsnya juga mengingatkan: “Seandainya seorang manusia memiliki dua lembah (yang penuh berisi) harta/emas maka dia pasti akan menginginkan lembah (harta) yang ketiga”.

Sifat rakus inilah yang akan terus menyeretnya untuk terus mengejar harta dan mengumpulkannya siang dan malam, dengan mengorbankan apapun untuk tujuan tersebut. Sehingga tenaga dan pikirannya akan terus terkuras untuk mengejar ambisi tersebut, dan ini merupakan kerusakan sekaligus siksaan besar bagi dirinya didunia

Imam Ibnul Qayyim rahimahullah berkata: “Orang yang mencintai dunia/harta (secara berlebihan) tidak akan lepas dari tiga (kerusakan dan penderitaan): Kekalutan (pikiran) yang tidak pernah hilang, keletihan yang berkepanjangan dan penyesalan yang tiada akhirnya.”

Al Ghozali –rahimahullah- mengatakan, “Setan selamanya akan memalingkan pandangan manusia pada orang yang berada di atasnya dalam masalah dunia. Setan akan membisik-bisikkan padanya: ‘Kenapa engkau menjadi kurang semangat dalam mencari dan memiliki harta supaya engkau dapat bergaya hidup mewah[?]

’ Namun dalam masalah agama dan akhirat, setan akan memalingkan wajahnya kepada orang yang berada di bawahnya (yang jauh dari agama). Setan akan membisik-bisikkan, ‘Kenapa dirimu merasa rendah dan hina di hadapan Allah[?]” Si fulan itu masih lebih berilmu darimu’.” (Lihat Faidul Qodir Syarh Al Jaami’ Ash Shogir, 1/573)

Bagaimana cara kita menghindari melakukan dan tergiur dengan flexing?

Mungkin kita bisa merenungkan hadits berikut ini. Dari Abu Hurairah, ia berkata bahwa Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wassalam bersabda:

انْظُرُوا إِلَى مَنْ أَسْفَلَ مِنْكُمْ وَلاَ تَنْظُرُوا إِلَى مَنْ هُوَ فَوْقَكُمْ فَهُوَ أَجْدَرُ أَنْ لاَ تَزْدَرُوا نِعْمَةَ اللَّهِ

“Pandanglah orang yang berada di bawahmu (dalam masalah harta dan dunia) dan janganlah engkau pandang orang yang berada di atasmu (dalam masalah ini). Dengan demikian, hal itu akan membuatmu tidak meremehkan nikmat Allah padamu.” (HR. Muslim no. 2963)

Al Hasan Al Bashri mengatakan:

إذا رأيت الرجل ينافسك في الدنيا فنافسه في الآخرة

“Apabila engkau melihat seseorang mengunggulimu dalam masalah dunia, maka unggulilah dia dalam masalah akhirat.”

Ya Allah, jauhkanlah kami dari sifat sombong dan membanggakan diri dalam hal harta dan dunia. Karuniakanlah pada kami sifat qona’ah, selalu merasa berkecukupan.

اللَّهُمَّ إِنِّى أَسْأَلُكَ الْهُدَى وَالتُّقَى وَالْعَفَافَ وَالْغِنَى

“Allahumma inni as-alukal huda wat tuqo wal ‘afaf wal ghina”

(Ya Allah, aku meminta pada-Mu petunjuk, ketakwaan, diberikan sifat ‘afaf –menjauhkan diri dari hal haram- dan sifat ghina –hidup berkecukupan-) (HR. Muslim no. 2721)

sumber: instagram @udahavid

3 Janji Allah Dalam Al-Quran

لَىِٕنْ شَكَرْتُمْ لَاَزِيْدَنَّكُمْ وَلَىِٕنْ كَفَرْتُمْ اِنَّ عَذَابِيْ لَشَدِيْدٌ

Sesungguhnya jika kamu bersyukur, niscaya Aku akan menambah (nikmat) kepadamu, tetapi jika kamu mengingkari (nikmat-Ku), maka pasti azab-Ku sangat berat (QS Ibrahim 7)

 

فَاذْكُرُوْنِيْٓ اَذْكُرْكُمْ وَاشْكُرُوْا لِيْ وَلَا تَكْفُرُوْنِ

Maka ingatlah kepada-Ku, Aku pun akan ingat kepadamu. Bersyukurlah kepada-Ku, dan janganlah kamu ingkar kepada-Ku (Al Baqarah 152)

 

دْعُوْنِيْٓ اَسْتَجِبْ لَكُمْ ۗاِنَّ الَّذِيْنَ يَسْتَكْبِرُوْنَ عَنْ عِبَادَتِيْ سَيَدْخُلُوْنَ جَهَنَّمَ دَاخِرِيْنَ

Berdoalah kepada-Ku, niscaya akan Aku perkenankan bagimu. Sesungguhnya orang-orang yang sombong tidak mau menyembah-Ku akan masuk neraka Jahanam dalam keadaan hina dina (Ghaffir 60) 

Ana Khoiru Minhu - Aku Lebih Baik dari Dia

Sifat sombong menyelinap dalam hati manusia, samar, tersembunyi dan jarang disadari. Sifat ini menyertai setiap amal hamba, baik dalam ranah ibadah maupun muamalat. Jika tak segera disadari, sifat sombong ini akan menghancurkan segala amal baik.

Sikap sombong adalah memandang dirinya berada di atas kebenaran dan merasa lebih di atas orang lain. Orang yang sombong merasa dirinya sempurna dan memandang dirinya berada di atas orang lain. (Bahjatun Nadzirin, I/664, Syaikh Salim al Hilali, cet. Daar Ibnu Jauzi)

Siapa yang menjadi "tauladan" orang yang sombong? Jawabannya tiada lain adalah IBLIS la'natullah, makhluk Allah yang berlaku sombong, menentang perintah Robb-nya.

Frasa "Ana khairun minha" (aku lebih baik dari dia) yang diucapkan iblis saat memberikan hujjah atas pembangkangkangannya terhadap perintah Allah, sangatlah berbahaya. Menyebabkan murkanya Allah, sehingga iblis diusir dari surga dalam keadaan dilaknat dan terhina.

Orang-orang sombong berlaku sama dengan yang ditunjukkan iblis. Orang-orang ini memandang dirinya, golongannya, kelompoknya, madzhabnya, harokahnya, sukunya, lebih mulia lebih benar lebih baik dari yang lain.

Semoga kita selamat dari kesombongan, dan semoga kita termasuk orang-orang yang senantiasa menjaga kerbersihan hati dari penyakit ini.

Sumber: instagram @udahavid

Mengikis Kesombongan

Puncak dari penghambaan adalah Ihsan. Tapi menuju puncak itu tak mudah. Perangkap pertama yang tak boleh dilewati seorang sholeh adalah bersih-bersih hati. Karena di surga tak ada tempat bagi orang sombong.

Allah berfirman: “Negeri akhirat itu Kami jadikan bagi orang-orang yang tidak menyombongkan diri dan tidak berbuat kerusakan di bumi. Dan kesudahan (yang baik) itu bagi orang-orang yang bertakwa.” (Al-Qoshos: 83)

Imam Al Ghazali memberikan resep agar terhindari dari hal sombong

1. Jika berjumpa dengan anak-anak, anggaplah bahwa anak-anak tersebut lebih mulia daripada kita karena mereka belum banyak melakukan dosa.

2. Apabila bertemu dengan orang tua, anggaplah ia lebih mulia daripada kita karena dia sudah lama beribadah.

3. Jika berjumpa dengan orang alim, anggaplah dia lebih mulia daripada kita karena mereka telah mempelajari dan mengetahui banyak ilmu.

4. Jika melihat orang bodoh, anggaplah mereka lebih mulia daripada kita karena mereka melakukan dosa dalam kebodohan, sedangkan kita melakukan dosa dalam keadaan mengetahui.

5. Apabila melihat orang jahat, jangan anggap kita lebih mulia karena mungkin suatu hari nanti dia akan bertobat atas kesalahannya.

6. Apabila bertemu dengan orang kafir, katakan di dalam hati bahwa mungkin suatu hari nanti mereka akan mendapatkan hidayah dan memeluk Islam sehingga segala dosa mereka akan diampuni oleh Allah.

sumber: instagram udahavid