Senin, 17 Agustus 2020

Membangun Perilaku Positif

Masih dari serial ayah hebat yang disampaikan oleh Ayah Irwan Rinaldi dalam suatu webinar. Yang sekarang masuk dalam topik kedua, Membangun Perilaku Positif.

Dalam memanfaatkan waktu bersama anak, ada 1 hal yang harus kita rebut dari kompetitor, yaitu membangun perilaku positif. Ada banyak kompetitor dalam membangun perilaku positif, ada games, televisi, youtube, bandar narkoba, dan banyak lagi lainnya.

Selama kita berinteraksi dengan anak dan ketika anak melakukan suatu yang positif, ayah harus melakukan pujian dan penghargaan yang spesifik dan… jangan ditunda. Contoh: “Subhanallah ade MEMBANTU MEMBAWA sayur bunda sampai ke dapur.” Lakukan pujian tersebut pada saat itu juga… jangan ditunda. Dalam melakukan pujian penghargaan yang spesifik biasakan didahulukan dengan kalimat thoyyibah.

Banyak momen kita bisa latihan melakukan pujian penghargaan yang spesifik. Pagi hari kita bisa latihan mulai dari ketika anak bangun tanpa rewel, ketika anak mandi tidak lama, ketika anak makan dengan rapi, ketika anak pamit sekolah dengan santun, dan lainnya. Malam hari kita bisa latihan mulai dari ketika anak menyediakan minum ayah, ketika anak selesai mengerjakan PR, dan lainnya. Tentu momen latihan bukan hanya pagi dan malam hari, akan tetapi bisa dilakukan sepanjang hari mulai dari anak bangun tidur hingga anak tidur lagi.

Ketika kita melakukan pujian penghargaan yang spesifik maka kita akan meningkatkan harga diri anak, membuat anak merasa spesial, membuat anak lebih percaya diri, melekatkan hubungan anak dengan ayah, dan akan menjadi suatu pembiasaan yang menumbuhkan empati.

Dalam melakukan pujian, berikan apresiasi yang spesifik dan tunjukkan kualitas. Contoh, ”Ayah suka cara kamu membantu bunda. KAMU MEMUDAHKAN BUNDA BEKERJA DI DAPUR.” Sehingga terbangun dan tumbuh Self Esteem dalam diri anak.

Apresiasi yang spesifik bisa dilakukan ketika anak mengalami kejadian positif, seperti anak membantu ibunya membersihkan rumah, anak membantu meletakkan piring kotor di tempatnya, anak membantu mbak mengangkat sampah, dan lainnya. Apresiasi ini juga bisa dilakukan ketika anak mengalami kejadian negatif tapi merespon dengan positif, misalnya ketika anak mampu menahan emosi ketika dipanggil jelek oleh temannya atau ketika anak berhenti menyakiti binatang.

Kenapa kita harus memuji seperti ini dan kenapa kita harus memiliki keterampilan ini? Karena kita ingin anak kita nanti secara usia psikologis lebih maju dari usia biologisnya. Karena itulah tujuan kita tarbiyah kepada anak-anak kita.

Yang perlu diperhatikan, pujian dan penghargaan wajib asli. Karena anak-anak sangat mudah membedakan mana yang ikhlas dan mana yang tidak lewat kontak mata, Bahasa tubuh, intonasi, dan lain-lain. Untuk itu kita perlu melakukan instropeksi diri, apakah selama ini memuji menghargai anak sambal lalu saja atau berusaha untuk full intention.

Pujian dan penghargaan yang kita lakukan kepada anak kita selalu meninggalkan positive feeling. Untuk itu pastikan pujian penghargaan yang kita lakukan tanpa diakhiri “tanpa bocoran” karena akan berakibat anak tidak percaya diri dan cenderung negatif. Contoh, anak membantu menyapu rumah, ”Alhamdulillah kamu membantu ibu menyapu rumah. Kenapa gak dari kemarin sih?” Contoh diatas adalah contoh yang diakhiri dengan bocoran dan WAJIB kita hindari.

Ketika akhlak mulia baru muncul, berikanlah apresiasi segera. Contoh, “Ayah senang sekali kamu selalu kasih tahu rencana kamu hari ini.” Ingat momen tidak pernah terulang dalam bentuk yang sama. Momen adalah takdir Allah. Momen adalah amanah. Sekali lagi, lakukanlah dengan segera.

Bagaimana jika kondisinya ayah sedang menulis, jauh dari anak, dan tidak mungkin berteriak ketika anak bilang, “Ayah aku sudah menyusun sepatu di rak.” Ayah jangan tunda apresiasi, ayah bisa lakukan gesture pujian sepenuh hati dengan mengangkat kedua jempol ayah.

Memuji dan mengapresiasi anak dengan spesifik tanpa ditunda akan membangun self esteem anak, yang membuat anak bisa memiliki positive feeling, sehingga anak memilki perasaan seperti salah satu contoh ini, “Wow aku kan orang yang suka menolong”. Darimana anak mendapatkan perasaan itu? Dari ayahnya.

Semoga kita dimudahkan untuk membangun perilaku positif pada anak-anak kita.

Tidak ada komentar: