Pagi itu, awal Desember 2010 di bandara Soekarno Hatta saya melihat seorang sahabat sedang membaca sebuah novel sambil menunggu check in keberangkatan menuju Bali untuk acara Getting Commitment kantor tempat saya bekerja. Saya yang penasaran kemudian bertanya kepada dia perihal buku yang dia baca, judulnya Muhammad Lelaki Penggenggam Hujan. Dia juga berkata, ini buku yang enak untuk dibaca yang mengisahkan perjalanan Nabi Muhammad SAW. Lebih satu bulan kemudian, akhirnya saya mendapat kesempatan untuk memiliki dan membaca novel tersebut setelah berhasil mendapatkannya di Gramedia Kota Medan. Benar kata sahabat saya, novel ini cukup enak dibaca.
Novel ini diawali dengan berita akan datangnya Astvat-ereta, Mamah rishi, Maitreya, dan Pangeran Kedamaian yang dijanjikan dalam berbagai kitab suci dan ajaran, mulai dari kitab Kuntap Sukt hingga kitab Injil, ajaran Budha hingga ajaran Zoroaster. Selanjutnya novel ini dibagi menjadi dua alur, alur pertama bercerita tentang perjalanan Kashva yang tengah mengalami pergolakan batin karena agama Zoroaster yang semakin menyimpang dari ajaran awal. Kashva kemudian berusaha memurnikan Zardhust dan tertantang untuk bertemu dengan Lelaki Penggenggam Hujan yang dikisahkan Zardhust yang konon menurut Eli, sahabat penanya, berada di tanah Arab. Dalam pencariaannya, Kashva harus berhadapan dengan Khosrou sang Penguasa Persia yang akhirnya membuat dirinya menjadi salah satu musuh utama Khosrou, sehingga Kashva harus melarikan diri dari kejaran Khosrou.
Alur kedua berkisah tentang perjalanan Sang Baginda Nabi. Mulai dari Rasul kecil hingga berhasil menaklukkan berhala di kota Mekah. Perjalanan Nabi sendiri dirajut dengan bahasa yang indah dan menyentuh, dengan jalinan sastra yang membawa alam imajinasi kita ikut masuk kedalam kisah perjalanan sang Nabi.
Keberanian Tasaro GK dalam menulis novel ini patut diacungi jempol, karena tidaklah mudah menuliskan cerita biografi yang diramu dalam bentuk novel. Apalagi biografi tersebut adalah tentang Baginda Rasul yang apabila sedikit saja ada kesalahan akan berakibat fatal dan berpotensi menimbulkan fitnah, dan Tasaro dapat dikatakan cukup baik dalam menuangkan perjalanan Rasul ke dalam bentuk novel, meskipun ada beberapa tata bahasa yang sedikit mengganjal bagi saya dalam alur perjalanan Rasul. Novel ini dapat dijadikan salah satu oase bagi kita yang selama ini belum begitu mengetahui sejarah perjalanan Rasul. Jika selama ini kita merasa berat untuk membaca Sirah Nabawiyah, biografi Rasulullah, atau kisah perjalanan Nabi karena bahasanya yang relatif berat, maka novel ini dapat menjadi oase keingintahuan kita mengenai sejarah Nabi dengan bahasa yang lebih mudah dicerna. Ini adalah novel yang layak untuk di koleksi, mudah-mudahan setelah membaca novel ini kita tergerak untuk lebih mendalami perjalanan hidup Rasulullah, meneladaninya, dan mencoba mempraktikkan dalam hidup kita.
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar