Dalam memanfaatkan waktu bersama
anak, ada 1 hal yang harus kita rebut dari kompetitor, yaitu membangun perilaku
positif. Ada banyak kompetitor dalam membangun perilaku positif, ada games, televisi,
youtube, bandar narkoba, dan banyak lagi lainnya.
Selama kita berinteraksi dengan
anak dan ketika anak melakukan suatu yang positif, ayah harus melakukan pujian
dan penghargaan yang spesifik dan… jangan ditunda. Contoh: “Subhanallah ade
MEMBANTU MEMBAWA sayur bunda sampai ke dapur.” Lakukan pujian tersebut pada
saat itu juga… jangan ditunda. Dalam melakukan pujian penghargaan yang spesifik
biasakan didahulukan dengan kalimat thoyyibah.
Banyak momen kita bisa latihan
melakukan pujian penghargaan yang spesifik. Pagi hari kita bisa latihan mulai
dari ketika anak bangun tanpa rewel, ketika anak mandi tidak lama, ketika anak
makan dengan rapi, ketika anak pamit sekolah dengan santun, dan lainnya. Malam
hari kita bisa latihan mulai dari ketika anak menyediakan minum ayah, ketika
anak selesai mengerjakan PR, dan lainnya. Tentu momen latihan bukan hanya pagi
dan malam hari, akan tetapi bisa dilakukan sepanjang hari mulai dari anak
bangun tidur hingga anak tidur lagi.
Ketika kita melakukan pujian
penghargaan yang spesifik maka kita akan meningkatkan harga diri anak, membuat
anak merasa spesial, membuat anak lebih percaya diri, melekatkan hubungan anak
dengan ayah, dan akan menjadi suatu pembiasaan yang menumbuhkan empati.
Dalam melakukan pujian, berikan
apresiasi yang spesifik dan tunjukkan kualitas. Contoh, ”Ayah suka cara kamu
membantu bunda. KAMU MEMUDAHKAN BUNDA BEKERJA DI DAPUR.” Sehingga terbangun dan
tumbuh Self Esteem dalam diri anak.
Apresiasi yang spesifik bisa
dilakukan ketika anak mengalami kejadian positif, seperti anak membantu ibunya
membersihkan rumah, anak membantu meletakkan piring kotor di tempatnya, anak
membantu mbak mengangkat sampah, dan lainnya. Apresiasi ini juga bisa dilakukan
ketika anak mengalami kejadian negatif tapi merespon dengan positif, misalnya
ketika anak mampu menahan emosi ketika dipanggil jelek oleh temannya atau
ketika anak berhenti menyakiti binatang.
Kenapa kita harus memuji seperti
ini dan kenapa kita harus memiliki keterampilan ini? Karena kita ingin anak
kita nanti secara usia psikologis lebih maju dari usia biologisnya. Karena
itulah tujuan kita tarbiyah kepada anak-anak kita.
Yang perlu diperhatikan, pujian
dan penghargaan wajib asli. Karena anak-anak sangat mudah membedakan mana yang
ikhlas dan mana yang tidak lewat kontak mata, Bahasa tubuh, intonasi, dan
lain-lain. Untuk itu kita perlu melakukan instropeksi diri, apakah selama ini
memuji menghargai anak sambal lalu saja atau berusaha untuk full intention.
Pujian dan penghargaan yang kita
lakukan kepada anak kita selalu meninggalkan positive feeling. Untuk itu
pastikan pujian penghargaan yang kita lakukan tanpa diakhiri “tanpa bocoran”
karena akan berakibat anak tidak percaya diri dan cenderung negatif. Contoh,
anak membantu menyapu rumah, ”Alhamdulillah kamu membantu ibu menyapu rumah.
Kenapa gak dari kemarin sih?” Contoh diatas adalah contoh yang diakhiri dengan
bocoran dan WAJIB kita hindari.
Ketika akhlak mulia baru muncul,
berikanlah apresiasi segera. Contoh, “Ayah senang sekali kamu selalu kasih tahu
rencana kamu hari ini.” Ingat momen tidak pernah terulang dalam bentuk yang
sama. Momen adalah takdir Allah. Momen adalah amanah. Sekali lagi, lakukanlah
dengan segera.
Bagaimana jika kondisinya ayah
sedang menulis, jauh dari anak, dan tidak mungkin berteriak ketika anak bilang,
“Ayah aku sudah menyusun sepatu di rak.” Ayah jangan tunda apresiasi, ayah bisa
lakukan gesture pujian sepenuh hati dengan mengangkat kedua jempol ayah.
Memuji dan mengapresiasi anak
dengan spesifik tanpa ditunda akan membangun self esteem anak, yang membuat
anak bisa memiliki positive feeling, sehingga anak memilki perasaan seperti
salah satu contoh ini, “Wow aku kan orang yang suka menolong”. Darimana anak
mendapatkan perasaan itu? Dari ayahnya.
Semoga kita dimudahkan untuk membangun perilaku positif pada anak-anak kita.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar