Senin, 16 November 2020

Mengenal Perbedaan Mendidik Anak Laki-Laki dengan Anak Perempuan

Setiap anak yang diamanahkan ke kita, baik laki-laki maupun perempuan, semuanya merupakan titipan dari Allah Azza Wa Jala. Amanah wajib untuk dijalankan dengan sebaik-baiknya. Salah satu amanah yang wajib dijaga adalah mendidik dan menjaga fitrahnya, menjaga sikap dasar yang diberikan kepada anak laki-laki dan anak perempuan. Karena seperti banyak pendapat, bayi itu ibarat kertas putih, tergantung bagaimana orangtua melukisnya, maka demikianlah nanti kehidupannya.

Perbedaan umum anak laki-laki dengan anak perempuan menurut beberapa penelitian

Dalam persepsi umum, perilaku anak laki-laki sering digambarkan sebagai pribadi yang agresif dan super aktif, sedangkan anak perempuan merupakan pribadi yang peka dan lembut. Menurut Dr. Robin Alter, PhD, CPsych, psikolog klinis dari Amerika Serikat, anak laki-laki lebih menghargai tindakan dan bukan kata-kata. Bagi anak laki-laki, actions simply speak louder and more clearly. Sementara itu, anak perempuan lebih menghargai kata-kata, karena bagi perempuan, melalui kata-kata, seseorang dapat mengekspresikan hubungannya dengan orang lain.

Dalam hal perbedaan otak dan cara berpikir, Psikopatolog Inggris, Simon Baron-Cohen, PhD, penulis The Essential Difference: The Truth About the Male and Female Brain (Perseus, 2003), menemukan bahwa rata-rata otak perempuan lebih baik dalam berempati dengan orang lain, sedangkan rata-rata otak laki-laki lebih baik dalam penyusunan dan memprediksi hasil atau konsekuensi.

Dalam hal komunikasi, psikolog klinis terkenal asal AS, Wendy Mogel, Ph.D., menjelaskan, bahwa keterampilan bahasa pada anak laki-laki berkembang lebih lambat daripada anak perempuan. Sebagian besar ucapan laki-laki dapat dipahami oleh orang lain pada usia 4 ½ tahun. Untuk itu hindari ‘kritik konstruktif’ menggunakan kata-kata abstrak saat berbicara pada anak laki-laki. Gunakanlah kata-kata yang jelas, konkret, dan dengan tempo bicara yang lebih lambat. Sedangkan, ucapan anak perempuan pada umumnya dapat dipahami oleh orang lain di usia 3 tahun. Hal ini karena corpus callosum (jaringan saraf yang menghubungkan kedua belahan otak) anak perempuan yang memfasilitasi komunikasi lebih tebal. Rata-rata, anak perempuan mengatakan dua atau tiga kali lebih banyak kata per hari daripada anak laki-laki, dan berbicara dua kali lebih cepat. Untuk membantu mempertahankan otoritas di depan anak perempuan, maka bicaralah dengan cukup cepat untuk menarik minatnya, tetapi tidak secepat saat ia berbicara.

Dalam hal emosi, anak laki-laki mengalami kecemasan berpisah dengan orangtua atau pengasuhnya (separation anxiety) lebih besar dari anak perempuan. Sebelum berusia 3 tahun, mereka juga lebih mudah menangis dibanding anak perempuan. Seiring bertambahnya usia, sistem saraf otonom anak laki-laki (yang mengatur detak jantung, tekanan darah, dan pencernaan) menyebabkan mereka bereaksi terhadap stres atau konfrontasi dengan excitement atau kegembiraan. Untuk itu, jika ingin membicarakan soal perasaan atau emosi pada anak laki-laki, cobalah membicarakannya secara tidak langsung. Misalnya, dengan membaca buku cerita pengantar tidur dan kemudian membahas tentang apa yang terjadi pada karakter di buku itu, atau dengan bertanya dengan detail tentang mimpinya. Sedangkan bagi anak perempuan, kemampuannya untuk membaca isyarat sosial membantu mereka lebih mudah menyesuaikan diri dengan lingkungan baru. Sistem saraf otonom mereka membuat mereka bereaksi terhadap stres dengan menarik diri dan meninggalkan situasi tersebut, atau merasa pusing, mual, dan takut. Sehingga apabila anak perempuan pulang membawa kabar buruk dengan ekspresi sedih dan marah, berikanlah respon penuh empati serta kepedulian, dengan mendengarkan seluruh ceritanya dengan tenang dan tanpa menunjukkan emosi negatif.

Mengenal Mendidik Anak Laki-Laki dan Anak Perempuan Dalam Islam

Dalam sebuah workshop, Ustadz Bendri Jaisyurahman dan Ayah Irwan Rinaldi, menjelaskan secara gamblang tentang bagaimana mendidik anak laki-laki dan anak perempuan berdasarkan Al Qur’an dan As Sunnah. Seperti dijelaskan diatas kalau setiap bayi yang lahir membawa fitrahnya masing-masing, seperti yang tercantum dalam hadits riwayat Bukhari, “Tidaklah seorang bayi yang lahir kecuali dalam keadaan fitrah. Maka kemudian kedua orang tuanyalah yang akan menjadikan anak itu menjadi Yahudi, Nashrani atau Majusi”. Makna fitrah dalam hal ini memang lebih banyak merujuk ke tauhid, tapi meskipun begitu, selain tauhid, makna fitrah juga merujuk ke apa-apa yang dibawa manusia sejak lahir, termasuk fitrah seksualitas. Oleh karena itu kita bisa mengibaratkan fitrah seperti ‘software’ yang ditanam dalam setiap bayi, orang tuanyalah yang mengaktifkan atau merusaknya.

Karena masing-masing memiliki fitrah, maka cara mendidiknya pun berbeda. Yang harus kita tekankan adalah hanya ada dua jenis kelamin manusia, yaitu laki-laki dan perempuan. Tidak ada tengah-tengah atau waria! Dalilnya terdapat pada Surat Al Hujurat ayat 13 “Hai manusia, sesungguhnya Kami menciptakan kamu dari seorang laki-laki dan seorang perempuan…..”. Tentunya antara anak laki-laki dan anak perempuan memiliki keunikannya masing-masing seperti yang tertuang dalam Surat Ali Imran ayat 36, “….. dan anak laki-laki tidaklah seperti anak perempuan..”. Maksudnya disini adalah perbedaan laki-laki dan perempuan tidak hanya sebatas semata fisik, akan tetapi juga fungsi, struktur otak. Oleh karena karakteristiknya berbeda, tentu cara mendidiknya akan berbeda juga.

Salah satu pendidikan yang perlu ditanamkan adalah pendidikan seksualitas. Perlu dicatat kalau seksualitas berbeda dengan seks. Karena seks hanyalah sebatas alat kelamin, hubungan kelamin, atau menjadi laki-laki atau perempuan. Sedangkan seksualitas lebih dari sekedar seks dan mencakup totalitas pribadi; apa yang kau percayai, rasakan, pikirkan & bagaimana bereaksi; bagaimana kita berbudaya, bersosial & berseksual; bagaimana tampil ketika berdiri tersenyum, berpakaian, tertawa & menangis; dan menunjukkan siapa diri kita.

Oleh karena itu seksualitas yang diharapkan adalah seksualitas yang benar, lurus, dan sehat. Benar maksudnya sesuai dengan panduan agama, etika dan nilai sosial. Dalam hal ini berlakulah hukum-hukum syari yang sesuai dengan jenis kelaminnya. Lurus maksudnya sesuai dengan fitrah. salah satu contohnya, fitrah laki-laki diluar rumah dan fitrahnya wanita dirumah. Sedangkan sehat maksudnya sesuai dengan prinsip kesehatan. Untuk mendidik seksualitas yang benar, lurus, dan sehat diperlukan persepsi positif dan role model yang baik.

Belajar dari keluarga terbaik. Dalam mendidik anak laki-laki dan mendidik anak perempuan, kita bisa belajar dari keluarga terbaik yang terdapat dalam Al Quran Surat Ali Imron ayat 33, “Sesungguhnya Allah telah memilih Adam, Nuh, keluarga Ibrahim dan keluarga 'Imran melebihi segala umat”.

Apa beda keluarga Ibrahim dan keluarga ‘Imran? Dalam hal apa kita bisa belajar dari keluarga Ibrahim dan keluarga ‘Imran? Mari kita jabarkan perbedaan mendasarnya… Keluarga Ibrahim merupakan Nabi, Nabi Ibrahim menjalankan pernikahan poligami, tinggal berpindah-pindah dan nomaden, memiliki banyak anak dan kesemuanya laki-laki, memiliki keluarga yang lengkap (full parent), dan dari keluarga Ibrahim kita bisa belajar pengasuhan anak-laki-laki. Sedangkan keluarga ‘Imran bukan berasal dari Nabi, pernikahannya monogami, tinggal menetap di Palestina, memiliki anak tunggal yang bernama Maryam, single parent karena ‘Imron meninggal sebelum Maryam lahir, sehingga Maryam diasuh oleh Hannah binti Faqudha (istri ‘Imron), dan dari keluarga ‘Imron kita bisa belajar pengasuhan anak perempuan.

Target pengasuhan. Dari keluarga Nabi Ibrahim kita bisa belajar pengasuhan anak laki-laki, diantaranya belajar dari pengasuhan Nabi Ishaq dan Nabi Ismail. Sehingga target pengasuhan anak laki-laki adalah menjadi ‘nabi’. Masalahnya kenabian itu tidak mungkin terjadi semenjak wafatnya Rasulullah, berarti yang kita pelajari adalah sifat-sifat kenabian yang diantara modelnya adalah Nabi Ishaq dan Nabi Ismail. Ishaq dalam surat al Hijr ayat 53 disebut memiliki sifat yang cerdas, sedangkan Ismail dalam surat ash Shaffat ayat 101 disebut memiliki sifat yang sabar. Artinya dalam mendidik anak laki-laki, salah satu sasarannya adalah anak laki-laki kita harus menjadi anak yang cerdas, tidak mudah bilang ‘terserah’, dalam arti mampu menjadi problem solver bagi masyarakat, menjadi ahli ilmu, dan ahli dalam bidang apapun. Sasaran berikutnya adalah anak laki-laki itu harus sabar, dalam arti tangguh dalam melewati kesulitan, tidak mudah stress, tidak pantang menyerah, dan tidak ‘lembek’. Sedangkan dari keluarga ‘Imron kita bisa belajar pengasuhan anak perempuan, diantaranya belajar dari bagaimana Hanna binti Faqudha mengasuh Maryam, dengan target pengasuhan menjadi wanita suci dan pendukung 'kenabian'.

Demikian gambaran perbedaan pendidikan anak laki-laki dan anak perempuan secara umum. Semoga kita bisa menjadi ayah hebat dan ibu tangguh yang mampu mendidik anak-anak kita dengan pendidikan terbaik sesuai fitrahnya dan menjadikan anak-anak kita menjadi anak-anak yang juara dengan akhlak yang baik.

Minggu, 15 November 2020

Salah Satu Ayah Hebat Itu Bernama Abdulmanap Nurmagomedov


Today I want to say this is my last fight. No way am I coming here without my father. When UFC comes to me about Justin [Gaethje] I spoke with my mother for three days. She didn't want me to fight without my father. I promised to her this was going to be my last fight and if I give her my word, I have to follow through with this.

Be close to your parents because one day you never know what's going to happen

Pernyataan Khabib Nurmagomedov di oktagon untuk pensiun dari dari ajang UFC sesaat setelah bertarung dengan Justin Gaethje sempat membuat saya kaget, karena Khabib pensiun justru disaat dia berada pada top performance. Akan tetapi ketika saya melihat alasan kenapa Khabib pensiun dini di ajang yang membesarkannya, saya pun mengerti dan langsung berpikir kalau orang tua Khabib pastilah orang hebat. Apalagi setelah melihat posting pertamanya di Instagram setelah pensiun… Khabib tidak pesta merayakan kemenangannya, akan tetapi justru posting ucapan terimakasih ke ayahnya dengan pesan yang sarat makna.. “When Allah with you, nobody can broke you, nobody… Thanks Father for everything, you teach all my life, may Allah grant you the highest Paradise

Ayah Khabib pastilah ayah hebat dimata anak-anaknya karena bisa menanamkan banyak nilai positif dimata anaknya, hal ini bisa dilihat dari beberapa postingan Khabib lainnya tentang bagaimana dia sangat menghormati Abdulmanap Nurmagomedov, ayahnya.. “Without good fathers there is no good parenting despite all schools – The quote is not mine.. but I totally agree with it” atau “Father is the pillar of life

Lalu siapakah Abdumanap Nurmagomedov? Apa yang sudah dilakukannya hingga beliau begitu dihormati anak-anaknya dan mampu mencetak anak juara?

Abdulmanap Nurmagomedov lahir di Sildi, Dagestan, Uni Soviet, 10 Desember 1962. Beliau merupakan pelatih sambo ternama Dagestan yang merupakan juara sambo dan judo. Seperti dilansir Yandex, Abdulmanap telah menelurkan 18 juara dunia, enam di antaranya merupakan juara dunia gulat gaya bebas dan sisanya merupakan juara dunia mixed martial arts. Beliau juga merupakan ayah sekaligus pelatih Khabib Nurmagomedov yang merupakan atlet pound for pound nomor 1 UFC. Selain Khabib banyak juara dunia sambo dari Rusia yang merupakan anak asuh Abdulmanap. Dalam dunia gulat bebas Hasan Magomedov, Dabadan Omarov, dan Saidbek Darbisyev, adalah tiga dari enam juara dunia yang pernah dilatih Abdulmanap. Pada September 2019, Abdulmanap Nurmagomedov masuk dalam daftar rekor juara sambo Rusia.

Dalam mencetak juara Abdulmanap sudah membuat roadmap untuk mencetak anak-anak juara yang berkarakter, contohnya adalah Khabib. Kita bisa melihat dari apa yang dilakukan Abdulmanap dalam melatih Khabib.

Menanamkan kedisiplinan. Meski selalu melatih gulat dan bertarung, namun Abdulmanap tetap mengajarkan kedisiplinan dalam berbagai hal. Termasuk soal prinsip. Ia bahkan mewanti-wanti anaknya itu untuk melakukan pukulan hanya di pertandingan saja. "I warned him. For me, discipline comes first. You do whatever you want in the Octagon, but outside, this is the border of civilians, where there are children, women, strangers" Masalah kedisiplinan ini juga disampaikan Javier Mendez, "Apa yang saya tidak punya adalah kemampuan ayah Khabib sebagai motivator yang besar… Dia menawarkan kedisiplinan, kepercayaan dan juga rasa menghormati. Saya juga mempunyai masalah yang sama, jadi saya tahu betul seperti apa rasanya. Anda sudah pasti tidak ingin membuat dirinya kecewa,"   Abdulmanap juga membiasakan Khabib dan saudaranya berolahraga setiap pagi. Itu adalah sebuah keharusan. Ia biasa menyuruh Khabib untuk naik turun gunung.

Menanamkan pentingnya agama dalam menjalani kehidupan. Hal ini bisa dilihat dari kebiasaan Khabib dan anak asuhnya ketika menang yang selalu menunjukkan jarinya keatas yang bisa diartikan “Semua kesuksesan ini karena Allah, bukan karena saya pribadi.” Atau postingan Khabib mengenai Surat Al Isra ayat 23 yang ditutup “Ridha Tuhan itu di dalam ridhanya orang tua, dan murka Allah itu di dalam murka orang tua.” Atau yang baru-baru ini tentang bagaimana postingan Khabib mengenai Macron setelah apa yang terjadi di Perancis.

Melatih Khabib bertarung dengan beruang. Abdulmanap ternyata memiliki alasan tersendiri mengapa ia memilih beruang untuk menjadi lawan bertarung Khabib. Sebab, Abdulmanap tak melihat adanya anak-anak seusia Khabib yang mampu menandingi putranya tersebut. Selain itu, bergulat melawan beruang juga dianggap Abdulmanap akan membentuk mental bertarung Khabib. Benar saja, ketika dewasa, Khabib tak memiliki rasa takut untuk menghadapi petarung mana pun. “Pertama, seorang ayah selalu ingin memeriksa kemampuan anaknya. Sangat disayangkan bahwa tidak ada perkelahian yang lebih menarik ketika dia masih muda. Pada akhirnya, ini ujian karakter yang lebih dari sekadar olahraga,” ujar Abdulamanap ketika masih hidup.

Berkorban demi membuat tempat berlatih dirumah. Mengingat kondisi Dagestan, tempat tinggalnya, yang rawan konflik, Abdulmanap berusaha keras membuat ruang gym di dalam rumah untuk digunakan sebagai tempat berlatih, sekalipun harus menjual empat lembunya.

Mengajarkan ketegasan kepada Khabib memasuki usia remaja. "Setelah [anak-anak] berusia 15-16 tahun, saya bersikap tegas kepada siapa pun, termasuk Khabib," ujar Abdulmanap dilansir Russia Today.

Mengajarkan bahasa universal sebagai bekal masa depan. Harus diakui bahwa Abdulmanap adalah seorang yang visioner. Ia tahu bahwa anak-anaknya memiliki bekat untuk menjadi petarung hebat, maka ia menyuruh anak-anaknya untuk belajar Bahasa Inggris  dan Bahasa asing lain agar lancar dalam berkomunikasi dan mempermudah melebarkan sayapnya. Hal ini pun berhasil.. Kita bisa lihat pada case Khabib, pada awal bertarung Khabib masih menggunakan bahasa Rusia untuk wawancara. Dia bahkan membutuhkan jasa penerjemah untuk menemaninya dalam hal berkomunikasi selama di Amerika Serikat. Kini, Khabib sudah lancar dalam berbahasa Inggris. Khabib bahkan juga sudah bisa berkomunikasi menggunakan Bahasa Turki dengan baik.

Itulah beberapa pelajaran yang bisa diambil dari kisah Abdulmanap Nurmagomedov, semoga kita juga bisa menjadi ayah hebat yang melahirkan anak-anak juara seperti Abdulmanap Nurmagomedov. Anak juara yang berprestasi, mampu menjadi pemimpin bagi masyarakat, dan baik akhlaknya.

Rabu, 04 November 2020

Yuk Ayah Bayar Hutang Pengasuhan

Ayah hebat adalah ayah yang gemar memperbaiki dirinya, gemar melihat ke dirinya,  gemar untuk menutup, mengisi ransel-ransel pengasuhannya yang usang dan kemudian dipebaiki, digunakan untuk hal-hal yang jauh lebih bagus lagi dengan tujuan agar anak menjadi generasi yang jauh lebih hebat dari generasi ayah.

Hutang pengasuhan adalah sesuatu yang sudah jadi dulu dan kemungkinan sudah lama sekali terjadi. Misalnya ketika anak kita sudah besar, tiba-tiba kita terperanjat dan mengatakan.. ‘kok bisa jadi begini ya?’ ‘kok anak saya sudah besar, badannya gagah, wajahnya ganteng.. tapi kenapa dia tidak perduli dengan orang lain?’ atau ‘…kenapa dia tidak mau menolong orang lain?’ atau ‘…kenapa dia tidak ada hormatnya ke orang yang lebih tua darinya?’  atau ‘…kenapa dia tidak punya rasa empati ya?’ atau ‘...kenapa dia antisosial ya?’ atau ‘…kenapa dia emosional ya?’

Sejatinya, inilah yang disebut dengan hutang pengasuhan. Yang terjadi dari pola pengasuhan yang sudah lama atau sejak anak ayah kecil dan terjadi berulang kali yang akhirnya membuat empatinya tumpul.

Checklist untuk membayar hutang pengasuhan dibeberapa buku fathering memang ada, tetapi ayah perlu kembali ke esensi fathering, yaitu jangan bikin rumit. Kita buat sederhana saja, caranya diantaranya ayah periksa anak ayah, misalnya ayah tanyakan ke temannya, gurunya, sekolahnya, atau lainnya tapi jangan didepan anak ayah. Contohnya.. ‘Dek menurut kamu Ardi (misalkan anak ayah bernama Ardi) bagaimana?’. Nah setiap masukkan untuk anak ayah bisa ayah jadikan poin untuk membayar hutang pengasuhan untuk didiskusikan ke pasangan dengan tujuan memperbaiki dan membuat kesepakatan pengasuhan dengan pasangan.

Pertanyaan berikutnya jika ternyata ayah menemukan hutang pengasuhan adalah.... ‘kapan ini kejadiannya?’ ‘Kok tiba-tiba Ardi tidak bertanggung jawab’ ‘Kok tiba-tiba Ardi kurang empati’. 

Jika bicara hutang pengasuhan, maka kejadiannya tidak mungkin dua-tiga bulan yang lalu, bisa jadi ini akumulasi sejak anak usia 0 – 7 tahun atau dikisaran usia 7 – 10 tahun. Oleh karena itu penting bagi ayah untuk mengajarkan empati kepada anak sejak usia dini sesuai dengan perkembangan usia anak agar tidak terjadi hutang pengasuhan.

Kenapa hutang pengasuhan tidak terbayar? Para ahli sepakat, permasalahan pertama yang membuat hutang pengasuhan tidak terbayar adalah karena masalah pola asuh. Ayah dan ibu mungkin tidak pernah mengevaluasi pola pengasuhan anak. Di fathering ada istilah restrukturisasi pengasuhan, biasanya di usia anak 6 sampai 7 tahun, restrukturisasi merupakan evaluasi mengenai apa yang belum didapatkan anak diusia tersebut sebelum anak menginjak usia 8 tahun. Misalnya, apakah empatinya sudah terbangun atau belum? Kalau belum akan bisa membuat anak ayah dijauhi sama temannya karena anak ayah tidak suka menolong temannya. Kenapa anak ayah tidak suka menolong temannya? Karena tidak terbiasa atau tidak ada simulasinya di usia 0 – 7 tahun. 

Atau misalnya, di usia 6 – 7 tahun ternyata anak kita penakutnya luar biasa. Hal tersebutlah yang memerlukan restrukturisasi pengasuhan sebelum anak ayah loncat ke panggung sosial berikutnya. Restrukturisasi pengasuhan juga perlu dilakukan lagi, minimal ketika anak usia 14-15 tahun.

Masalah hutang pengasuhan juga dipengaruhi oleh faktor eksternal. Karena disaat usia terbaik anak banyak pemain pengganti (guru, sekolah, dan lainnya) yang masuk dibandingkan pemain inti (ayah dan ibu). Untuk itu ayah bisa melakukan beberapa hal dengan pihak eksternal. Misalnya dengan sekolah anak, ayah bisa berdiskusi dengan guru dan menyampaikan kalau ayah ingin anak ayah memiliki usia psikologis yang matang dan menginginkan pola pengasuhan tertentu disekolah. Ayah juga bisa meminta guru memberikan laporan harian ke ayah tentang apa yang terjadi dengan anak ayah selama disekolah.

Bagaimana cara membayar hutang pengasuhan? Membayar hutang pengasuhan memerlukan proses dan konsistensi ayah dan ibu dalam membayar hutang pengasuhan. Dalam membayar hutang pengasuhan, ayah perlu untuk memperbaiki hubungan ayah dengan Allah Subhanahu Wa  Ta’ala, setelah itu baru ayah masuk ke poin pembayaran hutang pengasuhan.

Poin pertama dalam membayar hutang pengasuhan adalah ayah harus ridho dan menerima kesalahan ayah kalau ayah memiliki hutang pengasuhan ke anak. Kalau ayah ridho, menerima kesalahan, dan memperbaiki hubungan dengan Allah, Allah akan memberikan jalan dari arah yang tidak terduga-duga.

Selain itu ayah bisa melakukan pendekatan 4R.R pertama adalah Response, ayah ridho, husnudzan dengan pasangan, tidak menyalahkan pasangan. R kedua adalah Review, ajak pasangan untuk bersama-sama membayar hutang pengasuhan. Evaluasi apa penyebab kita memiliki hutang pengasuhan, bukan untuk disesali tapi untuk diperbaiki. Caranya bisa dengan metode giraffe style (metode jerapah), ayah melakukan observasi terlebih dahulu, gunakan helicopter view dalam melakukan evaluasi. R ketiga adalah Reflect, periksa bagaimana ayah akan membayar hutang pengasuhan. Misalnya, anak ayah memiliki beberapa hutang pengasuhan, akan tetapi empati memiliki poin yang tinggi untuk diperbaiki, maka ayah bisa mengatakan ke ibu untuk sama-sama memperbaiki empati anak. R keempat adalah Right, maksudnya setelah ayah mengatakan untuk memperbaiki empati, selanjutnya ayah bisa membuat kesepakatan kepada ibu untuk sama-sama memperbaiki pola pengasuhan dengan tujuan meningkatkan rasa empati anak. Membayar hutang pengasuhan memerlukan kesepakatan agar ketika misalnya ayah sedang menguatkan jangan sampai ibu justru menghancurkan pola pengasuhan, begitupun sebaliknya. Membuat kesepakatan pengasuhan sebaiknya dibuat dengan nyaman, rileks, dan tidak dalam suasana tegang.

Lalu setelah ayah membayar hutang pengasuhan apakah semuanya selesai? Ternyata belum... ayah harus menuntaskannya dengan 2K, yaitu Komitmen dan Konsisten. Ayah harus komitmen untuk jangan membuat hutang pengasuhan baru kepada anak. Nah, komitmen yang ayah buat harus disertakan juga dengan konsistensi.

Semoga kita bisa menjadi Ayah Hebat bagi anak kita dan usia psikologis anak kita lebih dewasa dibanding usia biologis anak kita.

Selasa, 03 November 2020

Ayah Biologis Ayah Ideologis

Yang paling penting dalam dunia keayahan adalah keberkahan. Seperti yang dikatakan para ulama bahwa kalau tidak ada keberkahan dalam rumah tangga kita, mau sehebat apapun teori yang kita kuasai, mau berapapun pelatihan yang kita ikuti, mau seberapa banyak bacaan yang kita tamatkan, semua itu tidak ada artinya karena Allah Subhanahu Wa Ta’ala tidak memberikan keberkahan dalam rumah tangga kita. Karena masalah keberkahan itulah kita berjuang, kadang ada ayah yang pergi dari rumahnya berangkat pagi-pagi kemudian pulangnya sore, kadang larut malam, atau bahkan terkadang dua hari tidak pulang. Terkadang dalam mencari maisyah (penghasilan atau kemampuan finansial) ayah memilih dan memilah kalau ini haram atau syubhat ayah tidak akan bawa pulang, tapi kalau ini halal ayah akan bawa pulang. Perjuangan itu ayah lakukan karena satu hal, mencari keberkahan dalam rumah tangga.

Semoga kita semua diberikan kemudahan dalam mendapatkan rezeki yang berkah. Kembali ke serial ayah hebat, kali ini kita akan mengangkat topik ayah biologis ayah ideologis.

Apa yang menyebabkan terjadinya fatherlessness? Atau mungkin kita sering mendengar pernyataan, ‘Hati-hati lho, nanti anakmu father hunger lho’ ‘Hati-hati lho, nanti anakmu terjebak kriminal lho’ ‘Hati-hati lho, nanti anakmu usia biologisnya lebih maju lho’ kenapa ini bisa terjadi? Sebelum membahas hal ini, mari kita masuk ke pengertian istilah dalam topik kali ini.

Di dunia pengasuhan, ayah terbagi beberapa jenis. Ada yang ayah biologis saja, yaitu ayah yang terikat secara genetik ke anak karena garis keturunan langsung. Ayah tipe ini biasanya hanya memperhatikan masalah memberi rezeki ke anak saja, akan tetapi tidak peduli terhadap perkembangan anak dan cenderung menyerahkan ke istri atau sekolah untuk urusan perkembangan anak. Dia terikat tapi tidak terlibat. Ada yang ayah ideologis saja, yaitu ayah yang lebih banyak dirumah dan mengurus anak, tapi untuk urusan mencari nafkah diserahkan ke istri. Tentu ini juga tidak ideal, karena idealnya adalah ayah biologis yang juga menjadi ayah ideologis.

Seperti apa ayah biologis ayah ideologis? Yaitu ayah yang hadir secara fisik, yang bertanggung jawab terhadap rezeki keluarga, dan juga bertanggung jawab terhadap masalah emosial, spiritual, psikis, serta lainnya. Wah ideal dan sempurna sekali yah.. Iya memang benar dan tugas kita adalah belajar mendekati ideal tersebut semaksimal mungkin.

Lalu bagaimana caranya? Yang pertama, salah satu landasan terbaik bagi keayahan bisa dilihat dalam Surat Albaqoroh ayat 133. Masalah tauhid atau akidah. Cara pertama menanamkan hal ini adalah bagaimana kita memeriksa keterhubungan dan kemelekatan kita dengan Allah Subhanahu Wa Ta’ala. Cara mengecek kemelekatan kepada Allah Jalla Jalaluhu sederhananya adalah dengan mengecek sholat shubuh ayah dimana, sholat sunnah ayah seperti apa, tilawahnya seperti apa, dan amalan sunnahnya seperti apa. Kemelekatan adalah gabungan dari kedekatan dan kelekatan, maksudnya dekat secara fisik dan lekat secara psikologis. Cara mengecek keterhubungan kepada Allah Azza Wa Jala diantaranya adalah sebagai berikut, misalnya ketika anak ayah sedang sakit, apakah yang pertama kali ayah ingat langsung tindakan medis atau berdoa bertawakal ke Allah dahulu dan baru ke tindakan medis secepatnya. Jika kita mendahulukan Allah baru tindakan medis, itu menunjukkan keterhubungan ayah ke Allah Subhanahu Wa Ta’ala sangat dekat.

Seperti perkataan para ulama, makin dekat keterhubungan dan kemelekatan ayah dengan Allah Subhanahu Wa Ta’ala akan semakin dekat juga keterhubungan dan kemelekatan ayah dengan keluarga dan anak-anak ayah.

Bagaimana cara membuat keterhubungan dan kemelekatan? Tidak lain caranya adalah melalui latihan, kita memang perlu banyak melakukan simulasi. Siapa yang paling tepat dalam menemani simulasi? Tidak lain adalah pasangan kita atau ibunya anak-anak. Misalnya ketika anak sedang sakit dan ayah secara spontan langsung menanyakan ‘apakah obat masih ada? Dokter bagaimana, sudah ditelp belum?’. Jika reaksi pertama ayah seperti itu, maka tugas ibu adalah mengingatkan ayah untuk ingat ke Allah Subhanahu Wa Ta’ala saat itu juga, setelah itu baru kembali kemasalah medis.

Cara lainnya adalah ayah gemar memeriksa dan memperbaiki sisi dalam ayah. Kalau ayah gemar memperbaiki sisi dalam ayah, maka Allah akan memperbaiki sisi luar ayah. Perbaiki sisi emosional ayah, perbaiki sisi ketidaksabaran ayah, perbaiki sifat ayah yang suka ngeles, perbaiki sikap ayah yang tidak mau mengalah, perbaiki sisi dalam ayah lainnya dan ajak istri atau ibunya anak-anak untuk mengingatkan. InsyaAllah hasilnya akan mendukung sisi luar ayah. Ketika memperbaiki sisi dalam ayah, ayah jangan jaim dan belajar mengakui kekurangan ayah sambil berusaha memperbaikinya serta minta istri untuk membantu ayah dalam memperbaiki sisi dalam ayah. Jika sisi dalam ayah yang perlu diperbaiki ternyata banyak sekali, maka buatlah skala prioritas untuk diperbaiki pada saat itu, biar sisi dalam lainnya difokuskan untuk diperbaiki pada waktu berikutnya. Ketika memperbaiki fokuslah pada proses dan usaha dan bukan hasilnya agar tidak stress.

Lalu yang tidak kalah penting untuk menjadi ayah biologis ayah psikologis adalah bagaimana ayah memperbaiki pemahaman ayah terhadap anak-anak ayah. Bagaimana ayah memahami anak berdasarkan usianya.

Langkah terakhir buatlah kesepakatan pengasuhan antara ayah dan ibu. Di dunia fathering banyak sekali kendala dalam pengasuhan, tapi yang paling hebat kendalanya adalah ketika ayah dan ibu tidak pernah membuat kesepakatan pengasuhan. Kesepakatan pengasuhan bisa dibuat secara global ataupun temporer. Kesepakatan global adalah kesepakatan yang dibuat umum untuk tujuan jangka panjang, sedangkan kesepakatan temporer dibuat dalam waktu tertentu saja, misalnya kesepakatan pengasuhan yang dibuat ketika Ramadhan. Kesepakatan pengasuhan perlu dibuat agar tidak terjadi situasi dimana ayah sedang berusaha menguatkan ideologis spiritual anak, sementara ibunya melemahkan, akibatnya bisa membuat anak menjadi tidak dewasa secara spiritual dan psikologis.

Semoga kita bisa menjadi ayah biologis sekaligus ayah ideologis bagi anak-anak kita. Semoga juga kita bisa menjadi Ayah Hebat bagi anak kita dan usia psikologis anak kita lebih dewasa dibanding usia biologis anak kita.

Senin, 02 November 2020

Ayah Nubie

Ayah Nubie adalah ayah yang baru menjalankan peran ayah tersebab dua hal. Yang pertama, ayah nubie adalah ayah yang baru diberi keturunan. Yang kedua, ayah nubie adalah ayah yang baru menyadari pentingnya peran ayah setelah bertahun-tahun memiliki anak. Dan ayah nubie hakikatnya bukanlah sebuah aib karena ayah nubie merupakan peran yang harus dijalani dan membutuhkan ilmu untuk menjalaninya agar menjadi ayah hebat.

Ketika kita baru menjadi ayah tentunya kita menyadari adanya peran dan tanggung jawab agar kita dapat menjalani peran ayah secara maksimal, khususnya ketika istri kita dinyatakan hamil. Ketika istri dinyatakan hamil, maka kita harus mensyukuri berita kehamilan tersebut. Syukur ini harus kita upayakan dalam beberapa hal.

Ketika ayah menyadari istrinya hamil, yang ayah harus lakukan pertama kali adalah memberikan kesenangan dan kegembiraan kepada istri, agar anak mendapatkan ruang yang nyaman di rahim ibu. Ketenangan dan kenyamanan di rahim ibu ternyata sangat tergantung dengan perasaan ibu. Oleh karena itu ayah nubie harus paham kalau istri harus gembira dalam proses kehamilan ini. Seperti isyarat yang terdapat dalam Quran Surat As Saffat ayat 101, ”Maka Kami beri kabar gembira kepadanya dengan (kelahiran) seorang anak yang sangat sabar (Ismail).” Itulah kenapa ibu yang mengalami kehamilan yang stress bisa mengakibatkan hal tidak baik terhadap tumbuh kembang sang janin.  Bayi yang lahir dalam keadaan ibu gembira cenderung memiliki tingkat kecerdasan diatas rata-rata. Itulah bayi yang cerdas umumnya melalui masa kehamilan yang indah.

Setelah istri melahirkan dan proses menyusui, ayah juga perlu menahan diri, karena kalau istri stress bisa mengakibatkan air susu ibu berkurang kualitasnya. Inilah salah satu cara Allah memuliakan laki-laki, Allah memuliakan laki-laki melalui bebannya sebagai qowam dan memuliakan wanita sebagai makhluk yang menanggung beban didalam tubuhnya, dalam hal ini anak. Jadi poin utama untuk menjadi ayah nubie adalah bagaimana ayah memberikan suntikan positif dengan cara menghilangkan beban kesedihan dan stress ketika istri sedang hamil.

Di umur-umur kehamilan ayah juga bisa memberikan bonus-bonus yang menjadikan isyarat bahwa Allah ingin memuliakan wanita yang hamil dengan memberikan hak-haknya. Seperti yang disebutkan dalam Surat Maryam ayat 26, ”Maka makan, minum dan bersenanghatilah engkau. Jika engkau melihat seseorang, maka katakanlah, “Sesungguhnya aku telah bernazar berpuasa untuk Tuhan Yang Maha Pengasih, maka aku tidak akan berbicara dengan siapa pun pada hari ini.” Dari ayat ini isyarat bonus yang bisa diberikan ayah bisa dalam tiga hal, yaitu makan, minum, dan bersenang hati.

Semoga kita bisa menjadi Ayah Hebat bagi anak kita dan usia psikologis anak kita lebih dewasa dibanding usia biologis anak kita.

Minggu, 01 November 2020

Ayah Jangan Pelit

Larangan terakhir bagi Ayah Hebat selain Ayah Jangan Marah dan Ayah Jangan Cuek yaitu Ayah Jangan Pelit. Ayah jangan pelit kenapa? Karena sifat pelit atau bakhil merupakan salah satu ciri ayah tidak memiliki sifat empati. Sifat empati sejatinya adalah salah satu cara yang membuat anak merasa dipahami oleh ayah. Ayah yang tidak memiliki sifat empati cenderung egois dan mudah marah. Inilah kenapa Al Qur’an menghubungkan sifat empati dengan perilaku seseorang. Sifat pelit yang diindikasikan dengan suka menahan sesuatu, enggan berbagi, perhitungan, dan suka mengungkit pemberian merupakan sifat yang sangat tidak disukai oleh anak kita.

Oleh karena itu, sifat seorang ayah yang membuat anak merasa nyaman adalah ayah yang memiliki kepekaan yaitu ayah memberi empatinya dengan ciri dia memahami kebutuhan anak. Dengan sifat berbaginya, efek yang dirasakan anak adalah ayah adalah sosok yang memiliki sensitifitas perasaan, lembut, dan tidak mudah marah.

Karakter empati disebutkan dalam Surat Ali Imran ayat 133-134 sebagai sifat dari orang-orang yang bertakwa, "Dan bersegeralah kamu mencari ampunan dari Tuhanmu dan mendapatkan surga yang luasnya seluas langit dan bumi yang disediakan bagi orang-orang yang bertakwa, (yaitu) orang yang berinfak, baik di waktu lapang maupun sempit, dan orang-orang yang menahan amarahnya dan memaafkan (kesalahan) orang lain. Dan Allah mencintai orang yang berbuat kebaikan..."

Kalau ayah senang bersedekah atau berbagi, maka efeknya ayah memiliki sifat yang mampu menahan amarah dan mampu memaafkan kesalahan anak. Begitupun sebaliknya, kalau ayah pelit maka biasanya ayah mudah marah dan kalau tersakiti dendam. Inilah kenapa sifat pelit akan berujung kepada sifat buruk yang lain dan anak sangat tidak suka.

Untuk itu, Baginda Rasul mengajarkan suatu hadits yang menjadi rahasia agar kita terhindar dari sifat pelit, yaitu, “Tahaddu Tahabbu”, hendaklah kalian saling memberi hadiah, niscaya kalian akan saling mencintai. Jadi cinta anak seiring dengan bagaimana pemberian yang diberikan oleh ayah, makanya ayah yang pelit cenderung membuat anak tidak mencintainya.

Kalau ayah ingin menjadi sosok yang disenangi oleh anak, maka jadilah ayah yang suka memberi dan jangan pelit. Kalau ayah jarang hadir secara fisik dalam hidup anak, ayah harus memiliki kompensasi atas ketidak hadiran ayah, minimal anak meyakini kalau ayah adalah sosok yang baik. Tentu perlu dibedakan dan ayah perlu sering mengukur ketika ayah memberi kepada anak agar ayah tidak terjebak menjadi terlalau memanjakan anak.

Dalam suatu pepatah arab menyebutkan kalau kebaikan akan menaklukkan hati manusia. Maksud kebaikan disini salah satunya adalah pemberian. Syarat untuk menaklukan hati diantaranya adalah sering memberi dan memberikan secara ekstrim, terutama memberi yang dibutuhkan.

Semoga kita bisa menjadi ayah yang dicintai anak dan tidak pelit. Dan semoga kita bisa menjadi Ayah Hebat bagi anak kita dan usia psikologis anak kita lebih dewasa dibanding usia biologis anak kita.

Jumat, 30 Oktober 2020

Tentang Boikot Produk perancis

Sikap Presiden perancis emmanuel macron yang mendukung kebebasan berekspresi terkait kontroversi kartun Nabi Muhammad Shalallahu Alaihi Wassalam di negaranya dengan pernyataannya tidak akan menarik karikatur yang menghina Nabi Muhammad yang dimuat charlie hebdo dan juga menyatakan 'Islam adalah agama yang sedang mengalami krisis di seluruh dunia' menimbulkan kemarahan umat Islam di seluruh dunia.

Sebagian negara-negara di Arab memutuskan untuk melakukan boikot terhadap produk Perancis. Tidak sedikit juga perusahaan dan individu yang juga memutuskan untuk memboikot produk Perancis. Bagaimana dengan Indonesia? Indonesia secara negara tidak melakukan boikot level G-to-G (Government to Government), Pemerintah dalam hal ini ‘hanya’ melakukan kecaman terhadap pernyataan presiden perancis.

Beberapa perusahaan juga ada yang melakukan boikot level bisnis atau B-to-G (Business to Government). Terutama beberapa perusahaan di Timur Tengah seperti perusahaan Consumer Goods Wajbah Dairy dan Al Al Merra di Qatar yang menarik produk perancis dari rak-rak mereka.

Bagi saya, ketika Baginda Rosulullah Shalallahu Alaihi Wassalam,  manusia yang saya cintai bahkan lebih dari orang tua dan diri sendiri dihina dan dilecehkan maka saya perlu mengambil sikap. Sikap realistis yang bisa saya lakukan sebagai individu tentunya.

Saya tidak ingin perancis diuntungkan secara ekonomi dari umat islam setelah tindakan mereka menghina Baginda Rasul. Loh berarti saya menentang Ulil Amri dong? Tentu tidak. Sebagai warga negara saya tidak mencampuri juga tidak menentang Ulil Amri. Saya tidak menyerukan perang... Juga tidak menyatakan jihad angkat senjata... Sama sekali tidak.

Tapi sebagai individu saya bebas mengambil keputusan untuk tidak membeli produk perancis semampu saya. Seperti yang pernah saya lakukan terhadap produk kopi dari negeri paman sam karena mendukung perilaku kaum sodom. Saya berusaha untuk tidak membeli produk tersebut semampu saya sejak tahun 2016.

Bagaimana jika Anda memutuskan untuk tidak melakukan boikot? Silahkan saja itu hak Anda dan insyaAllah tidak mengapa. Karena seperti kaidah muamalah, hukum asal segala sesuatu itu dibolehkan sampai ada dalil yang melarangnya. Selama Pemegang Keputusan atau Ulama tidak mengeluarkan fatwa melarang atau mengharamkan dengan dalil yang tegas, maka membeli produk perancis adalah halal. Produk tersebut bisa jadi haram jika yang diperjual belikan adalah barang haram dan tata cara muamalahnya juga haram.

Tapi sekali lagi, kalau saya memilih untuk tidak membeli produk perancis semampu saya dan memilih membeli produk lain ya boleh juga dong. Karena ini keputusan pribadi saya sebagai individu dan konsumen.

Oh iya berikut beberapa contoh dari produk perancis ya… Chanel (kecantikan dan fashion), . Danone (makanan minuman), Garnier (kecantikan), Lacoste (fashion), Louis Vuitton (fashion), Loreal (kecantikan), Lancome (kecantikan), Peugeot (otomotif), TOTAL (migas), Yves Saint Laurent (kecantikan dan fashion), beberapa brand yang ada digambar tulisan ini, dan masih banyak lain.


Ayah Jangan Cuek

Larangan ayah hebat, selain jangan marah adalah ayah jangan menjadi pribadi yang cuek. Dimana anak tidak mendapatkan perhatian ayahnya, sehingga anak menganggap ayah tidak sayang kepadanya. Ketika ayah cuek bisa memberikan dampak yang fatal, yaitu anak mencari perhatian kepada atau dengan yang lain. Oleh karena itu, sesibuk-sibuknya ayah harus mengetahui apa yang terjadi pada anak, terkait pada hobi, sekolah, perubahan anak, dan terkait kebutuhan anak. Ayah harus mengetahui proses tumbuh kembang anak.

Ibnu Qayyim Al Jauizyah dalam kitab Tuhfatul Mudud bi Ahkamil Maulud mengatakan cuek adalah salah satu bentuk kezaliman ayah kepada anak. Sebab salah satu hal yang diinginkan anak adalah bagaimana ayah memperhatikan dirinya, terutama anak wanita. Karena salah satu kebutuhan dasar wanita adalah perhatian. Salah satu riset menyatakan jika wanita tidak mendapatkan perhatian ayahnya, baik itu berupa ungkapan sayang, pujian, ataupun apresiasi, maka dia akan berusaha mencari perhatian dari laki-laki lain. Maka jika ayah berbicara kepada wanita salah satunya yang disarankan adalah berhadap-hadapan dengannya dan mengungkapkan apresiasi atau ungkapan sayang.

Sesibuk-sibuknya ayah bisa belajar memberikan perhatian di tiga waktu yang sangat krusial. Pertama, ayah ada disaat sedih, dimana ayah belajar untuk membuat anak tidak lari kemana-mana, karena sedih adalah saat dimana anak membutuhkan sandaran jiwa, siapa yang hadir saat itu maka ialah pahlawannya atau superheronya. Kedua, memberikan perhatian ketika anak sedang sakit. Perhatian ketika anak sedang sakit bukan hanya obat atau biaya, tetapi rasa peduli dan kasih sayang juga merupakan perhatian yang dibutuhkan anak. Sebagaimana Baginda Rasulullah mencontohkan selalu menjadi orang yang pertama menjenguk ketika ada orang yang sakit. Ketiga, ayah ada disaat anak unjuk prestasi. Ayah usahakan hadir ketika anak sedang pentas atau unjuk prestasi, karena hal itu penting bagi tumbuh kembang anak sebagai bentuk apresiasi ayah kepada anak.

Kisah ayah hebat yang sibuk namun perhatian dicontohkan oleh Abdul Aziz Bin Marwan, salah satu tabiin. Abdul Aziz Bin Marwan adalah sosok sibuk yang diberikan amanah sebagai gubernur Mesir pada era Khalifah Abdul Malik Bin Marwan. Sebelum ia berangkat dari Madinah ke Mesir untuk menunaikan tugasnya sebagai gubernur, ia menyadari bahwa anaknya tidak bisa ikut ke Mesir, untuk itulah ia mencoba mencari guru yang akan mendidik anaknya, Umar Bin Abzul Aziz, guru itu adalah Syekh Sholih bin Qais. Sebelum berangkat ia berkata kepada Syekh Sholih, tolong ajarkan anak saya dua hal, ajarkan anak saya Bahasa Arab yang baik dan ajarkan anak saya untuk sholat tepat waktu. Setelah itu Sang Syekh juga diminta untuk menulis laporan perkembangan anaknya lewat surat. Dan ketika beliau di Mesir, beliau selalu menerima laporan perkembangan anaknya setiap bulannya. Padahal saat itu belum ada teknologi seperti sekarang.

Suatu hari ketika anaknya sudah abg, Abdul Aziz bin Marwan mendapatkan laporan kalau anaknya sering terlambat sholat berjamaan dan kadang suka sholat sendirian. Marahlah beliau, karena beliau tahu kalau sholat adalah hal yang sangat penting, hingga dipanggillah Syekh Sholih ke Mesir. Dan sang guru menceritakan kalau anaknya sudah abg dan rambutnya gondrong, sehingga sering menyisir rambutnya yang membuatnya terlambat sholat. Sehingga ayahnya menulis surat yang dititip ke gurunya, yang isinya memerintahkan untuk memotong rambut anaknya. Hingga Umar Bin Abdul Aziz menyatakan kepada tukang cukurnya kalau ‘ayahku memang jauh dimata tapi dekat dihati’, karena begitu perhatiannya ayahnya kepada beliau.

Semoga kita bisa menjadi ayah yang perhatian dan tidak cuek. Dan semoga kita bisa menjadi Ayah Hebat bagi anak kita dan usia psikologis anak kita lebih dewasa dibanding usia biologis anak kita.

Jumat, 23 Oktober 2020

Larangan Ayah Hebat

Salah satu tugas ayah hebat adalah mampu menjadi figur yang dicintai oleh anak dan bukan ditakuti, untuk itu ayah perlu menjadi ayah yang mampu membuat anak terkesima sehingga membuat hati anak terikat.  Karena itulah yang membuat proses pengasuhan kita lebih mudah, sebagaimana kaidah yang diajarkan para ulama,”At Ta’lif Qobla Ta’rif, At Ta’rif Qobla Taklif” mengikat hati sebelum mengenalkan, mengenalkan sebelum memberi amanah.

Ayah memiliki pantangan yang memang menjadi sesuatu yang tidak disukai oleh anak agar bisa mengikat hati, jika ayah bisa melewati pantangan ini, maka sejatinya ayah mampu membuat anak begitu dekat dengan ayah.

Pantangan tersebut adalah jangan marah. Hal ini sesuai dengan sabda Rasulullah yang mengingatkan  ayah jangan marah, ini bukan berarti menghilangkan figur ayah yang tegas. Karena menjadi tegas berbeda dengan marah. Marah yang dibolehkan adalah marah tahapan pertama, yang disebut kurhun, cirinya diantaranya lisan ayah berucap “ayah tidak suka” dengan elegan tapi hati masih tenang dan terkendali. Misalnya ketika anak kita merampas mainan adiknya, ayah bisa berkata, ”ayah tidak suka ya nak, tolong kembalikan” sambil ayah tetap tersenyum. Lalu ketika anak mengembalikan karena ketegasan ayah, ayah bisa berkata, “terimaksih ya nak”.

Selain kurhun, marah yang juga dibolehkan adalah marah tingkatan kedua yang disebut sukhtun. Sukhtun adalah kemarahan yang ayah berusaha menyampaikan ke anak, tapi saking kesalnya ayah menahannya dengan gigi geraham, sehingga membuat ekspresi ayah seperti menekan. Hal ini boleh dilakukan ketika ayah menyampaikan sesuatu yang tidak boleh dilakukan oleh anak, ayah mengingatkan kalau ini dilakukan maka anak tersebut akan berbahaya.

Sedangkan marah tingkatan ketiga dan tingkatan keempat yang biasa disebut ghadabun dan la’natun adalah marah yang dilarang. Ghadabun adalah marah dengan ciri anggota tubuh tidak terkendali sehingga desibel suara meninggi atau ekspresi wajah menyeramkan atau melakukan gerakan memukul, menendang, atau membanting. Sedangkan la’natun adalah marah dengan ciri lisan tidak terkendali sehingga mengeluarkan kata-kata buruk. Ayah yang melakukan marah tingkatan ini akan membuat anak traumatis dan membenci ayahnya. Dan yang paling bahaya, bisa membuat anak menjadi munafik.

Hal ini yang pernah disampaikan Syekh Muhammad Basir Ibrahim Al Jaziri yang mengingatkan ayah agar jangan sampai menjadi ayah yang galak dan keras karena membuat anak-anak rentan munafik. Misalnya ketika ayah sedang membaca koran dan mendengar piring jatuh, ayah yang terkenal tempramen akan spontan berkata menggelegar, “siapa tuh?!” Anak ketika mendengar ayahnya berteriak dan dia sudah punya memori yang buruk tentang ayahnya maka langsung terbayang…’wah habis nih saya’, maka secara naluriah beliau mempunyai mekanisme untuk mempertahankan dirinya dengan berkata bohong, “hmm.. kucing…”. Inilah yang membuat anak kita menjadi pribadi yang belajar berbohong karena tekanan.

Lalu bagaimana kalau ayah memiliki tabiat pemarah dan mudah tersinggung? Ayah jangan putus asa, ayah bisa tetap dicintai oleh anak asal ayah berusaha memperbaiki dirinya untuk menahan amarah. Kaidah pertama dari fathering adalah anak tidak butuh ayah yang sempurna, yang anak butuhkan adalah ayah yang terus meningkatkan kualitas dirinya.

Semoga kita bisa menjadi ayah yang tidak pemarah. Dan semoga kita bisa menjadi Ayah Hebat bagi anak kita dan usia psikologis anak kita lebih dewasa dibanding usia biologis anak kita.

Kamis, 22 Oktober 2020

Ayah Sang Kepala Sekolah

Kita sering mendengar orang mengatakan kalau Ibu adalah madrasah pertama bagi anak, sehingga menafikkan peran ayah dalam mendidik anak.. Betul.. Memang ibu adalah madrasah sang anak, tapi ayah lah kepala sekolahnya, seperti pepatah arab "Al ummu madrasatul ula, wal abu mudiruha, roisuha". Oleh karena itu tema Ayah Hebat kali ini mengangkat topik Ayah Sang Kepala Sekolah yang disampaikan oleh Ustadz Bendri Jaisyurrahman.

Peran ayah sebagai kepala sekolah juga dengan tegas dinyatakan dalam Hadits Riwayat Bukhari dan Muslim, "Masing-masing kalian adalah pemimpin, dan ia akan dimintai pertanggungjawaban tentang orang yang dipimpinnya. Renguasa adalah pemimpin bagi manusia, dan dia akan diminta pertanggungjawaban tentang mereka. Seorang laki-laki adalah pemimpin bagi keluarganya dan dia akan diminta pertanggungjawaban tentang mereka..."

Kepala sekolah memang jarang berinteraksi dengan anak, tetapi kualitas sebuah sekolah tergantung dari kepala sekolahnya. Oleh karena itu ayah sebagai kepala sekolah jangan hanya menyalahkan tapi perlu menjalankan perannya. Seorang ayah kepala sekolah harus membekali diri dengan empat fungsi kepala sekolah.

Fungsi pertama, ayah punya tugas menyamankan sekolah. Ayah perlu untuk membahagiakan sekolah atau madrasah, yaitu ibu. Sulit bagi ibu membuat anak betah di sisinya jika ia tak mendapatkan dukungan. Sehingga, menjadi mudah stress, tertekan, hanyut dalam perasaannya sendiri, merasa lelah, bosan, dan lainnya. Dalam Surat Al A’raf ayat 58 Allah berfirman,

وَالْبَلَدُ الطَّيِّبُ يَخْرُجُ نَبَاتُهٗ بِاِذْنِ رَبِّهٖۚ وَالَّذِيْ خَبُثَ لَا يَخْرُجُ اِلَّا نَكِدًاۗ

Dan tanah yang baik, tanaman-tanamannya tumbuh subur dengan izin Tuhan; dan tanah yang buruk, tanaman-tanamannya yang tumbuh merana…

Tanah yang dimaksud disini adalah Ibu, sebagaimana firman Allah Subhanahu Wa Ta’ala dalam surat Al Baqarah ayat 223,

نِسَاۤؤُكُمْ حَرْثٌ لَّكُمْ ۖ فَأْتُوْا حَرْثَكُمْ اَنّٰى شِئْتُمْ ۖ

Istri-istrimu adalah ladang bagimu…

Ayah membantu ibu mendapatkan kebutuhan psikologisnya. Misalnya, ayah harus memberikan ruang bagi ibu untuk berbicara mengeluarkan isi hati dan pikirannya. Sebuah penelitian menyebutkan, wanita yang sehat jiwanya minimal mengeluarkan 20.000 kata per hari. Seperti yang dicontohkan Rasulullah yang dikisahkan Ibnu Abbas dalam Hadits Bukhari, "Aku menginap di rumah bibiku Maimunah (istri Rasulullah), maka Rasulullah berbincang-bincang dengan istrinya (Maimunah) beberapa lama kemudian beliau tidur".

Ayah jangan mengecilkan peran ibu dengan misalnya membandingkan ibu dengan guru disekolah. Ibu yang jiwanya sehat insya Allah mampu menjalankan tugasnya sebagai madrasah terbaik bagi anak-anaknya.

Fungsi kedua, ayah harus merumuskan visi dan misi. Dan ini harus ayah pahami, salah satu yang harus ayah lakukan menurut Bunda Elly Risman adalah menentukan Garis-garis Besar Haluan Keluarga (GBHK). Maksudnya ayah harus merumuskan garis-garis besar pengasuhan dan pendidikan di rumah agar istri bisa mendidik sesuai tujuan. Garis-garis besar pengasuhan dan pendidikan inilah yang tertuang dalam visi misi. Mengasuh anak tak bisa pasrah mengikuti aliran air, sebab air bisa mengalir ke sungai dan juga bisa mengalir ke tempat pembuangan.

Belajar dari Nabi Ibrahim, meski ia berada di Palestina sedangkan istri dan anaknya di kota Makkah, tapi Nabi Ibrahim telah merumuskan visi dan misi pendidikan anaknya. Semua ini tertuang dalam doa yang terangkai dalam al-Qur’an Surah Ibrahim (14) ayat 35–37.

وَاِذْ قَالَ اِبْرٰهِيْمُ رَبِّ اجْعَلْ هٰذَا الْبَلَدَ اٰمِنًا وَّاجْنُبْنِيْ وَبَنِيَّ اَنْ نَّعْبُدَ الْاَصْنَامَ ۗ رَبِّ اِنَّهُنَّ اَضْلَلْنَ كَثِيْرًا مِّنَ النَّاسِۚ فَمَنْ تَبِعَنِيْ فَاِنَّهٗ مِنِّيْۚ وَمَنْ عَصَانِيْ فَاِنَّكَ غَفُوْرٌ رَّحِيْمٌ رَبَّنَآ اِنِّيْٓ اَسْكَنْتُ مِنْ ذُرِّيَّتِيْ بِوَادٍ غَيْرِ ذِيْ زَرْعٍ عِنْدَ بَيْتِكَ الْمُحَرَّمِۙ رَبَّنَا لِيُقِيْمُوا الصَّلٰوةَ فَاجْعَلْ اَفْـِٕدَةً مِّنَ النَّاسِ تَهْوِيْٓ اِلَيْهِمْ وَارْزُقْهُمْ مِّنَ الثَّمَرٰتِ لَعَلَّهُمْ يَشْكُرُوْنَ

Dan (ingatlah), ketika Ibrahim berdoa, “Ya Tuhan, jadikanlah negeri ini (Mekah), negeri yang aman, dan jauhkanlah aku beserta anak cucuku agar tidak menyembah berhala. Ya Tuhan, berhala-berhala itu telah menyesatkan banyak dari manusia. Barangsiapa mengikutiku, maka orang itu termasuk golonganku, dan barang-siapa mendurhakaiku, maka Engkau Maha Pengampun, Maha Penyayang. Ya Tuhan, sesungguhnya aku telah menempatkan sebagian keturunanku di lembah yang tidak mempunyai tanam-tanaman di dekat rumah Engkau (Baitullah) yang dihormati, ya Tuhan (yang demikian itu) agar mereka melaksanakan salat, maka jadikanlah hati sebagian manusia cenderung kepada mereka dan berilah mereka rezeki dari buah-buahan, mudah-mudahan mereka bersyukur.

Berdasarkan ayat di atas, setidaknya ada 4 visi Nabi Ibrahim sebagai ayah dalam mendidik anak, yakni menguatkan aqidah, membiasakan ibadah, menanamkan akhlak, dan menguasai skill entrepreneur  (wirausaha).

Fungsi ketiga, ayah harus melakukan evaluasi. Jadi ayah jangan bosan melakukan evaluasi berdasarkan visi misi yang dibuat sebelumnya. Sebagaimana dikisahkan dalam Al Quran, bagaimana Nabi Yakub mengevaluasi anaknya yang tertuang dalam Surat Albaqarah ayat 133,

اَمْ كُنْتُمْ شُهَدَاۤءَ اِذْ حَضَرَ يَعْقُوْبَ الْمَوْتُۙ اِذْ قَالَ لِبَنِيْهِ مَا تَعْبُدُوْنَ مِنْۢ بَعْدِيْۗ قَالُوْا نَعْبُدُ اِلٰهَكَ وَاِلٰهَ اٰبَاۤىِٕكَ اِبْرٰهٖمَ وَاِسْمٰعِيْلَ وَاِسْحٰقَ اِلٰهًا وَّاحِدًاۚ وَنَحْنُ لَهٗ مُسْلِمُوْنَ

Apakah kamu menjadi saksi saat maut akan menjemput Yakub, ketika dia berkata kepada anak-anaknya, “Apa yang kamu sembah sepeninggalku?” Mereka menjawab, “Kami akan menyembah Tuhanmu dan Tuhan nenek moyangmu yaitu Ibrahim, Ismail dan Ishak, (yaitu) Tuhan Yang Maha Esa dan kami (hanya) berserah diri kepada-Nya.”

Nabi Yakub tidak menanyakan tentang pekerjaan atau usaha yang sedang dijalankan anaknya, juga tidak menanyakan urusan dunia lainnya, melainkan Nabi Yakub menanyakan urusan akidah ke anaknya.

Dari kisah Nabi Yakub diatas, maka ayah perlu untuk sering berbicara dengan anak agar ayah bisa mengevaluasi pengasuhan yang sudah kita jalankan. Jika mereka jarang membicarakan masalah agama, itu tandanya pengasuhan belum sesuai misi dan visi. Ayah perlu untuk duduk bersama ibu untuk memperbaiki lagi pengasuhan yang ada berdasarkan evaluasi yang dilakukan agar visi misa yang dibuat bisa tercapai.

Fungsi keempat, ayah harus menegakkan aturan. Maksudnya ayah yang memastikan bahwa aturan tegak di rumah, bukan ibu. Sebagaimana Lukman menegakkan aturan dalam menasihati anaknya dalam Quran Surat Lukman yang dimulai dari ayat 12, agar anaknya tidak musyrik kepada Allah, memegang teguh ketauhidan, mendirikan shalat, keberanian memerintah kepada kebaikan, memiliki keberanian mencegah kemungkaran, bersabar terhadap musibah yang menimpa, tidak bersikap sombong kepada orang lain, tidak angkuh dalam menjalani hidup, menyederhanakan cara berjalan, dan melunakkan suara.

Jadi ayah jangan membiarkan ibu menegakkan aturan. Ayah harus menunjukkan otoritas dan ketegasan. Tentu saja, ketegasan tersebut harus diimbangi dengan kelembutan dan kebaikan. Karena kalau ibu menegakkan aturan, ibu kehilangan fitrah kasih sayangnya yang bisa membuat anak merasa tidak nyaman dan tidak betah dirumah.

Semoga kita bisa menjadi kepala sekolah terbaik bagi anak-anak kita semua. Dan semoga anak kita menjadi anak yang memiliki usia psikologis lebih dewasa dibanding usia biologisnya.

Rabu, 21 Oktober 2020

Ayah Ajarkan Empati Pada Anak

Tema keempat belas dalam serial ayah hebat mengangkat topik Ayah Ajarkan Empati Pada Anak. Karakter empati disebutkan dalam Surat Ali Imran ayat 133-134 sebagai sifat dari orang-orang yang bertakwa

"Dan bersegeralah kamu mencari ampunan dari Tuhanmu dan mendapatkan surga yang luasnya seluas langit dan bumi yang disediakan bagi orang-orang yang bertakwa, (yaitu) orang yang berinfak, baik di waktu lapang maupun sempit, dan orang-orang yang menahan amarahnya dan memaafkan (kesalahan) orang lain. Dan Allah mencintai orang yang berbuat kebaikan..."

Ayat diatas menunjukkan bahwa saking berempatinya orang yang bertakwa, sedekahnya tidak hanya disaat lapang, akan tetapi juga disaat sempit. Efek sifat empati memiliki pengaruh terhadap sifat yang lain, yaitu dia mampu menahan amarah dan mampu memaafkan kesalahan orang lain.

Empati adalah tugas utama ayah dan ibu terutama ketika anak berusia 0 – 7 tahun, apakah itu lewat cerita atau melalui contoh dan tindakan, karena usia 0 – 7 tahun adalah usia menerima tanpa argumentasi. Kenapa kita kadang melihat empati tidak terbangun pada diri anak kita? Karena kita tidak mencoba menanamkannya kepada anak kita, mulailah membangun ruang empati kepada anak kita, khususnya di masa pandemi sekarang ini.

Penghalang empati ada dua, eksternal dan internal. Penghalang eksternal untuk saat ini yang paling besar adalah medsos dan gadget, tidak ada satupun penggiat parenting yang tidak setuju dengan ini. Sedangkan penghalang internal adalah pola asuh.

Kenapa kita harus fokus menumbuhkan rasa empati kepada anak? Empati merupakan barang mahal yang terdapat didalam diri anak kita. Empati adalah bintang cahaya yang terdapat dihati anak kita dan sejatinya anak kita sebenarnya memiliki fitrah empati ini.

Tahapan empati sendiri dimulai dari empati umum atau anak merasakan seluruh dunia adalah dirinya. Misalnya ketika bayi baru lahir dan mendengar bayi lain menangis, biasanya ia akan ikut menangis. Lalu ketika anak berusia 1-4 tahun, anak akan merasakan empati egosentris. Lalu berubah menjadi empati emosional yang biasa dialami anak usia TK dan SD, empati yang terbangun secara emosional. Sehingga apapun yang membuat sisi emosionalnya tersentuh pasti akan mempengaruhi empatinya. Misalnya ketika kita menceritakan sesuatu sambal menangis, seringkali anak diusia ini ikut menangis juga. Disela-sela usia SD, disekitar usia 7-8 tahun, anak juga mengalami empati kognisi, yaitu dia mau mengalami empati tersebut berdasarkan akal pikirannya, jika tidak menguntungkan dia tidak akan melakukannya. Yang terakhir adalah empati abstrak yang dialami anak usia baligh. Misalnya ketika kita ingin menceritakan tentang anak palestina yang menderita kelaparan atau supir ojol yang kesulitan makan, itu pas untuk anak usia baligh, akan tetapi tidak pas untuk usia dibawahnya. Anak yang paling hebat untuk dilatih empati adalah anak diusia 10-12 tahun, karena empati abstraknya sangat berkembang, sehingga akan menyimpan rasa empati dengan waktu yang sangat panjang.

Langkah pertama dalam mengenalkan empati kepada anak dimulai dari mengenalkan dan memperbanyak kosa rasa dan kosa empati kepada anak. Caranya pertama adalah dengan sering-sering menanyakan perasaan yang dirasakan oleh anak dalam banyak situasi, misalnya ketika melihat pengemis dijalan, ayah bisa menanyakan,”bagaimana perasaaanmu nak?” atau ketika ayah melihat bundanya sedang mengerjakan pekerjaan rumah tangga capeknya luar biasa, ayah bisa mengatakan,”kamu lihat deh wajah bunda, bunda pasti lelah ya..”. Kalau anak sudah memiliki banyak kosa rasa, anak pasti akan semakin memiliki tanggung jawab dan empati. Ketika anak sudah terbangun empati nya, maka kita tinggal merebutnya sambal mengatakan,”Ayo kita bantu bunda nak”. Ada tiga waktu bening untuk bisa menanyakan perasaan kepada anak, yaitu waktu bangun pagi, waktu dalam keadaan sedih dan bahagia, dan waktu dimalam hari.

Cara kedua dalam mengenalkan kosa rasa adalah mengenalkan alphabet perasaan kepada anak kita. Misalnya kita membuat permainan dengan anak kita dengan menyebutkan perasaan yang dimulai dengan huruf a hingga huruf z. Seperti kata Daniel Coleman, mengenal rasa adalah pintu gerbang pertama anak.

Cara ketiga dalam mengenalkan kosa rasa adalah melalui metode ceritakan bersama, ayah bercerita anak menebak. Didalam cerita ayah anak menebak ada banyak perasaan atau tidak.

Langkah kedua dalam melatih empati kepada anak adalah melalui melatih kepekaan. Yang pertama dalam melatih kepekaan adalah ketika anak berbuat baik jangan ditunda untuk memuji, respon segera. Yang kedua,tunjukkan efek dari perbuatan baik anak, baik verbal maupun non verbal.

Langkah ketiga dalam melatih empati kepada anak adalah dengan memahami empati sesuai tahapan perkembangan empati seperti disebutkan diatas yang dimulai dari empati umum, empati egosentris, empati emosional, empati kognisi, dan empati abstrak.

Semoga kita bisa menanamkan empati dengan baik dan benar kepada anak kita dan anak kita memiliki empati yang baik juga. Dan semoga kita bisa menjadi Ayah Hebat bagi anak kita dan usia psikologis anak kita lebih dewasa dibanding usia biologis anak kita.

Selasa, 20 Oktober 2020

Ayah Ada Ayah Tiada

Ayah hebat dan ayah juara bukanlah ayah yang bisa komunikasi dengan dunia luar terlebih dahulu, tapi ayah yang bisa berkomunikasi dengan dirinya terlebih dahulu, dia bisa berdamai dengan dirinya.

Tema ketiga belas dalam serial ayah hebat kali ini mengangkat topik Ayah Ada Ayah Tiada. Diambil dari buku ayah ada ayah tiada yang disunting Ayah Irwan Rinaldi. Puisi di buku ini ditulis sepenuhnya oleh anak-anak yang mengkisahkan suara hati anak-anak. Banyak sekali pelajaran yang bisa saya ambil dari kisah ini.

 

Ayah Kemana ?

Kantukku telah tiba  |  Ayah dan bunda ada dimana  |  Aku ingin kita bertatap muka  |  Kenapa setiap hari begini saja  |  Kantukku telah tiba  |  Aku kembali bertanya  |  Kenapa aku dibiarkan tidur sendiri saja  |  Padahal Aku ingin berbagi cerita  |  Kantukku telah tiba  |  Tempat tidur yang sepi tanpa cinta  |  Selimut yang dingin tanpa kata-kata  |  Bantal dan guling tak bisa bicara  |  Ayah Bunda entah kemana

Waktu menjelang tidur memang menjadi momen yang luar biasa dalam teori fathering. Beberapa ahli fathering ada yang mengatakan ada 2 momen dalam hidup anakmu sesibuk apapun kamu jangan sia-siakan momen ini, momen pertama adalah momen ketika anak baru bangun tidur, momen kedua adalah momen menjelang tidur. Bahkan saking pentingnya, dua waktu tersebut sebaiknya tidaklah teralu sering didelegasikan kepada pihak lain, terutama anak-anak usia dini. Ketika anak mau tidur, sebaiknya ayah memeriksa tingkah laku apa saja yang dilakukan anak-anaknya seharian. Biasanya anak-anak akan melaporkan dua jenis saja: tingkah laku yang paling buruk dan yang paling baik. Kalau buruk maka ayah membenarkannya, kalau baik maka kuatkanlah hingga tertanam pada pikiran anak-anak.

 

Tetap Sendiri

Aku lihat bulan di sela jendela  |  Aku lihat bulan begitu indahnya  |  Aku bayangkan andai bulan adalah ayahku  |  Aku khayalkan andai bulan adalah bundaku  |  Pastilah aku tidak sendiri jelang tidur ini  |  Pastilah kami terus berbagi  |  Pastilah kami saling memeluk mesra  |  Pastilah kami saling mencium penuh cinta   |  Tapi aku tetap sendiri saja   |  Tak bisa bicara tak dapat bercerita  |  Tak bisa mengungkapkan suka  |  Tak bisa juga menangis karena duka

Ada banyak hal yang mau diceritakan atau ditanyakan anak-anak menjelang tidurnya. Tentang dunia seharian yang dia lalui atau tentang banyak peristiwa yang sebenarnya adalah mata pelajaran sekolah kehidupan sesungguhnya. Semuanya itu membutuhkan ayah atau ibu yang dapat menggiring mereka pada sebuah kesimpulan yang akan mereka bawa ke dalam tidur dalam. Hanya ayah atau ibu yang bisa melakukannya. Bukan orang lain!

 

Aku Bermimpi

Negeri yang indah alangkah luar biasa  |  Awan-awan bersusun dimana-mana  |  Semua penduduk tersenyum ceria  |  Kami saling tegur sapa  |  Tak peduli tua dan muda  |  Aku berlari ke sebuah “PERPUSTAKAAN”  |  Seorang ibu berwajah manis sambutku penuh persahabatan  |  Aku dibawa berkeliling mencari buku-buku yang jutaan  |  Sejuta anak-anak yang asyik membaca sambil tiduran  |  Aku berlari ke sebuah “TAMAN BERMAIN”  |  Aku lihat para ayah dan anak asyik bermain  |  Berguling melompat berteriak tawa bersama  |  Aku lihat para ayah dan anak saling bercanda  |  Saling mendorong tercebur ke kolam bunga  |  Entah jam berapa  |  Aku lalu terbangun dan terjaga  |  Aku duduk melihat sekeliling  |  Tapi semuanya hening  |  Aku terus bertanya-tanya  |  Apakah aku memang pernah merasa bahagia  |   Apakah aku memang pernah bermain bersama  |  Sampai tercebur segala  |  Ah, ternyata aku hanya bermimpi saja

Anak-anak membutuhkan dua hal penting dari ayahnya. Peran dan tokoh. Psikologis dan fisik. Kehadiran ayah bersama mereka di rumah atau di luar rumah haruslah duaduanya. Tak boleh hanya hadir fisik tapi psikologis tidak. Atau sebaliknya. Saking anakanak menginginkan itu dalam hidupnya , maka tak heranlah akan kebawa-bawa dalam mimpi-mimpi mereka.

 

Ayah Ternyata Masih Bangun

Aku rasa perut bawahku semakin penuh  |  Ingin buang air kecil sendiri tanpa mengeluh  |  Ketika menuju kamar mandi  |  Aku harus lewat ruang tengah yang ternyata nyala televisi  |  Aku terkejut melihat ayah  |  Sedang asyik menonton pertandingan bola yang meriah  |  Di tempat tidur aku terus termenung  |  Duduk diam sambil merenung  |  Kenapa ayah senang menonton bola  |  Kenapa ayah tak menemaniku jelang tidur walau hanya semenit saja

Ada berbagai tipe ayah. Ada ayah dengan tipe dokter sok tahu yang sukanya menganalisa dan menentukan jenis penyakit tanpa mengetahui lebih dahulu sebabsebab sakit itu sendiri. Ada tipe ayah penjaga kuburan, sukanya menawarkan doa saja tanpa peduli apakah doa-doa atau nasehat-nasehat tersebut bermakna bagi anakanaknya. Nah, tipe yang paling berbahaya untuk perkembangan anak-anak kita adalah ayah bertipe calo. Ayah ini amat gemar memberikan nasehat atau arahan kebaikan tapi beliau sendiri tidak mau melakukannya.

 

Kenapa Harus Begini?

Subuh datang juga  |  Kita diminta siap-siap untuk bangun segera  |  Karena saatnya belajar menghormati Tuhan Yang Kuasa  |  Karena saatnya belajar untuk tidak tidur selamanya  |  Subuh datang juga  |  Tapi kami anak-anak susah membuka mata  |  Seperti ada lem saja Kuat merekat maunya merem saja  |  Subuh datang juga  |  Tapi kenapa kami dibangunkan secara paksa  |  Badan digoncang-goncang  |  Tangan dan kaki diregang-regang  |  Subuh datang juga  |  Tapi kenapa tak ada sapa mesra  |  Tapi kenapa tak ada peluk orang tua  |  Semua tergesa-gesa  |  Bagi ibu lebih penting dapur  |  Bagi ayah lebih penting segera ke kantor  |  Ih, kenapa harus begini?

Kadangkala kita memaksakan ‘ukuran sepatu’ kita kepada anak-anak. Padahal untuk mengajarkan sesuatu kepada anak tidak bisa dilakukan dengan paksaan, anak butuh rangkulan, kata-kata lembut, dan  atau kesepakatan yang baik. Kata beberapa ahli fathering, urusan pagi hari disepakati malam hari dengan tutur kata dan cara yang lembut.

 

Tenang Ayah, Aku Pasti Bangun

Aku heran apa ayah tidak pernah kecil dulunya  |  Tak pernah merasa beratnya bangun pagi  |  Aku heran apa ayah langsung besar saja  |  Tak pernah merasa sakit kepala kalau bangun pagi  |  Tenang ayah, aku pasti bangun  |  Tapi izinkan aku duduk dulu  |  Tenang ayah, aku pasti bangun  |  Tapi izinkan aku bernafas dulu

Persoalan bangun pagi adalah persoalan sederhana tapi kadang berakhir dengan menyakitkan bagi anak-anak. Sering bangun pagi yang harusnya ceria menjadi ajang cercaan, makian, tudingan bahkan pukulan, cubitan dan yang lebih parah dari itu. Jadi bagaimana sebaiknya cara bangun pagi agar anak-anak kita tetap ceria? Pertama, bangunkanlah anak-anak kita selalu tak lepas dari kalimat-kalimat baik. Alangkah lebih baik kalau dengan menyebut nama-nama Allah dan rasulNya. Kedua, cara membangunkan anak-anak sebaiknya disepakati terlebih dahulu dengan anak-anak sebelum mereka tidur. Hindarilah membangunkan anak-anak dengan sekehendak hati ayah saja.

 

Makanan Jadi Pahit

Setiap sarapan selalu tegang   |  Aku tunduk tak berani memandang  |  Ayah mengawasi dengan garang  |  Tak boleh itu tak boleh ini  |  Makan harus seperti Nabi  |  Diam pandangan hanya pada nasi  |  Setiap sarapan makanan selalu pahit  |  Seolah kerongkongan jadi sempit  |  Masuk nasi sedikit-sedikit  |  Setiap menelan selalu sakit  |  Aku ingat cerita teman  |  Sarapan di rumahnya penuh ceria  |  Ayahnya menemani sambil guyonan  |  Makanan terasa manis semua

Sering para ayah tidak tahu seperti apa komunikasi yang dipakai ketika bersama anakanak di pagi hari. Kesibukan dan dikejar-kejar waktu membuat para ayah menjadikan kebersamaan dengan anak-anak di pagi hari berlangsung seperti bursa efek. Semua bicara semua bergerak tapi tidak saling nyambung. Wahai para ayah, pertemuan singkat kita dengan anak-anak sebaiknya tidak ‘disambi” dengan kegiatan lain seperti terima telepon atau sejenisnya. Hindarilah membuat komunikasi yang menyudutkan, mencerca, menjebak dan lainnya.

 

Peluk Aku, Ayah

Aku siap berangkat sekolah  |  Pakai seragam alangkah gagah  |  Aku berdiri di depan pintu  |  Pastilah ayah yang kutunggu  |  Pasti ayah senang melihatku  |  Anaknya yang hebat   |  Tapi air mata keluar dari mataku  |  Ayah hanya tersenyum kaku  |  Tidak memelukku  |  Apalagi menciumku  |  Aku siap berangkat sekolah  |  Jalan kaki tapi terasa goyah  |  Semangat terus melemah  |  Melihat cara-cara ayah

Anak ingin memberikan yang terbaik kepada laki-laki dewasa yang Allah amanahkan menjadi ayahnya. Kepada seorang laki-laki dewasa yang ingin dia taati dan kagumi. Anak-anak ingin berpamitan kepada ayahnya. Anak-anak ingin mencium tangan ayahnya secara khusu’ karena anak-anak tahu persis bahwa mereka akan berpisah dengan ayahnya berjam-jam lamanya. Namun sayangnya, prosesi perpisahan pagi hari bagi para sebagian ayah bukanlah momen penting. Ketika bersalaman atau pamitan, kadang sang ayah hanya sekedar memberikan tangan saja tapi tak memberikan pandangan mata. Kadang para ayah sambil memainkan telpon genggam dan sejenisnya. Sehingga anak-anak mendapatkan ayahnya ada secara fisik tapi tidak ada secara psikologis.

 

Pemulung Dan Anaknya

Seorang ayah pemulung  |  Seorang anak pemulung  |  Aku lihat sedang bercanda  |  Aku lihat sedang tertawa  |  Seorang ayah pemulung   |  Seorang anak pemulung  |  Kejar-kejaran lompat-lompatan  |  Guling-gulingan tonjok-tonjokan  |  Aku malas ke sekolah  |  Aku ingin melihat ini saja  |  Aku malas ke sekolah  |  Aku mau jadi anak pemulung saja

Peran dan tokoh keayahan di luar rumah dan luar sekolah bagi anak-anak sekarang juga menjadi barang langka. Orang-orang dewasa serta fasilitas umum biasanya tidak banyak berpihak kepada anak-anak kita. Namun pastilah keadaan atau momen yang masih berkesan bagi anak-anak kita. Momen tersebut tidak akan bermakna andai ayah tidak melakukan sharing dengan anak-anak. Bisa dilakukan ketika pulang kerja, makan malam, kerjakan PR bersama atau jelang tidur.

 

Jangan Tanya PR Terus

Aku heran ama orang dewasa  |  Terutama ayah dan bunda  |  Kenapa setiap aku pulang  |  Bertanya PR dan PR saja  |  Hanya Bi Imah yang tersenyum dan bercanda  |  Tak pernah tanya PR segala  |  Disiapkannya makan siang enak rasanya  |  Lalu ditemaninya sambil berteka teki pula  |  Setelah baju kuganti dengan segera  |  Bertemu ayah di dekat meja  |  Kembali bertanya kapan PR dikerjakan  |  Kembali memaksa PR harus dikerjakan  |  Ketika duduk di ruang tamu  |  Istirahat sebentar mendengar lagu  |  Datang bunda berseru-seru  |  Kapan kerjakan PRnya kok dengar lagu melulu  |  Aku heran ama orang dewasa  |  Terutama ayah dan bunda

Ketika anak pulang sekolah jangan tanyakan dahulu urusan leher keatas, tanyakan urusan leher kebawah atau sentuh hatinya. Misalnya ayah bisa tanyakan bagaimana abang, bahagia tidak hari ini disekolah dan lainnya.

 

Andai Imam Bonjol Tahu Ini bagian terberat menjadi anak

Selesai makan malam harus bikin PR pula  |  Maunya kita bisa tidur enak  |  Tapi orang dewasa mengawasi seperti srigala  |  Aku pegang buku Ayah duduk di depanku  |  Buku sejarah tentang pahlawan  |  Manusia hebat suka berkorban  |  Ayah tersenyum penuh bangga   |  Lihat aku mulai membaca  |  Buku sejarah aku buka  |  Tepat tentang Imam Bonjol pahlawan luar biasa  |  Imam Bonjol pahlawan kita  |  Baju dan sorbannya mirip Aa Gym rupanya  |  Bedanya Imam Bonjol senang berperang  |  Aa Gym senang berdendang  |  Aku tebak, Imam Bonjol pastilah bijaksana  |  Suka mendengar curhat anak-anak juga  |  Sambil berbisik aku berkata “Wahai Imam aku sedang berduka”  |  Kulihat ayah semakin bangga  |  Kulihat Imam senyum bibirnya  |  Dia mengangguk mau bicara “Tapi berbisik saja biar ayahmu tak marah,” katanya  |  “Kenapa kau berduka?” tanyanya  |  Belajar malam alangkah beratnya  |  Perut kenyang mata mengantuk  |  Kepala berat pengen menggaruk  |  Imam tertawa mendengarnya  |  Dia pusing tak tahu bilang apa  |  “Ha... haa kita berbeda,” katanya  |  “Waktu kecil aku tak ada PR segala”  |  Ayah tampaknya mulai curiga  |  Aku bicara seperti orang gila  |  “Eh, kamu belajar apa becanda?”  |  “Nanti besar mau jadi apa?”  |  Aku heran semakin heran  |  Kenapa kita belajar tidak boleh sambil becanda  |  Apakah becanda tidak akan jadi siapa-siapa  |  Sedangkan Imam saja suka becanda rupanya

Obsesi entah jenis apa yang diidap oleh sebagian orangtua, terutama ayah, sehingga membuat hidup anaknya hampir sebagian besar adalah stimulan akademis. Sehingga tiada hari tanpa belajar akademis. Termasuklah setelah makan malam. Lebih hebatnya lagi adalah anak-anak harus belajar dengan sekian banyak peraturan yang dikeluarkan secara sepihak oleh orang tua.

 

Terus terang kisah yang ditulis anak-anak diatas membuat saya tertampar sebagai seorang ayah yang masih jauh dari sempurna dan masih belajar. Semoga kita bisa menjadi ayah yang benar-benar hadir dalam kehidupan anak kita dan semoga kita bisa menjadi Ayah Hebat bagi anak kita dan usia psikologis anak kita lebih dewasa dibanding usia biologis anak kita.