Tampilkan postingan dengan label Ayah Irwan Rinaldi. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label Ayah Irwan Rinaldi. Tampilkan semua postingan

Rabu, 05 Oktober 2022

Mendidik Anak Laki-Laki Remaja (Usia Diatas 15 Tahun)

Sebelumnya saya pernah membuat resume tentang mendidik anak laki-laki usia dini (0-7) tahun dalam dua tulisan, tulisan pertama Mendidik Anak Laki-Laki Usia Dini (0-7 Tahun) dan tulisan kedua Mendidik Anak Laki-Laki Usia 0 – 7 Tahun. Lalu tulisan mendidik anak usia praremaja (7 – 15 Tahun). Sekarang kita akan masuk ke usia selanjutnya.

Usia Remaja Bukan Pemakluman atas DOSA

Perlu kita pahami bahwa, seringkali ada istilah familiar yang ada di masyarakat tentang kenakalan-kenakalan yang dilakukan remaja sebagai sebuah pemakluman..  dan itu dianggap sebagai hal yang lumrah.. namanya juga remaja.. padahal hal ini adalah sesuatu yang sejatinya wajib kita luruskan.. karena awal dari pemakluman ini bisa jadi atas terminologi yang muncul dikalangan kita atas jurnal ilmiah yang dikeluarkan oleh Stanley Hall tahun 1912, yang memberikan definisi baru kepada usia belasan tahun, yang disebut adolescent tapi belum cukup, karena badannya besar akan tetapi kelakuannya masih seperti anak-anak, yang pada akhirnya memunculkan terminologi teenager. Stanley Hall membuat sebuah riset dengan sample 10 ribu anak-anak di eropa dan amerika, atas perilaku-perilaku yang mereka alami. Dari 10 ribu riset ini, mereka biasa membangkang, melawan, ngeyel, bahkan melakukan keonaran. Atas dasar itulah diterbitkan sebuah jurnal ilmiah yang seolah-olah menjadi pembenaran atas perilaku usia remaja (teenager). Yang sebenarnya disebabkan oleh pola asuh yang salah di dunia barat.

Paradigma الشباب VS المراهق

Jurnal ilmiyah inilah yang diadopsi oleh semua psikolog diseluruh dunia, termasuk psikolog di Arab, yang sampai membuat sebuah definisi baru bagi anak-anak di usia tersebut yang disebut Murohiq (المراهق) pada tahun 1920 , yang secara Bahasa Indonesia didefinisikan sebagai remaja. Murohiq berasal dari kata dasar rohaqo yang terdapat dalam surat Jin ayat 5, وَّاَنَّا ظَنَنَّآ اَنْ لَّنْ تَقُوْلَ الْاِنْسُ وَالْجِنُّ عَلَى اللّٰهِ كَذِبًاۙ, Sesungguhnya kami mengira bahwa manusia dan jin itu tidak akan mengatakan perkataan yang dusta terhadap Allah.”. Jadi kata rohaqo yang berarti dosa menjadi sebuah nilai yang menjadi pembenaran bagi remaja berbuat salah dan dosa. Ini suatu yang salah! Padahal remaja sendiri dalam Bahasa Indonesia didefinisikan sebagai orang yang bersikap dewasa. Pemakluman akan dosa ini bahaya, karena kalau sesungguhnya ajal menjemput anak kita, anak kita tetaplah harus mempertanggung jawabkan perbuatannya karena sudah baligh, tidak ada pemakluman akan usia remaja.

Padahal kalau merujuk ke masyarakat islam terdahulu, tidak ada remaja yang seperti definisi teenager atau murohiq. Hal ini sangat perlu diluruskan. Oleh karena itu salah satu pakar Pendidikan asal Arab Saudi yang bernama Dr Kholid Ahmad Syantut membuat sebuah termonologi yang diambil dari dalil Qur’an dan Sunnah yang menyatakan dari pada menyebut mereka sebagai murohiq, lebih baik menyebut mereka sebagai Asy Syabab (الشباب). Dimana Asy Syabab maknanya sama yaitu remaja atau pemuda, tapi Asy Syabab itu memiliki akar kata Syuba yang berarti jilatan api yang membakar. Disebut الشباب agar mampu memanfaatkan potensi (القوة) demi kemaslahatan. Karena anak muda itu seperti jilatan api yang memiliki potensi. Dimana potensi ini tergantung bagaimana memanfaatkannya, kalau dimanfaatkan baik maka akan menjadi baik, itulah yang dilakukan Rasulullah, menjadikan Sebagian pendukungnya anak-anak muda. Kita tahu Abdullah bin Abas yang menjadi ulama yang membantah khawariz di udia 14 tahun, Ali bin Abi Thalib yang di usia 10 tahun sudah menjadi tameng Rasulullah, Usamah Bin Zaid yang menjadi panglima perang di usia 17 tahun.

Akan tetapi kalau potensi ini diambil oleh orang yang rusak maka remaja ini bisa ikut rusak juga. Maka jangan heran kalau akhir kerusakan menjadi kreatif karena memanfaatkan potensi remaja. Inilah salah satu tugas dari pendidik adalah harus mampu memandang potensi seorang remaja. Potensi yang dimiliki Remaja atau pemuda menurut pandangan ulama diantaranya adalah Potensi Akal (العقلية قوة), Potensi Semangat (الحماسة قوة), dan Potensi Fisik (الجسمية قوة). Diantaranya dengan sibukkan remaja dalam kegiatan dakwah atau kegiatan positif lainnya, rebut golden moment nya dan jangan ditunda-tunda.

Profil Awal Pemuda Islam

Dalam Islam ada sebuah profil yang menjadi indikasi bahwa seorang anak muda sudah masuk kedalam fase kematangan, dan fase kematangan itu memberikan sebuah jawaban atas tanggung jawab mereka. Indikasinya adalah ketika sudah Amanah dalam mengelola harta.

فَاِنْ اٰنَسْتُمْ مِّنْهُمْ رُشْدًا فَادْفَعُوْٓا اِلَيْهِمْ اَمْوَالَهُمْ

Kemudian jika menurut pendapatmu mereka telah cerdas (pandai memelihara harta), maka serahkanlah kepada mereka harta-hartanya…(An Nisa : 6).

Jadi kalau sudah bisa Amanah dalam mengelola uang, maka ia sudah bisa diberikan tanggung jawab dalam mengelola harta. Sudah bisa diberikan hak untuk memiliki gadget, jangan berikan hak memiliki gadget sebelum anak siap. Kalau anak belum siap, jangan berikan ia hak milik, tapi berikanlah ia hak guna. Ketika anak sudah bisa mengelola harta, maka anak sudah masuk ke fase awal kematangannya, yang ujungnya nanti adalah kemampuan dalam memberikan nafkah. Untuk mengetahui anak sudah Amanah latihannya menurut para ulama diantaranya adalah laki-laki ditandai dengan keberanian untuk safar sendirian. Kalau perempuan ditandai mampu mengelola rumah ayahnya, seperti cuci baju, piring dan bersih-bersih rumah ketika ayah bundanya sedang tidak ada di rumah.

Tantangan Awal Remaja

Aktifnya hormon seksual (baligh) yang menurut Ibnu Taimiyah menjadikan remaja (anak yang sudah baligh) sebagai target utama setan, selain ketika hamba Allah mengalami sakaratul maut. Dimana ujian beratnya adalah syahwat terhadap wanita (Ali Imran ayat 14). Seorang laki-laki yang terkena jerat fitnah Wanita maka akan ada 2 yang terjadi, sebagaimana Tafsir Al Qurthubi, yaitu Memutuskan silaturrahim dengan siapapun yang menolak hubungan dia dengan Wanita tersebut dan Mengumpulkan harta banyak tanpa peduli halal dan haram.

Menyibukkan REMAJA dalam segudang aktivitas

Remaja wajib untuk sibuk, dimulai dengan melatih anak memiliki daily rundown. Sebagaimana firman Allah Subhanahu Wa Ta’ala:

يٰٓاَيُّهَا الَّذِيْنَ اٰمَنُوا اتَّقُوا اللّٰهَ وَلْتَنْظُرْ نَفْسٌ مَّا قَدَّمَتْ لِغَدٍۚ

Hai orang-orang yang beriman, bertakwalah kepada Allah dan hendaklah setiap diri memperhatikan apa yang telah diperbuatnya untuk hari esok..... (Al Hasyr : 18).

الوقت كالسيف فإن قطعته وإال قطعك، ونفسك إن لم تشغلها بالحق وإال شغلتك بالباطل

Imam Syafi’i berkata, “Waktu laksana pedang. Jika engkau tidak menggunakannya, maka ia yang malah akan menebasmu. Dan dirimu jika tidak tersibukkan dalam kebaikan, pasti akan tersibukkan dalam hal yang sia-sia.” (Al Jawaabul Kaafi karya Ibnul Qoyyim Al Jauziyah)

3 Program Utama Remaja

Yang dilakukan untuk memaksimalkan potensi remaja, seperti yang bisa kita pelajari dari proses kenabian Rasulullah di masa remaja, yang pertama adalah Magang (mulai belajar aktifitas laki-laki dewasa bisa adhoc ataupun organisasi). Rasulullah pernah magang adhoc di perang fijar, dengan memunguti anak panah yang jatuh dan tidak ikut berperang langsung. Di magang itu anak akan terlibat, menyaksikan dan mengobservasi secara langsung (knowing, feeling, acting). Selain itu ketika remaja, Rasulullah juga aktif di suatu organisasi yang Bernama hilful fudhul, sebuah organisasi yang bertujuan menjaga ketertiban dan keadilan dalam perdagangan, yang menjadi urat nadi kehidupan penduduk Mekah. Di hilful fudhul Rasullah memang hanya seorang partisipan, akan tetapi Rasulullah sudah menunjukkan kelaki-lakiannya yang matang ketika membebaskan Wanita yang diculik oleh Bani Najaj, sebagaimana dikisahkan Ibnu Hisyam dalam kitabnya. Jangan sampai anak kita di usia ini hanyalah sibuk nge prank dan stand up comedy menertawakan nasib bangsa tanpa ada tindakan nyata.

Yang kedua adalah Mentor (personal maupun komunal). Mentor terbaik di usia ini adalah ayah atau pihak ketiga yang bisa membuat anak kita menjadi lebih matang. Seperti Muhammad Al Fatih yang dimentori oleh Syekh Aaq Syamsuddin dan Syekh Ahmad bin Ismail Al Kuroni, Umar bin Abdul Aziz yang dimentori Imam Shalih bin Kaisan, Abdullah bin Umar yang dimentori ayah kandungnya langsung yaitu Umar Bin Khattab, Abdullah bin Abas yang dimentori Rasulullah. Kalau di pesantren mentornya adalah kumpulan Asatidz yang bergantian memberikan stimulan ke anak laki-laki kita.

Dan yang ketiga adalah Monitoring dengan bagaimana kita melihat hal-hal yang dapat merusak anak laki-laki remaja kita, diantaranya yaitu kebiasaan jam biologis, bahasa, dan pertemanan. Perhatikan jam biologis anak, apakah terbiasa bangun pagi atau bangun siang, karena keberkahan adanya dipagi hari dan bukan siang hari. Sebagaimana doa Rasulullah, اللهم بارك لأمتي في بكورها , “Ya Allah, berilah keberkahan bagi umatku di pagi harinya.“ Perbanyak Bahasa-bahasa baik dikepala anak kita dengan jalan mencintai buku, mendatangi kajian, diskusi dengan orang-orang sholeh dan yang memiliki bahasa baik. Dalam hal pertemanan, Rasulullah mengatakan, المرء على دين خليله فلينظر أحدكم من يخالل, “Agama Seseorang sesuai dengan agama teman dekatnya. Hendaklah kalian melihat siapakah yang menjadi teman dekatnya.” (HR. Abu Daud dan Tirmidzi). Dalam Riwayat lain juga dijelaskan, “Permisalan teman yang baik dan teman yang buruk ibarat seorang penjual minyak wangi dan seorang pandai besi. Penjual minyak wangi mungkin akan memberimu minyak wangi, atau engkau bisa membeli minyak wangi darinya, dan kalaupun tidak, engkau tetap mendapatkan bau harum darinya. Sedangkan pandai besi, bisa jadi (percikan apinya) mengenai pakaianmu, dan kalaupun tidak engkau tetap mendapatkan bau asapnya yang tak sedap.” (HR. Bukhari 5534 dan Muslim 2628). Kalau kita melihat ada gejala-gejala temannya buruk, maka 2 solusinya. Yang pertama, potong kompas pertemanannya dan tawarkan pertemanan baru yang sama asyiknya, sehingga anak kita terjaga dengan kita bantu dengan pertemanan baru yang terjaga keimanannya. Yang kedua, kalau memang sulit untuk kita cut off, kita masuk kedalam pertemanan tersebut, minimal untuk menjadi pagar dalam mencegah kerusakan. Dengan mengundang teman-temannya main ke rumah misalnya.

Saatnya BERAKSI!

Ada 20 juta anak-anak di Indonesia yang berusia diatas 15 tahun, yang dalam beberapa tahun lagi akan menentukan bagaimana nasib bangsa ini. Di usia ini anak sudah memiliki sifat kelaki-lakian dan sudah bisa beraksi, peran keayahan semakin dibutuhkan. Yang harus dipahami, benarkah remaja atau pemuda merupakan era perusak? Mari kita lihat fakta-fakta yang ada. Pertama, usia ini adalah usia potensi mendapatkan titik paling melekat kepada Allah. Hal ini dapat kita lihat dibanyak siroh, dimana anak muda banyak yang menjadi pengikut Rasulullah. Kedua, di usia ini ternyata remaja sudah memiliki kesadaran yang kuat dan tinggi akan nilai-nilai kebenaran, kebaikan, keindahan. Ketiga, nilai individu dan sosial mulai terintegrasi utuh dalam kepribadian. Keempat, perilaku sudah mengakar kuat dan cenderung bersifat tetap. Kelima, konsep diri yang menguat.

Contoh Pemuda Hebat Dari Sahabat Berdasarkan Usianya

Usia 15 tahun. Abdullah bin Umar ikut dalam jihad pertamanya di Perang Uhud setelah sebelumnya di Perang Badar ditolak karena masih berusia 14 tahun dan Imam Syafi’i menjadi mufti.

Usia 16 tahun. Zaid bin Tsabit ikut jihad pertama kali di Perang Khandak setelah ditolak pada Perang Badar karena usianya baru 12 tahun.

Usia 17 tahun. Bukhari mendalami hadits dari para gurunya dan Abu Hamid al-Isfirayini menjadi Mufti.

Usia 18 Tahun. Usamah bin Zaid menjadi panglima perang melawan salah satu pasukan Romawi dan menang dan Bukhari mulai menulis.

Usia 22 tahun. Zaid bin Tsabit memimpin tim pengumpulan mushaf al-Qur’an dan Sultan Muhammad al-Fatih menjadi sultan Turki Utsmani.

Usia 23 tahun. Umar bin Abdul Aziz menjadi gubernur Madinah.

Anakmu Buka Milikmu Lagi

Cek kaca spion dan fokus kaca depan, maksudnya lihat lagi perkembangan anak laki-laki kita, apa yang menjadi kekurangannya saat ini, untuk kemudian kita bantu anak kita memperbaiki dan melengkapinya untuk persiapan menghadapi kehidupan nyata di masa yang akan datang. Buka akses ayah bunda agar anak ayah bunda bisa dengan mudah menghubungi ayah bunda. Persiapkan dalam menghadapi tantangan baru, Real Stage Real Life, sadarlah kita kalau anak-anak kita sudah akan memasuki fase yang baru. Bantu anak kita dalam proses mentoring, mulailah dari mentoring spiritual atau agama agar anak kita bisa lebih mulus dalam menjalani real stage and real life, misalnya melalui halaqah atau yang lainnya.

Anak Laki-Laki dan Lingkungan : Clique & Crowd

Setidak-tidaknya anak laki-laki akan masuk, atau kita yang akan masuk,atau orang lain yang akan menyiapkan anak laki-laki pada proses transisi. Ada dua yang dihadapi anak kita pada proses transisinya, yaitu Clique dan Crowd. Clique: anak cenderung membentuk pertemanan yang ditandai adanya hubungan yang akrab, loyalitas, dan saling berbagi. Bentuk hubungannya lebih timbal balik, lebih seimbang, kegiatan Bersama dan lebih stabil. Clique ini cenderung lebih mudah kita pantau sebagai orang tua. Diantara contoh Clique adalah main games bareng, ngaji Bersama, main bola bersama.

Crowds: kelompok sosial heterogen yang lebih besar yang terbentuk bukan karena interaksi pribadi, melainkan akibat adanya persepsi terhadap reputasi, citra, atau identitas. Diantara contoh crowd adalah lingkungan tempat tinggal, latar belakang etnis, status sosial di kalangan teman sebaya, kemampuan, minat, atau gaya hidup.

Yang Harus Kita Lakukan

Lepas! Kendali tetap ditangan Ayah. Kendali yang paling bagus adalah membangun kekaguman dan respect anak ayah ke ayah. Jangan kita melepas anak kita, tapi kita membangun ketakutan, misalnya ayahnya selalu bilang.. hati-hati.. awas lho.. dan sejenisnya.

Simulasikan dengan ayah tetap memberikan contoh dan guidance, untuk kemudian kita lepas anak kita melakukannya. Role Being (Hands On Mind On).

Perjalanan Menuju Laki-Laki Dewasa

13/14 Tahun Fase RESTRUKTURISASI 2. Periksa proses download kelaki-lakian anak kita.  Tambah yang kurang. Kemudian mulai kenalkan mentor. Mentor yang ayah dan bunda betul-betul tau keberagamaan mentor tersebut. Mentor boleh lebih dari 1 orang.

14/16 Tahun Fase MENTORING. Jembatan menuju dewasa. Dibawah pengawasan ayah. Bukan sekedar guru

17/20 Tahun Fase Magang. Lingkungannya akan lebih heterogen. Tanpa mentor. Ayah bunda tetap diawasi

Persiapkan semuanya dengan baik, karena siap atau tidak siap fase ini pasti akan datang. Tinggal apakah kita mau memulai mempersiapkan kelaki-lakian anak kita atau dimulai orang lain. Satu hal yang perlu diingat, perkembangan anak laki-laki tidak bisa menunggu!

Segara ATUR POSISI, Ayah Dimana, Ibu Dimana, Orang Ketiga (Mentor) dimana. Ayah bunda juga harus kompak, mulai dari pemahaman hingga pola asuh. Anak boleh keluar, akan tetapi roadmap standar harus tetap dijadikan acuan, dimana roadmap untuk laki-laki mengacu ke keluarga Ibrahim yang ujungnya Ismail dan perempuan mengacu ke keluarga Imron yang ujungnya Mariam. Diskusikan selalu dan infokan ke mentor dan tempat magang anak kita tentang roadmap yang kita inginkan.

Intention, Attention, Connection. Koneksi anak kita terhadap anak laki-laki kita sangat tergantung pada niat dan perhatian. Untuk itu ayah bunda perlu untuk menjaga kembali niat dan jangan kurangi perhatian kepada anak.

Dalam mendidik anak laki-laki kita perlu diingat kalau kita butuh orang lain, kita perlu membangun sinergi besar, pastikan rumah sebagai home bukan shelter, lakukan dan kuatkan terus observasi, evaluasi, dan rekomendasi.

Semoga kita bisa menjadi ayah hebat dan ibu tangguh yang mampu mendidik anak-anak laki-laki kita dengan pendidikan terbaik sesuai fitrahnya dan menjadikan anak-anak kita menjadi anak-anak yang juara dengan akhlak yang baik.

*Sumber : Webinar Ayah Irwan Rinaldi dan Ustadz Bendri Jaisyurrahman

Mendidik Anak Laki Laki Usia Pra Remaja (7 – 15 Tahun)

Dalam mendidik anak ada kaidah penting yang menjadi dasar dalam memahami Pendidikan dalam kelaki-lakian, setiap amal itu ada masanya dan setiap masa ada amalannya. Sebuah kaidah penting dari ahli Pendidikan yang mengandung makna, jangan memberi stimulan yang tidak sesuai dengan umurnya.

Sebelumnya saya pernah membuat resume tentang mendidik anak laki-laki usia dini (0-7) tahun dalam dua tulisan, tulisan pertama Mendidik Anak Laki-Laki Usia Dini (0-7 Tahun) dan tulisan kedua Mendidik Anak Laki-Laki Usia 0 – 7 Tahun. Sekarang kita akan masuk ke usia selanjutnya.

Usia Pra REMAJA adalah masa transisi dari tamyiz menuju baligh. Masa Tamyiz adalah masa dimana anak sudah mengenal aturan dan adab. Indikatornya kata Rasulullah Shalallahu ‘Alaihi Wassalam diantaranya adalah (اِذاعرف يمينه على شماله) sudah bisa membedakan kanan dan kiri. Artinya akalnya sudah mulai aktif dan sudah memahami hukum konsekuensi, anak sudah memahami kalau memegang api itu panas, maka jangan memegang api. Di usia Tamyiz, kita sudah bisa mengucapkan kalimat jangan kepada anak. Kalimat jangan dalam Al Qur’an bukanlah kalimat yang haram untuk diucapkan, akan tetapi hanya bagaimana waktu yang tepat untuk mengucapkannya. Memang sebelum usia tamyiz, kalimat jangan ini bisa menjadi blunder, karena anak belum mengenal hukum sebab akibat. Sedangkan di usia Tamyiz sudah boleh mengucapkan kalimat jangan, akan tetapi harus disertai juga dengan solusi, sesuai panduan Rasulullah. Misalnya, ketika kita bilang jangan lari-lari, maka bisa dibarengi dengan cukup berjalan. Atau contoh lain, jangan coret-coret dinding, cukup coret-coret kertas yang Bunda sajikan. Seperti contoh yang diberikan Rasulullah ketika mengingatkan sahabat cilik Rafi Ahmad Al Ghifari karena terlalu sering mengambil kurma milik tetangganya, sehingga Rasulullah berkata, nak jangan kamu lempari kurma itu, kalau mau makanlah yang sudah jatuh ke tanah. Ada larangan dan ada solusi.

Di usia 7 – 15 tahun ini anak-anak juga mengalami fase Baligh. Usia dimana anak mendapatkan taklif atau beban. Statusnya sama di hadapan Allah. Bertanggung jawab atas tindakannya. Indikatornya adalah mimpi basah atau menstruasi. Ada juga ulama yg menyebutkan ketika mulai tumbuh bulu di kemaluan.

Fase Tamyiz menuju Persiapan Baligh kita memahami kalau anak-anak sudah memliki daya pikir yang ditandai dengan pertanyaan-pertanyaan yang kadang-kadang membuat kita terheran-heran atau membantah setiap yang kita ucapkan. Dan ini mengindikasikan kalau anak kita sudah memiliki daya pikir yang sudah mampu diberikan stimulan. Untuk itu orang tua perlu sering mengajak dialog dan diskusi, seperti yang dilakukan Nabi Ibrahim terhadap Nabi Ismail, ketika mendapatkan perintah Allah. Jangan terlalu banyak memberikan instruksi, kedepankanlah dialog dan diskusi agar anak tidak mengalami gejala ALAY (anak melayang / anak-anak yang mengalami thinking shock). Salah satu indikasi anak laki-laki mengalami gejala alay adalah ketika anak ditanya dan jawabannya lebih sering TERSERAH. Ketika anak laki-laki tidak bisa mengambil keputusan, maka ia rentan menjadi follower. Di masa ini Ayah haruslah mengambil peran.

Kalau kita perhatikan, bagaimana baginda Nabi mendapatkan stimulan di usia ini dimana keayahan yang menjadi inti usia ini diambil langsung oleh Abu Tholib, sebagai salah satu role model kelaki-lakian. Dan kelaki-lakian yang dilakukan Rasulullah di usia 8 – 15 tahun adalah dengan melakukan safar pertama dan Belajar BERDAGANG. Bukan Buka LAPAK tapi ekspedisi barang, dagang sekaligus travelling. Hikmah yang didapatkan dari ekspedisi dagang ini diantaranya adalah belajar mandiri dan punya daya jelajah. Ekspedisi dagang ini merupakan rahasia kesuksesan suku quraisy yang dikenal suka travelling (Al Quraisy : 1). Orang tua jangan MENGURUNG anak lelaki di dalam rumah, buatlah program TRAVELLING disertai latihan bisnis (entrepreneur skill).

Tahap usia 7 – 15 tahun adalah tahap krisis dan kritis agar laki-laki mampu menjadi laki-laki seutuhnya, inilah saatnya anak belajar jadi laki-laki, eranya raising boys. Inilah saatnya melakukan simulasi kelaki-lakian dari apa yang sudah diamunisikan di usia sebelumnya, simulasi mengenai feeling kelaki-lakian.

Yang harus KITA PAHAMI dan kita lakukan diantaranya adalah kita harus memahami tahap tumbuh kembang laki-laki diusia pra remaja, Ayah perlu mengambil peran dalam membangun pondasi anak agar tumbuh sifat kelaki-lakian. Untuk seorang Ibu yang single parent dapat meminta anggota keluarganya untuk membantu membangun pondasi pada anak. Diantara cara membangun pondasi tersebut adalah dengan mengembangkan keterampilan, menanamkan akhlak, dan mengajarkan kelaki-lakian.

Ketika di usia 6 – 7 tahun, hidupkanlah tombol kelaki-lakiannya, karena keberaniannya sudah mulai muncul. Mulai lakukan estafet pengasuhan dan Ibu ke Ayah. Download tombol kelaki-lakian sebanyak-banyaknya dengan prinsip I see I remember, I do I understand… I hear I forget. Ayah jangan banyak ceramah, yang penting proses download itu adalah anak melihat dan anak diajarkan.

Anak-anak usia pra remaja, mereka butuh ayah dan ayah juga butuh mereka. Ayah harus berperan aktif di usia ini, jangan sampai ayah ada tapi seakan tidak ada, karena ayah tidak muncul, memberi contoh, dan membantu anak mendownload kelaki-lakian anak.

Ayah juara yang dibutuhkan anak di usia ini adalah ayah yang LCM (Loving, Coaching, dan Modelling). Ayah yang loving adalah ayah yang mencintai dirinya, orang tuanya, istrinya, anaknya, dan keluarga. Ayah yang coaching adalah ayah yang mengambil peran sebagai coach untuk anak-anaknya, ayah mengambil peran ibunya di usia pra remaja. Ayah modelling adalah ayah yang memberi contoh ketegasan dan ketegaran sesuai dengan perkembangan anak.

Akibat dari ayah ada ayah tiada di usia ini adalah menimbulkan FATHERLESSNESS, anak yang kehilangan sosok ayah, sehingga mengakibatkan anak mengalami FATHER HUNGER. Ayah harus demonstratif ke anak di usia pra remaja.

Kenali pahami diri ayah dengan melaki-lakikan diri ayah secara fisik dan secara psikologis didepan anak. Beri contoh fisik dan psikologis kelaki-lakian kepada anak laki-laki, mulai dari cara berdiri, cara berjalan, cara berbicara, cara menyelesaikan masalah, dan sebagainya. Ibu membantu ayah dalam menutupi hutang pengasuhan terhadap anak. Bayar hutang pengasuhan ke anak.

Periksa sekolah dan lingkungannya. Periksa guru laki-lakinya. Diantara guru laki-laki yang perlu diperiksa adalah guru agama, guru kesenian, guru olahraga, dan kepala sekolah. Agar sekolah menjadi sekolah yang mengasuh dan bukan sekolah yang membunuh. Contoh dalam mengecek guru olahraga, pastikan guru olahraga tersebut dalam mengajarkan olahraga memiliki target utama menjadikan anak itu laki-laki dan bukan menjadikan anak atlet professional, karena dalam olahraga banyak sekali momen kelaki-lakian. Misalnya ketika anak sedang berlatih tendangan penalti dan gagal berkali-kali, fokus guru utama olahraga bukan memberikan contoh cara  sikap menendang yang baik, fokus utamanya adalah dengan memberikan semangat dahulu, dengan mengatakan, “Nak laki-laki harus memiliki semangat dan pantang menyerah, bapak yakin kamu bisa melakukannya”, baru membenarkan cara menendang yang baik.

Pada usia pra remaja hormon kelaki-lakian sudah melonjak naik, tugas kita adalah memanfaatkan dan mengarahkan; latih kecerdasan emosi anak, seperti kecerdasan empati, kontrol diri dan suara hati, bisa melalui bersafar atau melatih fisik anak; Ayah dan Bunda bisa membuat roadmap dan rundown dengan anak laki-laki Ayah Bunda untuk mengarahkan hormon kelaki-lakian dengan membuat daily activity; saat mengenalkan aturan dan struktur. Anak laki-laki perlu tau siapa komandannya, apa aturannya, dan siapa yang akan membimbing dia.

Dalam hal perkembangan Bahasa, anak sudah mampu mendefinisikan dan mendiskusikan kata-kata yang abstrak; Menggunakan istilah-istilah untuk menjelaskan hubungan yang logis dan rumit; Lebih terampil dalam kemampuan untuk menyesuaikan cara bicara dengan tingkat pengetahuan dan sudut pandang orang lain;  Menggunakan dialog sosial khas anak (kepo, keleess dst).

Dalam hal perkembangan membaca, anak sudah bisa membaca untuk menambah pengetahuan dan untuk menikmati bacaannya. Anak mampu membaca secara kritis, melihat dan memahami berbagai sudut pandang, menelaah fakta dan konsep secara lebih mendalam dari sebelumnya. Membaca sebagai proses kontruksi dan rekontruksi pemahaman sesuai dengan kebutuhan dan tujuan, mengintegrasikan pengetahuan yang sudah dimiliki dengan pengetahuan yang diperoleh dari bacaan dan menciptakan pemahaman baru.

Dalam hal pemahaman menulis. Anak sudah mampu mengintegrasikan hubungan yang kompleks antara berbicara dan menulis dan belajar mengembangkan gaya pribadinya dalam menulis. Belajar mengadaptasikan gaya penulisan sesuai dengan kebutuhan.

Dalam hal perkembangan sosial. Usia pra remaja adalah usia dimana anak berusaha mencari identitas diri. Tugas utama anak adalah untuk menjadi orang dewasa yang unik, dengan identitas diri (sense of self) yang jelas dan peran yang berharga di masyarakat. Identitas diri yang jelas dicapai ketika anak menyelesaikan 3 isu utama : Pilihan pekerjaan; Adopsi nilai-nilai yang akan memandunya dalam hidup; Identitas seksual yang memuaskan. Perkembangan sosial dan pertemanannya juga luar biasa berkembang. Anak usia ini perkembangan empatinya sudah sangat luar biasa, inilah saatnya menanamkan rasa empati sebanyak-banyaknya kepada anak.

Dalam hal perkembangan fisik. Anak sudah mengalami perubahan hormon (800%), pertumbuhan pesat pada tulang dan otot, perubahan bentuk tubuh, akan tetapi proporsi tubuh belum seimbang, sehingga cenderung kikuk dan kurang koordinasi.

Dalam hal perkembangan kognitif. Anak sudah memiliki kapasitas untuk berpikir secara abstrak; memahami waktu historis; dapat memahami makna yang mendalam dalam literatur; dapat membayangkan kemungkinan, membuat dan menguji hipotesa (perkiraan). Anak sudah memiliki akumulasi pengetahuan dan keahlian dalam bidang tertentu dan sudah mengembangkan kemampuan untuk berpikir tentang proses berpikirnya sendiri.

Anak juga terus menerus mencari kesempatan untuk mencoba kemampuan-kemampuan penalaran mereka, sehingga mereka suka berargumentasi. Dapat menemukan banyak alternatif perilaku pada saat yang bersamaan, namun kurang memilki strategi untuk menentukan pilhan dan sering kebingungan mengambil keputusan untuk hal-hal yang kecil sekalipun. Cenderung untuk terpaku dengan apa yang mereka pikirkan dan rasakan sendiri, sehingga sering berpikir orang lain juga berpikir tentang hal yang sama dengan mereka, yaitu orang lain berpikir tentang diri mereka (egosentris). Merasa diri mereka spesial dan pengalaman mereka unik, sehingga apa yang berlaku di dunia umum tidak berlaku bagi mereka.

Usia 7 sampai 15 tahun adalah usia PENCARIAN DIRI. Usia ini memerlukan periode untuk mencari komitmen yang dapat dijalaninya dengan setia dan tulus. Kesetiaan, keyakinan, atau rasa memiliki pada sosok yang dicintai atau pada teman. Namun demikian, sedikit kebingungan tentang identitas diri adalah hal yang normal.

Di usia pra remaja konflik dengan orangtua cenderung lebih banyak muncul, terkait dengan kebutuhan anak untuk mengembangkan identitas personal dengan menemukan otonomi dan menerima perbedaan. Konflik yang disebabkan kebutuhan yang saling bertentangan, dimana: 1) anak merasakan kebutuhan untuk mandiri, namun juga masih merasakan ketergantungan pada orangtua. 2) Orangtua ingin anaknya mandiri, namun masih sulit melepas anaknya.

Hubungan dengan saudara kandung cenderung menjauh pada masa anak. Kebutuhan psikologis anak lebih banyak diperolehnya dari teman-teman sebaya sehingga ia lebih banyak menghabiskan waktu bersama temannya. Anak juga memiliki kebutuhan lebih besar akan kemandirian dan privasi. Ketika keduanya berada dimasa anak, kualitas hubungan kakak-adik berubah. Secara bertahap, kekuatan pengaruh antara kakak dan adik menjadi lebih seimbang. Kakak mungkin akan merasa terganggu dengan sikap adiknya yang semakin berani mengungkapkan pendapatnya. Adik mungkin masih cenderung mengagumi kakaknya dan berusaha tampil dewasa dengan mengikuti tindakannya.

Teman sebaya adalah sumber dukungan emosi dan juga sumber tekanan bagi anak. Sumber kasih sayang, simpati, pemahaman, dan bimbingan moral. Lingkungan tempat anak melakukan eksperimen. Situasi yang dibutuhkan agar dapat mencapai kemandirian dari orangtua. Lingkungan tempat anak latihan membangun hubungan yang dekat (intimacy). Kekuatan pengaruh teman sebaya paling besar terasa di masa awal anak, dibandingkan di akhir masa anak.

Yang harus KITA LAKUKAN pada saat anak usia pra remaja adalah HEAR ME, HUG ME, TRUST ME.

Hear me adalah ayah dan bunda pinjamin kuping, maksudnya dengar dan simak perkataan dan perbuatan anak. Selain itu ayah bunda juga perlu pinjamin hati, maksudnya ayah bunda harus sepenuh hati dalam menghebatkan anak laki-laki, jangan sambil nyambi, Ayah harus meluangkan waktu yang definitif untuk anak. Dalam pinjamin kuping ada dua skill yang Ayah harus latih. Yang pertama, latihlah skill berbicara agar anak mau mendengar. Yang kedua, latihlah skill mendengar agar anak mau berbicara, diantaranya dengan tehnik 5-1 atau 10-2, maksudnya 5 kali anak berbicara 1 ayah merespon atau 10 kali anak berbicara 2 Ayah merespon dengan kalimat Ayah. Latihlah sejak anak usia 8 tahun, karena ketika anak memasuki usia 12 – 15 tahun, terkadang anak tidak membutuhkan solusi, tetapi anak hanya ingin Ayah Bunda menjadi bagian dari dirinya dengan menyimak ceritanya.

Dalam pinjamin hati, Ayah Bunda coba membayangkan bagaimana Ayah Bunda ketika seumuran anak laki-laki Ayah Bunda. Misalnya ketika anak sedang tumbuh jerawat yang besar dan Ayah Bunda sedang menerima tamu, Ayah Bunda juga perlu melihat kondisi anak, jangan menyuruh anak untuk kedepan menemui tamu, karena bukannya dia tidak mau, tapi dia sedang bermasalah dengan jerawatnya. Ayah juga perlu fokus ketika berhadapan dengan anak laki-laki Ayah. Pahami prinsip  NOT WHAT BUT HOW, karena anak tidak melihat pada hasil, akan tetapi pada bagaimana Ayahnya mencontohkan dia. Prinsip yang berikutnya adalah HERE AND NOW, maksudnya kalau anak laki-laki ayah mau curhat, prinsipnya adalah sekarang dan saat ini, ayah jangan menunda.

Hug Me, maksudnya kehangatan. Ayah perlu menunjukkan cinta, jangan kurangi meskipun terbatas. Mungkin anak ayah sudah susah untuk dipeluk, akan tetapi ayah jangan kurangi sikap ayah dalam menunjukkan cinta. Ayah bisa menunjukkan diantaranya dengan kata-kata, kalau anak laki-laki Ayah ini adalah anak yang spesial bagi Ayah. Manfaatkan golden moment, misalnya ketika anak berhasil melakukan sesuatu, segera sampaikan apresiasi ke anak, dan jangan ditunda. Ketika anak melakukan kesalahan, Ayah juga bisa memberikan ARAHAN kepada anak dengan cara yang baik. Dan terakhir, ayah juga perlu memberikan keteladanan pada anak laki-laki ayah.

Trust Me, kepercayaan. Sekarang adalah saatnya ayah mendampingi anak-anak dalam menghadapi dunia. Damping anak laki-laki ayah dalam bersimulasi. Simulasi yang paling penting adalah simulasi laki-laki tiada henti yang dilakukan secara konsisten. Ayah manfaatkan semua momen untuk mensimulasikan kelaki-lakiannya. Caranya dengan DBL (Dialog, Bimbing bukan instruksi, Libatkan bukan paksa). Seperti dalam surat As Saffat ayat 102, Ayah kalau mensimulasikan anak laki-laki Ayah maka berdialoglah dulu, jangan mendadak. Jangan sering memberikan instruksi ke anak, tapi coba bimbing anak, misalnya dengan pertanyaan kecil, misalnya menurut kamu bagusnya bagaimana? Kenapa harus membimbing bukan instruksi? Di anak usia 8 – 15 tahun harus melatih skill Berpikir, Menganalisa, dan Memutuskan. Karena di usia diatas 15 tahun, anak laki-laki harus sudah memiliki skill ini. Dalam memberikan kepercayaan anak, ayah juga perlu melibatkan anak laki-laki ayah dan jangan memaksa melalui dialog dengan anak.

Seperti apa ayah untuk anak 7 sampai 15 tahun? Ayah haruslah S-D-E-T. Ayah harus S - SEDIAKAN WAKTU, bukan waktu sisa, tapi ayah harus benar-benar menyediakan waktu. D – DEMONSTRATIF, kalau ayah ingin mencontohkan sesuatu maka contohkan dengan benar, kalau ayah ingin mencintai atau mengapresiasi anak ayah maka cintai dengan benar dan sepenuh hati, tunjukkan!. E – ENJOY, ayah harus berusaha enjoy dan ekstra sabar terhadap anak ayah. T - TURUN TANGAN, tidak hanya ikutan ketika anak berprestasi akan tetapi juga ketika anak sedang drop. Dalam melakukan peran ayah juga bisa mengedepankan KOMUNIKASI, NEGOSIASI, dan KONSEKUENSI.. bukan hukuman. Karena hukuman tidak banyak hubungannya dengan perkembangan anak, akan tetapi dengan konsekuensi kita bisa mendewasakan anak-anak.

Ada tiga ruang yang penting dalam mendidik anak. Ruang E, ruang A, dan ruang K. RUANG E - RUANG EKSPEKTASI, ruangan yang ideal. Tapi sebagai orang tua, kita juga harus menyiapkan dua ruang lagi agar kita tidak kecewa dan frustasi. Yaitu RUANG A - RUANG ADAPTASI  dan K - RUANG KOMPROMI. Kalau ada kesalahan, kalau ada yang tidak sesuai ekspektasi kita, kita tidak perlu frustasi. Karena kalau kita frustasi pengaruhnya akan langsung ke anak-anak kita. Kalau ayahnya sudah bete maka ayah akan susah memberikan aura Bahagia ke anak laki-laki ayah. Jadi punya ekspektasi tinggi itu memang bagus banget, akan tetapi kita juga menyiapkan juga ruang adaptasi dan kompromi agar kita tidak kecewa.

Semoga kita bisa menjadi ayah hebat dan ibu tangguh yang mampu mendidik anak-anak laki-laki kita dengan pendidikan terbaik sesuai fitrahnya dan menjadikan anak-anak kita menjadi anak-anak yang juara dengan akhlak yang baik.

Jumat, 30 September 2022

Mendidik Anak Laki-Laki Usia 0 – 7 Tahun

Sebelumnya saya pernah membuat resume tentang mendidik anak laki-laki usia dini (0-7) tahun, akan tetapi ketika saya murojaah Kembali hari ini, ternyata saya mendapatkan hal baru, sehingga saya coba untuk menuliskannya kembali disini. Dan memang inilah salah satu menariknya mengulang-ulang ilmu, karena semakin diulang, maka kita akan mendapatkan pandangan-pandangan yang baru.

Bayi ibarat KERTAS PUTIH. Tergantung bagaimana orangtua melukisnya, maka demikianlah nanti kehidupannya

Setiap BAYI membawa program dari ALLAH yaitu FITRAH sebagaimana tercantum dalam hadits “Tidaklah seorang bayi yang lahir kecuali dalam keadaan fitrah. Maka kemudian kedua orang tuanyalah yang akan menjadikan anak itu menjadi Yahudi, Nashrani atau Majusi” (HR. Bukhari)

FITRAH ibarat ‘software’ yang ditanam dalam setiap bayi. ORTU yang mengaktifkan atau merusaknya. Makna fitrah selain bermakna tauhid, juga memiliki makna suatu hal yang terkait bekal manusia pada saat lahir, diantaranya fitrah seksualitas. Dimana hanya ada dua jenis manusia laki - laki dan perempuan dan tidak ada waria, baik secara fisik maupun juga sifat dan karakteristik, sebagaimana firman Allah “Hai manusia, sesungguhnya Kami menciptakan kamu dari seorang laki-laki dan seorang perempuan…..” (Al Hujurat : 13).

Masing-masing fitrah tersebut, baik laki-laki atupun perempuan memiliki keunikan, maka mendidiknya pun beda “….. dan anak laki-laki tidaklah seperti anak perempuan..” (Ali Imran : 36). Karena karakternya berbeda maka stimulasinya berbeda. Kecenderungan orang tua yang mendidik laki-laki dan perempuan dengan stimulasi yang sama, maka kemungkinannya hanya dua, kalau tidak salah satunya rusak, maka dua-duanya rusak.

Pada dasarnya Pendidikan KELAKI-LAKIAN terkait dengan Pendidikan SEKSUALITAS, atau  Tarbiyah Al Jinsiyah, yaitu totalitas kepribadian. Pendidikan seksualitas dan seks berbeda. Seks hanya berkaitan dengan alat kelamin, hubungan Kelamin, atau menjadi laki-laki atau perempuan. Sementara seksualitas lebih luas lagi dari itu. Seksualitas bukan sekedar seks tapi juga melingkupi totalitas pribadi; apa yg kau percayai, rasakan, pikirkan dan bagaimana bereaksi; bagaimana anda berbudaya, bersosial & berseksual; bagaimana tampil ketika anda berdiri, tersenyum, berpakaian, tertawa dan menangis; dan bagaimana kita menunjukkan siapa diri kita.

Seksualitas yang diharapkan dalam mendidik anak ada 3 yaitu: BENAR (Sesuai dengan panduan agama, etika dan nilai sosial), LURUS (Sesuai dengan fitrah), dan SEHAT (Sesuai dengan prinsip Kesehatan). Sehingga laki-laki memahami makna kelaki-lakian dari makna nama yang diberikan Allah terhadap laki-laki, dalam Bahasa Arab laki-laki disebut Rojul dan jamaknya Rijal yang bermakna kaki. Laki-laki diibaratkan kaki, karena sebagaimana fungsi kaki yang mampu menahan beban, ketika kakinya tidak kuat maka akan ambruk. Begitupun ketika laki-laki banyak mengeluh, ini menjadi sebuah pertanyaan. Makna kedua adalah sesuai fungsi kaki adalah untuk melangkah, laki-laki identik dengan bergerak, sehingga laki-laki jangan hanya diam dirumah, laki-laki harus bergerak dan berusaha. Yang diperintah untuk banyak diam dirumah adalah perempuan, karena perempuan adalah kepala bagi rumah suaminya.

