Minggu, 24 April 2022

Puasa Tapi Makan Bangkai Saudara

Sebagian orang mengisi waktu puasanya dengan membicarakan aib orang lain. Tanpa terasa lapar dan dahaganya pun terlupakan. Hal ini bisa diumpamakan seperti puasa namun 'dikenyangkan' dengan berlezat-lezat mengenyangkan diri dengan memakan bangkai saudaranya.

Allah Azza wa Jalla berfirman :

وَلا يَغْتَبْ بَعْضُكُمْ بَعْضًا أَيُحِبُّ أَحَدُكُمْ أَنْ يَأْكُلَ لَحْمَ أَخِيهِ مَيْتًا فَكَرِهْتُمُوهُ

Dan janganlah menggunjingkan satu sama lain. Adakah seorang diantara kamu yang suka memakan daging saudaranya yang sudah mati? Maka tentulah kamu merasa jijik kepadanya. (QS. Al-Hujurat : 12)

Terlebih di bulan suci Ramadhan ini, jangan sampai yang lebih sering keluar dari lisan kita adalah nama dan aib manusia dibanding nama-nama Allah dan berdzikir padaNya.

...والذاكرين الله كثيرا والذاكرات اعد الله لهم مغفرة واجرا عظيما

"... dan laki-laki serta wanita yang banyak berdzikir kepada ALLAH, ALLAH telah menyiapkan ampunan dan pahala yang besar untuk mereka." (QS. Al-Ahzab: 35)

Ketika seorang hamba menikmati saat-saat berdzikir dan melafazhkan asma-Nya, niscaya ia tidak akan mau menukarnya dengan membicarakan manusia, karena seorang pencinta lebih tertarik membicarakan kekasihnya dibanding pihak lain.

Lalu bagaimana dengan seorang hamba yang jatuh cinta pada Rabb-nya?!

Ibnu 'Aun -rahimahullah- dalam As Siyar 6/369, mengungkapkan,

"Membicarakan orang adalah sebuah penyakit dan berdzikir kepada ALLAH adalah sebuah obat"

Mari sibukkan lisan dengan berdzikir daripada membicarakan aib orang lain.

Tidak ada komentar: