Rabu, 19 Agustus 2020

Menjadi Ayah Berbicara dan Mendengar Aktif

Masuk ke tema ketiga dari serial ayah hebat yang disampaikan oleh Ayah Irwan Rinaldi dengan topik Menjadi Ayah Berbicara dan Mendengar Aktif.  Manfaat dari ayah berbicara dan mendengar aktif bagi anak-anak adalah, yang pertama, anak-anak bisa latihan berbicara, berfikir, dan menganalisa. Manfaat yang kedua, anak-anak ketika didengar waktu kecilnya, insyaAllah ketika besar akan mendengar.

Ketika kita memiliki keterampilan berbicara dan mendengar aktif, anak-anak juga latihan mana yang esensi dan mana yang aksesori.

Ada beberapa larangan dari kegiatan berbicara dan mendengar aktif. Diantara yang harus kita hindari dalam berbicara dan mendengar aktif adalah:

Jangan Menyalahkan atau Menuduh. Kalau misalnya suatu saat mainan adiknya hilang, lalu kita menuduh sang kakak dengan mengatakan, “kamu yang menghilangkan mainan itu kan?”. Atau ketika ada tugas kita mengatakan, “pasti kamu tidak mengerjakan PR lagi”. Dampaknya adalah anak kita akan menyangkal karena bukan dia yang mengambil atau sebenarnya sudah mengerjakan PR. Atau kita akan berada di posisi yang harus membuktikan terus, akhirnya kita berada di posisi yang membela diri.

Jangan Meremehkan. Misalnya anak-anak sudah menyusun bajunya atau mainannya, mungkin tidak rapih untuk ukuran kita, tetapi ketika anak kita mengatakan, “Yah aku sudah menyusun bajuku dengan rapih” Kita jangan sampai mengatakan, “hah rapih? Memang segitu sudah rapih?”. Dampaknya adalah anak akan menjadi tidak percaya diri atau dia merasa tidak dihargai atau merasa tidak bermakna.

Jangan Mengancam. Misalnya, “awas kalau kamu pecahkan gelasnya, nanti ayah panggil polisi lho kalau kamu nggak nurut”. Dampaknya pasti semakin hari semakin besar ancamannya dan tidak bisa digunakan disegala situasi. Ayah tidak mungkin mengancam kalau didepan teman-teman ayah.

Jangan Terlalu Banyak Memerintah. Misalnya, “Ambil bajumu sekarang, jangan banyak Tanya, kerjakan sekarang.” Dampaknya kadang anak tidak mampu untuk berpikir logis. Kadang hal ini juga akan berakhir dengan adu kuat dengan anak.

Jangan Berceramah. Misalnya anak salahnya sedikit tapi kita ceramahnya panjang sekali. Dampaknya poin utama yang kita inginkan ke anak menjadi kabur dan tidak jelas. Aku cuma jatuhin gelas tapi kok panjang sekali ceramah ayah ke aku, aku gak ngerti yang mana yang ayah mau sebenarnya.

Jangan Ngomel. Hal ini mirip dengan berceramah tapi dengan intonasi lebih tinggi

Jangan Menunjukkan Rasa Bersalah. Misalnya kalau kamu sayang sama ayah dan bunda pasti kamu tidak akan melakukan hal itu. Atau.. sama adikmu ngalah dong kan kasihan adikmu. Dampaknya anak akan merasa apa yang dilakukannya akan selalu salah, dia akan merasa dirinya tidak berharga.

Jangan Melabel. Misalnya, kamu lelet, cengeng sih, pelupa, pemalas. Dampaknya makin lama anak-anak akan menyesuaikan dengan apa yang dikatakan.

Jangan Membandingkan. Misalnya dibandingkan dengan kakak atau orang lain. Dampaknya anak-anak kita akan menekankan kompetisi baik dan buruk dan bisa mengakibatkan anak menjadi rendah diri.

Jangan Menyindir. Misalnya anak kita sedang menyapu, lalu kita mengatakan, “Wah Alhamdulillah nih nyapu, sebentar lagi datang hujan nih”. Padahal dua hal itu tidak berhubungan. Kadang-kadang sindiran itu tidak dimengerti oleh anak kita. Maksud kita mungkin bercanda tapi bagi anak tidak seperti itu.

Seperti apa bicara aktif itu?

Memberikan Informasi. Contoh yang tidak pas: Ketika anak-anak mencoret coret dinding lalu kita mengatakan, “kalau kamu mencoret-coret tembok ini lagi awas ya”. Yang pas adalah kita memberikan kalimat yang informatif, misalnya “Nak tembok ini bukan tempat untuk menggambar, kamu mau nggak kalau ayah berikan kertas untuk menggambar? Sekarang kita bersihkan dulu temboknya yuk sebelum kamu menggambar dikertas”

Jelaskan. Contoh yang tidak pas: Ketika anak lupa mematikan lampu kamar mandi, lalu kita berkata, “MasyaAllah nak sudah berkali-kali ayah bilang keluar kamar mandi lampu harus dimatikan. Kan jadi boros listriknya” Anak akan bingung, esensinya yang mana ya lampunya dimatikan atau listriknya boros. Yang pas adalah lebih baik ayah bicara saja ke anaknya, “Maaf nak lampunya masih nyala”.

Ungkapkan Perasaan. Misalnya kalau anak kita mengajak kita main atau ingin mengajak adiknya main. Yang kurang pas adalah ketika kita mengatakan, “Kamu tidak lihat ayah lagi capek, ayah butuh istirahat, ayah tuh lelah kerja seharian, cari uang itu susah”. Yang pas adalah ayah mengatakan, “Ayah lelah nak, ayah butuh istirahat sebentar” Kalau anak bertanya, “sebentar itu seperti apa yah?” Ayah bisa tunjuk jam dinding, “Nak nanti kalau jarum panjangnya sampai angka 5, kita boleh main”.

Tuliskan Pesan. Misalnya anak belum bangun tapi ada sesuatu yang ingin ayah sampaikan, bahwa di wastafel ada mainan anak yang menyebabkan wastafel mampet. Nah ayah bisa menyampaikan hal tersebut melalui sebuah pesan. Ayah bisa menulis di post it yang diletakkan di wastafel, “maaf bang di wastafel banyak mainan abang yang membuat wastafelnya mampet, tolong bantu dibereskan mainannya ya bang”.

Katakan Dengan Satu Kata. Misalnya anak-anak sudah waktunya tidur, tapi sudah berkali-kali diminta untuk ganti baju tapi tidak tidur juga. Yang tidak pas, ayah mengatakan, “Ayah sudah suruh berkali-kali ya untuk ganti baju, kamu malah nonton tv, kamu malah duduk-duduk, kamu kan banyak banget yang harus dikerjakan”. Itu tidak jelas untuk anak-anak, pesannya tidak sampai. Yang pas, “Nak silahkan pakai piyamanya”.

Jangan Menyangkal. Misalnya anak kita bercerita, “Yah kura-kuraku mati, kan kasihan banget dia, terus nanti ibunya bagaimana?” Ayah JANGAN menyangkal perasaannya dengan mengatakan, “Tidak usah sedih lah nak kan yang mati juga banyak” Sebenarnya kalau komunikasi kita bagus dengan anak ada sesuatu yang hebat dari kura-kura mati ini. Ayah harus berfikiran kalau bagi ayah ada nilai dan value yang harus kita sampaikan dari kura-kura mati tersebut. Ayah terima dulu perasaannya lalu berkata, “Ya Allah nak kasihan kura-kuranya” Lalu anak berkata, “Iya tapi aku jadi sedih banget, aku kepikiran terus” Ayah kemudian bisa bilang, “Memang nak kalau kita kehilangan kita sedih, ayah juga pernah kehilangan rasanya sedih banget” Kemudian anak berkata, “iya yah tapi kan kura-kura itu teman aku yah, aku baik banget sama dia” Nah ayah harus segera menangkap kata-kata baik banget tersebut sambil menyampaikan, “Ya Allah nak ayah memperhatikan bagaimana baiknya kamu memelihara kura-kura itu, Allah dan rosulnya sangat senang dengan manusia yang berbuat baik kepada makhluknya. Kura-kura makhluk Allah bukan nak?” Anak menjawab, “iya makhluk Allah” Ayah kemudian bisa menimpali, “Kamu adalah manusia yang disenangi oleh Allah dan Rosulnya, terimakasih ya nak sudah berbuat baik”

Jangan Mempertanyakan. Misalnya anak kita bercerita, “Yah pensilku dicuri sama orang”. Yang tidak pas ayah kemudian berkata, “Kan lama-lama semua barangmu dicuri sama orang, sudah banyak kan yang hilang, kamu naruhnya sembarangan sih”. Yang pas adalah ayah cukup bilang yang pendek-pendek saja, “Oh iya nak, kira-kira dimana pensilmu itu?” “Aku kan tinggalin dimeja ketika aku masuk kekamar mandi, ini sudah 3 kali yah pensil aku hilang” “Terus bagusnya bagaimana nak?” “Gini aja deh yah, gimana kalau aku beli tempat pensil supaya pensilku tidak hilang, nanti aku nabung dari uang jajanku”

Jangan Setengah Mendengar. Maksudnya ketika anak berbicara ayah jangan sambal pegang handphone. Lama-lama anak akan berfikir, oke deh ayah cuma kasih aku setengah-setengah saja. Akibatnya ketika usianya berkembang, maka ia akan cari orang yang bisa kasih full untuk dia. Ini yang seringkali menjadi awal anak terlibat narkoba atau freesex. Untuk itu ayah harus menunjukkan perhatian yang penuh kepada anak.

Jangan Membunuh Curiosity dan Imajinasinya. Maksudnya anak usia dibawah 7 tahun seringkali berkata yang diluar nalar. Misalnya seperti, “Yah aku ingin membeli pesawat” Yang tidak pas adalah ayah langsung membunuh imajinasinya dengan mengatakan, “Tidak mungkin nak, pesawat itu mahal, memang kamu punya uang berapa?”. Yang pas adalah, “Oh iya nak, bagaimana caranya?” “Begini yah, uang jajanku kan 5ribu, bagaimana kalau uang jajanku dipotong 2ribu untuk ditabung membeli pesawat?” Ayah tinggal berkata, “Baik nak, mulai besok uang jajan kamu ayah potong 2ribu ya..”. Biasanya 2 – 14 hari kemudian anak akan datang lagi dan berkata, “Yah mulai besok uang jajanku kembali ke 5ribu ya, aku gak jadi deh beli pesawat?” Ayah bisa menjawab, “Oh iya, kenapa nak?” “Soalnya pesawat itu mahal yah” “Terus uang jajan kamu yang kemarin ditabung mau digunakan untuk apa nak?” Ketika anak bilang akan digunakan untuk suatu hal yang baik, jangan lupa untuk berikan pujian tulus untuk anak. Misalnya, “Gini aja yah, kemarin aku lihat nenek-nenek pemulung dijalan dekat sekolah, bagaimana kalau kita berikan aja tabunganku ke nenek-nenekitu” Ayah bisa menjawab, “Subhanallah nak, terimakasih ya kamu sudah baik kepada nenek-nenek yang membutuhkan. Besok kita kasih ya sedekah kamu untuk nenek pemulung itu”

Semoga kita bisa mendidik anak kita menjadi anak yang memiliki usia psikologis lebih matang dibanding usia biologisnya dan semoga kita bisa menjadi ayah juara bagi anak-anak kita.

Senin, 17 Agustus 2020

Membangun Perilaku Positif

Masih dari serial ayah hebat yang disampaikan oleh Ayah Irwan Rinaldi dalam suatu webinar. Yang sekarang masuk dalam topik kedua, Membangun Perilaku Positif.

Dalam memanfaatkan waktu bersama anak, ada 1 hal yang harus kita rebut dari kompetitor, yaitu membangun perilaku positif. Ada banyak kompetitor dalam membangun perilaku positif, ada games, televisi, youtube, bandar narkoba, dan banyak lagi lainnya.

Selama kita berinteraksi dengan anak dan ketika anak melakukan suatu yang positif, ayah harus melakukan pujian dan penghargaan yang spesifik dan… jangan ditunda. Contoh: “Subhanallah ade MEMBANTU MEMBAWA sayur bunda sampai ke dapur.” Lakukan pujian tersebut pada saat itu juga… jangan ditunda. Dalam melakukan pujian penghargaan yang spesifik biasakan didahulukan dengan kalimat thoyyibah.

Banyak momen kita bisa latihan melakukan pujian penghargaan yang spesifik. Pagi hari kita bisa latihan mulai dari ketika anak bangun tanpa rewel, ketika anak mandi tidak lama, ketika anak makan dengan rapi, ketika anak pamit sekolah dengan santun, dan lainnya. Malam hari kita bisa latihan mulai dari ketika anak menyediakan minum ayah, ketika anak selesai mengerjakan PR, dan lainnya. Tentu momen latihan bukan hanya pagi dan malam hari, akan tetapi bisa dilakukan sepanjang hari mulai dari anak bangun tidur hingga anak tidur lagi.

Ketika kita melakukan pujian penghargaan yang spesifik maka kita akan meningkatkan harga diri anak, membuat anak merasa spesial, membuat anak lebih percaya diri, melekatkan hubungan anak dengan ayah, dan akan menjadi suatu pembiasaan yang menumbuhkan empati.

Dalam melakukan pujian, berikan apresiasi yang spesifik dan tunjukkan kualitas. Contoh, ”Ayah suka cara kamu membantu bunda. KAMU MEMUDAHKAN BUNDA BEKERJA DI DAPUR.” Sehingga terbangun dan tumbuh Self Esteem dalam diri anak.

Apresiasi yang spesifik bisa dilakukan ketika anak mengalami kejadian positif, seperti anak membantu ibunya membersihkan rumah, anak membantu meletakkan piring kotor di tempatnya, anak membantu mbak mengangkat sampah, dan lainnya. Apresiasi ini juga bisa dilakukan ketika anak mengalami kejadian negatif tapi merespon dengan positif, misalnya ketika anak mampu menahan emosi ketika dipanggil jelek oleh temannya atau ketika anak berhenti menyakiti binatang.

Kenapa kita harus memuji seperti ini dan kenapa kita harus memiliki keterampilan ini? Karena kita ingin anak kita nanti secara usia psikologis lebih maju dari usia biologisnya. Karena itulah tujuan kita tarbiyah kepada anak-anak kita.

Yang perlu diperhatikan, pujian dan penghargaan wajib asli. Karena anak-anak sangat mudah membedakan mana yang ikhlas dan mana yang tidak lewat kontak mata, Bahasa tubuh, intonasi, dan lain-lain. Untuk itu kita perlu melakukan instropeksi diri, apakah selama ini memuji menghargai anak sambal lalu saja atau berusaha untuk full intention.

Pujian dan penghargaan yang kita lakukan kepada anak kita selalu meninggalkan positive feeling. Untuk itu pastikan pujian penghargaan yang kita lakukan tanpa diakhiri “tanpa bocoran” karena akan berakibat anak tidak percaya diri dan cenderung negatif. Contoh, anak membantu menyapu rumah, ”Alhamdulillah kamu membantu ibu menyapu rumah. Kenapa gak dari kemarin sih?” Contoh diatas adalah contoh yang diakhiri dengan bocoran dan WAJIB kita hindari.

Ketika akhlak mulia baru muncul, berikanlah apresiasi segera. Contoh, “Ayah senang sekali kamu selalu kasih tahu rencana kamu hari ini.” Ingat momen tidak pernah terulang dalam bentuk yang sama. Momen adalah takdir Allah. Momen adalah amanah. Sekali lagi, lakukanlah dengan segera.

Bagaimana jika kondisinya ayah sedang menulis, jauh dari anak, dan tidak mungkin berteriak ketika anak bilang, “Ayah aku sudah menyusun sepatu di rak.” Ayah jangan tunda apresiasi, ayah bisa lakukan gesture pujian sepenuh hati dengan mengangkat kedua jempol ayah.

Memuji dan mengapresiasi anak dengan spesifik tanpa ditunda akan membangun self esteem anak, yang membuat anak bisa memiliki positive feeling, sehingga anak memilki perasaan seperti salah satu contoh ini, “Wow aku kan orang yang suka menolong”. Darimana anak mendapatkan perasaan itu? Dari ayahnya.

Semoga kita dimudahkan untuk membangun perilaku positif pada anak-anak kita.

Minggu, 16 Agustus 2020

Memanfaatkan Waktu Bersama Anak

Akhir-akhir ini saya semakin menyadari kalau saya masih sangat miskin ilmu fathering skill. Apalagi setelah mencoba mendengarkan lagi webinar, seminar, dan ceramah mengenai fathering skill, banyak sekali pengetahuan mendasar yang ternyata masih perlu saya perbaiki.. banyak sekali..

Dan seperti yang pernah disampaikan orang tua dan banyak guru kehidupan saya kalau ilmu yang bermanfaat adalah ilmu yang dibagikan, karena ilmu yang dibagikan tidak akan pernah putus kebaikannya dan mungkin bisa menjadi penolong kita suatu saat kelak. Hal ini sejalan dengan perkataan Rasulullah Shallallahu Alaihi Wasallam, “Barangsiapa yang menunjuki kepada kebaikan maka dia akan mendapatkan pahala seperti pahala orang yang mengerjakannya.” (HR. Muslim no. 1893).

Dan karena ini baik menurut saya, maka saya akan mencoba membagikan apa yang saya pelajari dan ikuti. Untuk tahap awal saya akan mencoba sharing apa yang saya dapatkan dari webinar ayah hebat yang materinya disampaikan oleh Ayah Irwan Rinaldi dan Ustadz Ajo Bendri Jaisyurahman. Semoga hal ini bermanfaat bagi saya dan semua yang membaca. Semoga saya dan kamu bisa menjadi ayah yang baik. Ayah hebat dan juara bagi anak-anak kita.

Memanfaatkan Waktu Bersama Anak

Dalam Fathering ada 3 hal keterampilan dasar yang harus ayah miliki latih, yaitu 1) Bagaimana ayah memainkan waktu BERSAMA anak, 2) Bagaimana ayah memainkan golden moment bersama anak, dan 3) Bagaimana ayah membangun perilaku positif.

Waktu sendiri didalam Fathering dibagi menjadi 3, yaitu 1) Waktu bekerja, 2) Waktu sisa, dan 3) Waktu bersama atau disebut juga waktu bermakna.

Dimana didalam waktu bersama terdapat 2 pengertian, yaitu:

  1. Waktu DENGAN anak, dimana ketika waktu dengan anak yang mendapatkan insight atau aha momentnya adalah ayah. Misalnya anak berkata,”Yah ngapain kita sholat jam 8?” Ayah kalau menjawab,”Sudah ketentuannya nak, kamu jalankan saja” Maka bisa dikatakan ayahlah yang mendapatkan aha momen saat itu
  2. Waktu BERSAMA anak, dimana anaklah yang mendapatkan insight atau aha momentnya. Dan inilah yang perlu untuk kita latih. Misalnya anak berkata,”Yah ngapain kita sholat jam 8?” Ayah kalau menjawab,”Nak kamu pernah gak melaksanakan sholat yang seperti ayah” Kalau anaknya menjawab,”Aku sudah pernah disekolahan, itu kan namanya sholat dhuha yah” Lalu ayah bisa menjawab lagi,”Ya Allah nak, sholat dhuha itu dalam rangka apa sih nak” Kalau anaknya menjawab,”Kata bu guru/kata pak guru/kata pak ustad…” Lalu ayah bisa melemparkan pujian ke anak,”Ya Allah nak, ayah bersyukur nak, kamu bisa mengetahui tentang sholat dhuha.” Maka bisa dikatakan anaklah yang mendapatkan aha moment saat itu

Bagaimana agar kita bisa menjadikan waktu BERSAMA anak?

Yang pertama adalah manfaatkan golden moment atau momen yang berharga. Memanfaatkan golden momen bisa melalui du acara, yaitu dengan merebut atau merekayasa. Golden moment ini bisa dimulai sejak bangun tidur dipagi hari hingga tidur lagi di malam hari.

Contoh Golden moment yang direkayasa: Ketika kita sedang bersama anak dalam perjalanan menuju ke suatu tempat. Dalam perjalanan anak tidak bicara apa-apa dan tidak bertanya apa-apa, maka ayah harus merekayasa, misalnya ketika ayah melihat ada pengemis. Maka ayah bisa bertanya ke anak,”Nak itu ada nenek-nenek duduk disitu itu siapa ya nak?” Anaknya kemudian menjawab,”Itu pengemis yah” Ayah bisa berkata lagi,”Ya Allah kok sudah tua begitu masih mengemis ya?” Dan anaknya berkata “Iya yah, anaknya kemana sih? Kan kasihan ibunya sudah tua” Kemudian ayah bisa memasukkan pesan untuk meningkatkan kecedasan moral anak ayah sambal menunjukkan empati, seperti berkat,”Terimakasih ya nak sudah empati atau perhatian kepada orang lain” dan seterusnya.

Golden moment yang direbut adalah kalau ada momen berharga yang anak meletupkannya ke kita. Biasanya anak menunjukkannya melalui gesture tubuh atau verbalnya dia, ini jauh lebih muda untuk dimanfaatkan menjadi waktu bersama. Misalnya ketika kita sedang menonton TV dan sedang mengkisahkan tentang corona, biasanya suka timbul rasa penasaran anak ketika sedang menonton TV bersama dan ayah harus segera merebutnya karena momen ini tidak mungkin terulang. Kalau anak bicara,”Yah banyak banget ya pasiennya, itu  kasihan ya dokternya” Ayah harus segera merebut dengan berkata,”Ya Allah nak terimakasih ya sudah perhatian, kita doakan bersama yuk…”

Yang kedua adalah bagaimana memanfaatkan waktu bersama anak sesuai dengan umur dan tahap perkembangan anak tersebut. Dimana untuk anak kelas 3 kebawah lebih senang dipuji dan anak kelas 4 keatas lebih senang penghargaan. Misalnya anak berkata,”Yah tadi aku habis menolong orang”. Jika anak ayah masih kelas 3 kebawah, maka ayah dapat mengatakan,”Subhanallah hebat banget anak ayah sudah bisa menolong orang”. Kalau anak ayah kelas 4 keatas, ayah bisa mengatakan,”Oh iya, bagaimana ceritanya tadi nak?” Kemudian sang anak akan menceritakan prosesnya. Setelah anak menceritakan prosesnya ayah bisa berkata,”Ya Allah nak, terimakasih ya kamu sudah BERUSAHA KERAS untuk menolong orang”

Tujuan dari fathering skill adalah agar ayah bisa menjadi ayah juara atau sering diistilahkan dengan championship father. Ayah juara itu adalah ayah yang disegani, dihormati, dicintai, dan diteladani oleh anak, baik ketika ayah sedang bersama anak ataupun ketika ayah sedang tidak bersama anak. Untuk menjadi ayah juara ada 3 hal yang bisa selalu ayah asah yaitu Loving, Coaching, dan Modelling. Loving merupakan dasar dari 2 kemampuan yang lain. Loving adalah bagaimana ayah memberikan kasih sayang kepada anak sesuai dengan usia perkembangan anak. Coaching itu adalah bagaimana ayah mentarbiyah, ayah mendidik anak, ayah membuat regulasi dan sejenisnya. Modelling adalah bagaimana ayah memberikan contoh. Coaching dan Modelling akan susah ayah lakukan kalau ayah tidak menguatkan Loving terlebih dahulu. Loving ini bisa ayah lakukan salah satunya dengan waktu bersama anak.

Kamis, 13 Agustus 2020

Panduan Dalam Menuntut Ilmu

"Dengan adab ilmu bisa dipahami, jika orang tidak memiliki adab dalam menuntut ilmu, maka akan sulit memahami ilmu tersebut".

Ilmu Allah adalah anugerah. Dan Allah tidak akan menitipkan ilmunya kecuali kepada cawan-cawan yang bersih. Dan cawan tersebut adalah hati manusia. Sebagaimana kaca yang melapisi lentera, bila ia bersih maka akan menghasilkan sinar yang terang dari lentera tersebut. Jika cahaya ilmu bersemayam di dalam hati yang bersih, maka ilmu tersebut akan memberikan cahaya bagi hati tersebut dan orang orang disekitarnya.

Ulama dahulu dalam belajar dan menuntut ilmu, yang pertama kali dipelajari adalah adab. Sebagian ulama dahulu, mempelajari adab berpuluh puluh tahun lamanya, lalu kemudian mempelajari ilmu. Seperti yang hadir di majelis Imam Ahmad ada puluhan ribu orang, hanya sekitar 500 yang menulis, sisanya memperhatikan gerak gerik Imam Ahmad. Mempelajari adab Imam Ahmad.

Salah seorang murid Imam Malik berkata, kami lebih banyak dapat faedah adab dari Imam Malik daripada Ilmu. Sebagaimana dikisahkan Imam Malik, "Ibuku membangunkanku dipagi hari sambil mengikat sorban (imamah) diatas kepalaku kemudian berkata, pergilah kepada Rabi’ah, ambillah adabnya dahulu sebelum ilmunya."

Abu Bakar Al Anjuni dalam Kitab Asy Syariah yang membahas tentang Aqidah  mengatakan seorang yang memiliki ilmu memiliki adab. Adab saat belajar, adab saat memiliki ilmu, dan adab saat mengajarkan ilmu.

Ada beberapa pedoman bagi penuntut ilmu dalam mempelajari akhlak: 1.) Akhlak bisa didapatkan dari membaca buku siroh para ulama 2.) Bisa juga dengan melihat langsung dari ulama.

Oleh karena itu, sangat beda output dan adab yang didapatkan dari orang yang belajar dari guru dengan orang yang hanya membaca buku. Siapa yang masuk ke medan ilmu dan hanya membaca buku seorang diri, ia akan keluar sebagaimana ia masuk.

Atas alasan itulah maka hadir ke majelis ilmu menjadi sangat penting. Karena di majelis ilmu selain mendapat ilmu, bisa belajar adab, bertanya pada guru-guru kita dan mendapat berkah dari Allah Subhana Wa Ta'ala.

Ulama-ulama terdahulu tidak mau mengambil imu dari orang yang berguru hanya kepada buku (otodidak), karena keburukannya lebih banyak dari kebaikannya.


Bab Pertama yang harus kita pelajari dalam menuntut ilmu adalah Ikhlas

Karena barangsiapa yang menganggap dirinya telah ikhlas, maka ia harus belajar kembali tentang ikhlas. Keikhlasan yang membutuhkan ikhlas tinggat tinggi.

Sehingga dalam setiap amalan, penting untuk meluruskan niat kita. Ibnu Hazm mengatakan, niat posisinya seperti ruh dalam setiap perbuatan yang kita lakukan. Dan Ikhlas merupakan amalan yang paling tinggi dan paling sulit direalisasikan kecuali bagi orang yang dirahmati Allah.

Kata sebagian ulama, "Aku tidak pernah mengobati sesuatu yang lebih aku sembuhkan melebihi niatku, karena ia selalu mengalahkan aku." Ada orang semakin berilmu semakin tajam ucapannya, ada orang semakin berilmu semakin tawadhu, ada seorang yang semakin berilmu semakin hatinya jadi tempat sampah karena hasad dan dengki, ada orang semakin berilmu semakin sibuk beribadah dan ‘hilang’ dari masyarakat.

Imam Abu Syuja, Penulis buku panduan Mahzab Syafii, ketika mencapai puncak popularitas, beliau tiba-tiba menghilang, karena beliau merasa sudah dipuncak dan dikalahkan niatnya. Maka beliau memilih untuk menghilang hingga diberitakan meninggal. Padahal ia meninggalkan syam dan pindah jadi tukang sapu di Masjid Nabawi hingga akhir hayatnya tanpa ada yang tahu kalau ia ulama besar. Pelajaran yang bisa kita ambil dari kisah ini adalah semakin berilmu semakin takut dikalahkan niat mereka.

Ada ungkapan salaf, apabila kalian melihat ada seseorang senang dikerumuni orang lain, ketahuilah bahwa orang tersebut majnun (gila). Tidak ada orang yang dapat menghindar dari Tajwidul Kalam (memperelok bahasa) ketika ditengah-tengah manusia.

Orang yang berilmu tapi tidak mengamalkan ilmunya adalah orang-orang yang akan diazab terlebih dahulu daripada penyembah berhala.

Perlu diingat: Ilmu tidak dipuji karena keluasannya, tapi karena kemanfaatannya


Hukum menuntut ilmu:

1. Sifatnya Wajib : Apabila ilmu tersebut berkaitan dengan ibadahnya dengan Allah. Ilmu tentang wudhu, sholat, bila pedagang wajib punya ilmu fiqih muamalat. Orang yang paling tahu tentang fiqih muamalah jual beli emas di Madinah adalah pedagang emas

2. Sifatnya Haram : Jika diniatkan untuk berdebat. Mendebat orang berilmu atau membodohi orang jahil

3. Sifatnya Makruh : Jika diniatkan agar ada bahan untuk dikutip. Jangan jadikan obsesi anda di majelis ilmu agar ada bahan untuk diceritakan ke orang. Yang paling membutuhkan ilmu adalah diri kita sendiri untuk diamalkan. Jika tidak memiliki kemampuan menukil persis seperti yang dikatakan guru kita, maka yang kita katakan adalah, "Yang saya pahami dari guru saya seperti ini.." Jangan katakan, "Kata guru saya seperti ini…" padahal redaksinya berbeda

4. Sifatnya Sunnah : Pada beberapa ilmu, dimana ilmu tersebut jarang kajiannya. Contohnya ilmu faroid (ilmu waris) (ada 2 yang pembagiannya langsung ditangani Allah SWT yaitu Zakat dan Waris, karena 2 hal ini potensi konfliknya tinggi karena berkaitan dengan harta)

Semoga kita dikaruniakan akhlak dan ilmu yang baik


Sabtu, 08 Agustus 2020

Antara Angan dan Realita

“Nabi Shallallahu Alaihi Wasallam membuat gambar persegi empat, lalu menggambar garis panjang di tengah persegi empat tadi dan keluar melewati batas persegi itu. Kemudian beliau juga membuat garis-garis kecil di dalam persegi tadi, di sampingnya: (persegi yang digambar Nabi). Dan beliau bersabda : “Ini adalah manusia, dan (persegi empat) ini adalah ajal yang mengelilinginya, dan garis (panjang) yang keluar ini, adalah cita-citanya. Dan garis-garis  kecil  ini adalah penghalang - penghalangnya. Jika tidak (terjebak) dengan (garis) yang ini, maka kena (garis) yang ini. Jika tidak kena (garis) yang itu, maka kena (garis) yang setelahnya. Jika tidak mengenai semua (penghalang) tadi, maka dia pasti tertimpa ketuarentaan.”(HR. Bukhari).

Beliau menjelaskan garis lurus yang terdapat di dalam gambar adalah manusia, gambar empat persegi yang melingkarinya adalah ajalnya, satu garis lurus yang keluar melewati gambar merupakan harapan dan angan-angannya sementara garis-garis kecil yang ada disekitar garis lurus dalam gambar adalah musibah yang selalu menghadang manusia dalam kehidupannya di dunia.

“Jika manusia dapat selamat dan terhindar dari cengkraman satu musibah, musibah lain akan menghadangnya, dan jika ia selamat dari semua musibah, ia tidak akan pernah terhindar dari ajal yang mengelilinginya.”(HR. Bukhari).

Dalam situasi apapun, saya dan kamu bisa dikatakan memiliki angan-angan masing-masing. Apakah itu angan dalam hal dunia ataupun angan dalam hal ibadah dan akhirat.

Pun begitu disaat pandemi covid ini, kita tidak tahu apakah akan selamat atau tidak dari covid, tapi kita sudah punya angan-angan dalam situasi sekarang ini dan yang akan datang

Ada yang memiliki angan ingin menjadi juara olimpiade, ada yang berangan-angan memiliki rumah mewah, ada yang berangan-angan mencapai posisi karir yang diimpikan, ada yang berangan-angan ingin umroh tahun depan, ada yang berangan-angan ingin taubat ketika memasuki usia tertentu, ada yang berangan-angan ingin memiliki pesantren yatim, ada yang berangan-angan ingin memakmurkan masjid jika covid selesai, dan banyak angan lainnya

Angan manusia tidak selalu terwujud, seperti yang disampaikan Baginda Nabi Muhammad Salallahu Alaihi Wassalam diatas, terkadang apa yang diinginkan tak selalu bisa didapatkan.

Jika angan yang kamu inginkan merupakan angan dunia, maka berprasangka baiklah ke Allah Azza Wa Jala, kalau apa yang kamu inginkan bukanlah yang terbaik untukmu. Seperti firman Allah dalam Surat Albaqoroh ayat 216,”Boleh Jadi kamu membenci sesuatu, padahal ia amat baik bagimu, dan boleh jadi kamu menyukai sesuatu padahal ia amat buruk bagimu; Allah mengetahui sedang kamu tidak mengetahui.”

Jadikan angan yang gagal tadi menjadi sebuah pembelajaran. Jadikan bahan evaluasi, perbaiki kesalahan yang dibuat, dan terus berusaha yang terbaik. Tugas kita hanyalah melakukan ikhtiar terbaik, untuk urusan hasil biar Sang Khaliq yang menentukan.

Sahabat Ali Bin Abi Thalib Radhiyallahu ‘Anhu pernah bertutur,”Ya Allah, saat aku kehilangan harapan dan rencana, tolong ingatkan aku bahwa cintamu jauh lebih besar daripada kekecewaanku, dan rencana yang Engkau siapkan untuk hidupku jauh lebih baik daripada hidupku.”

Tidak salah jika kita memiliki angan-angan tentang dunia, silahkan saja, karena hukum asalnya adalah boleh. Akan tetapi jangan sampai angan-angan kita tentang dunia membuat kita luput untuk kehidupan yang 1 harinya sama dengan 1000 tahun. Karena Allah Subhanahu Wa Ta’ala sudah mengingatkan kita dalam Surat Al Hijr ayat 3, “Biarkanlah mereka (di dunia ini) makan dan bersenang-senang dan dilalaikan oleh angan-angan (kosong), maka kelak mereka akan mengetahui (akibat perbuatan mereka).”

Pun dengan angan yang bersifat akhirat seperti.. “Jika covid selesai saya akan memakmurkan masjid”… “Tahun depan ingin belajar puasa”… “Besok aku tobat”… dan banyak lagi

Sekali lagi tidak ada yang salah dengan angan tersebut, karena angan tersebut adalah angan yang baik, tapi jangan sampai kita menyesal karena ajal bisa datang kapanpun

Ada satu pesan yang disampaikan Ibnu Umar Radhiyallahu ‘Anhu yang bisa kita renungi “Jika tiba pagimu, jangan kau tunggu sore, jika tiba soremu, jangan kau tunggu pagi. Gunakan sehatmu sebelum datang sakitmu, manfaatkan hidupmu sebelum tiba matimu”

Banyak meme yang mengkisahkan seseorang yang berkata besok akan bertaubat, lalu dia tidur dan tak bangun lagi. Meme itu bisa jadi merupakan kenyataan yang banyak terjadi, karena ajal seringkali datang tanpa permisi dan mendadak

Tidak berbeda dengan angan dunia dan angan akhirat diatas, hal yang sama juga terjadi dengan orang yang berhijrah. Banyak yang berangan-angan setelah berhijrah ingin memiliki teman yang sholeh/sholehah, ingin kaya yang berkah, ingin memiliki keluarga yang sakinah mawaddah warrahmah, dan banyak ingin lainnya. Tapi seringkali kenyataannya tidak seperti angan sebelumnya. Ternyata setelah hijrah temannya juga suka ghibah, ternyata setelah hijrah justru diuji hartanya, ternyata setelah hijrah kehidupan rumah tangganya justru memiliki banyak masalah karena setelah hijrah tidak satu frekuensi, dan banyak hal lainnya.

Ketika kamu sudah menuju kearah yang lebih baik tapi kehidupan ternyata tidak sesuai angan, maka ingatlah firman Allah dalam Surat Muhammad ayat 31 “Dan sesungguhnya Kami benar-benar akan menguji kamu agar Kami mengetahui orang-orang yang berjihad dan bersabar di antara kamu, dan agar Kami menyatakan (baik buruknya) hal ihwalmu.” Dalam Surat Ali Imran ayat 195, Allah juga berfirman, “Maka Tuhan mereka memperkenankan permohonannya (dengan berfirman): “Sesungguhnya Aku tidak menyia-nyiakan amal orang-orang yang beramal di antara kamu, baik laki-laki atau perempuan, (karena) sebagian kamu adalah turunan dari sebagian yang lain. Maka orang-orang yang berhijrah, yang diusir dari kampung halamannya, yang disakiti pada jalan-Ku, yang berperang dan yang dibunuh, pastilah akan Ku-hapuskan kesalahan-kesalahan mereka dan pastilah Aku masukkan mereka ke dalam surga yang mengalir sungai-sungai di bawahnya, sebagai pahala di sisi Allah. Dan Allah pada sisi-Nya pahala yang baik.”

Ketika kita berhijrah dan kenyataan tidak sesuai dengan angan kita, maka berprasangka baiklah ke Allah, karena Allah ingin kita meninggalkan yang haram hanya karena Allah, bukan karena yang lain, dan untuk membuktikan harus diuji, diuji dan diuji apakah hijrah kita karena Allah atau karena dunia.

Silahkan mengejar angan kita masing-masing. Boleh jadi dalam mengejar angan kita mengalami kegagalan atau kesulitan. Jangan pernah menyerah ketika menemui kegagalan… evaluasi, tetap ikhtiar dan berbaik sangka ke Allah Jalla Jalaluhu. Jangan larut dalam angan dunia kita yang kenyataannya tidak sesuai harapan.

Dan ketika angan kita ternyata sesuai harapan, maka jangan terlalu larut dalam kebahagiaan sampai kita berbuat berlebihan. Tetap bersyukur dan batasi kebahagian sewajarnya.

Hal yang penting dalam mengejar angan, adalah selalu ingat dengan pemutus angan dan kenikmatan manusia, yaitu kematian. Karena kematian itu, jika diingat oleh orang yang sedang dalam kesusahan hidup, maka akan bisa meringankan kesusahannya. Dan jika diingat oleh orang yang sedang senang, maka akan bisa membatasi kebahagiaannya itu.

Sumber gambar terakhir: @zakkyamien

Rabu, 05 Agustus 2020

Bukan Tentang Kamu

Uda.. begitu biasanya mereka memanggilmu.. 
Tapi.. ini bukan tentang kamu.. 
Ini tentang dua malaikat kecil yang wajib kamu perjuangkan.. 
Dua malaikat kecil yang harus kamu perhatikan.. 
Dua malaikat kecil yang wajib kamu beri nafkah yang baik.. 
Dua malaikat kecil yang harus kamu pastikan makan dari yang halal.. 
Ini semua bukan tentang kamu.. 

Uda.. aku tahu ini memang tidak mudah..  
Tapi kamu harus tetap berusaha memberikan yang terbaik.. 
Berjuang memberikan rezeki yang halal dan baik untuk dua malaikat kecilmu.. 

Gagal.. coba lagi.. 
Jatuh.. bangun lagi.. 
Terjerembab.. bangkit lagi..

Ikhtiar terus, pantang menyerah dan terus maju.. 
Sampai kapan? 
Sampai Allah Aza Wa Jala memanggilmu pulang.. 

Semoga ketika giliranmu pulang akhir hidupmu adalah akhir hidup yang terbaik.. 
Sehingga kelak kau akan dipertemukan dua malaikat kecilmu di jannah-Nya.. 
Dan malaikat kecilmu memiliki peninggalan yang berharga hasil jerih payahmu.. 

Semoga.. 
Aamiin Yaa Robbal Aalamiin.. 

 -JP 05082020-
#YNWA #ZAFA