Ada dua syarat dalam mendidik anak. Yang pertama adalah PERSEPSI POSITIF, yaitu gambaran positif tentang kelaki-lakian tentang sosok laki-laki disekitarnya, terutama Ayah. Ketika anak mempersepsikan negatif tentang Ayahnya, maka anak bisa saja memposisikan kalau laki-laki itu jahat, ini berbahaya bagi perkembangan anak dan bisa menggores persepsi kelaki-lakian. Untuk Ibu yang menjadi single parent, hal yang harus dijaga adalah persepsi positif anak terhadap ayahnya. Seorang Ayah harus memastikan anak tidak memiliki luka pengasuhan dalam pertumbuhannya. Yang kedua adalah ROLE MODEL, anak harus mendapatkan stimulan yang pas. Ayah harus dapat memberikan stimulan kelaki-lakian yang pas ke anaknya dan Ayah harus hadir dalam pengasuhan sambil memberikan contoh yang baik dan benar.

Dalam Islam, laki-laki harus memiliki Qowwam sebagai sifat dasarnya. Seperti yang tertuang adalam Surat An Nisa ayat 34, “Lelaki adalah Qowwam bagi kaum perempuan”. Ujung dari Qowwam adalah mampu menafkahi keluarganya. Makna Qowwam ada tiga. Yang pertama, Qiwam dengan kasroh yang berarti makanan yang membuat manusia tegak berdiri, maksudnya laki-laki harus mampu memberikan dampak positif bagi sekitarnya. Yang kedua, Qowam dengan fathah yang bermakna adil dan seimbang, maksudnya laki-laki mampu menangani segala sesuatu dengan adil dan berimbang.Yang ketiga, Al Qoyyim yang berarti tuan/pemimpin. Dalam tafsir al Manar, ada tujuh ke Qowwaman yang menjadi dasar kelaki lakian, yaitu Al Himayah (melindungi), Ar Ri’ayah (menjaga), Wal Wilayah (memimpin), Wal Kifayah (memberi kecukupan), Taqdib (mendidik), menata urusan, dan melakukan perbaikan kondisi.

Untuk belajar mendidik anak laki-laki, ada sebuah ayat yang bisa kita jadikan roadmap yaitu, “Sesungguhnya Allah telah memilih Adam, Nuh, keluarga Ibrahim dan keluarga 'Imran melebihi segala umat [QS. Ali Imran : 33]. Mendidik anak laki-laki dengan mendidik anak perempuan memang berbeda, Qur’an memberikan contoh yang sempurna dalam keluarga Ibrahim dan keluarga Imran.

Sehingga tujuan pengasuhannya pun berbeda


Dari tabel diatas bisadilihat kalau target pengasuhan anak laki-laki adalah menjadi ‘nabi’. Masalahnya kenabian itu tidak mungkin terjadi semenjak wafatnya Rasulullah, berarti yang kita pelajari adalah sifat-sifat kenabian. Sifat dasar dalam kenabian yang ingin dicapai ada 2, yaitu CERDAS (al Hijr : 53), maksudnya menjadi problem solver bagi masyarakat dan SABAR (ash shaffat : 101) yang bermakna tangguh dalam melewati kesulitan.

Fokus pengasuhan anak lelaki ada tiga. Yang pertama, menjadi ahli ilmu (ulama), sebagai mana hadits “Sesungguhnya ulama adalah pewaris para nabi. Sungguh para nabi tidak mewariskan dinar dan dirham. Sungguh mereka hanya mewariskan ilmu maka barangsiapa mengambil warisan tersebut ia telah mengambil bagian yang banyak.”(HR.Tirmidzi, Ahmad, Ad-Darimi, Abu Dawud. Dishahihkan oleh Al-Albani). Ulama maksudnya adalah menjadi orang yang ahli dalam bidangnya, jangan tanggung. Kita bisa ambil contoh dari sahabat Umar Bin Khattab (ahli tata negara), Khalid Bin Walid (ahli strategi perang), Hasan Bin Tsabit (ahli syair), Tasbit Bin Qais (ahli negosiasi), Abdullah Bin Masud (ahli Qur;an), Zaid Bin Tsabit (ahli dalam bidang waris), dan banyak contoh lainnya. Yang kedua, menjadi penegak agama. Yang ketiga, ahli dalam bidang apapun tapi punya jiwa iqomatuddin, sebagai mana dalam firman Allah, “Dia telah mensyari'atkan bagi kamu tentang agama apa yang telah diwasiatkan-Nya kepada Nuh dan apa yang telah Kami wahyukan kepadamu dan apa yang telah Kami wasiatkan kepada Ibrahim, Musa dan Isa yaitu: Tegakkanlah agama dan janganlah kamu berpecah belah tentangnya..”(Asy Syura : 13).

Seperti yang disebutkan sebelumnya kalau mendidik anak lelaki berarti mendidik anak menjadi 'nabi', maksudnya kita bisa mengambil pelajaran dari kisah Pendidikan para Nabi, diantaranya adalah Rasulullah Shalallahu Alaihi Wassalam. Dimana roadmap Pendidikan Beliau Shalallahu ‘Alaihi Wassalam dibawah usia 7 tahun singkatnya adalah sebagai berikut. Usia 0-5 Tahun: Rasul diasuh oleh Halimatus Sa’diyah di kampung Bani Sa’ad. Karena Bahasa Arab di kota Mekkah pada saat itu rusak, maka Rasul harus belajar bahasa ibu yang fasih. Hal ini karena setiap BAHASA punya nilai dan rasa, maka fokuslah terhadap pendidikan bahasa ibu. Karena perbaikan bahasa identik dengan perbaikan perilaku (QS. Al Ahzab : 70-71). Sehingga untuk anak usia 0-5 tahun, salah satu program yang dicanangkan adalah dengan memperdengarkan Bahasa ibu dengan berdialog dan membacakan buku. Dengan target yang ingin dicapai emotional bonding dan perkembangan nalar yang baik. Usia 6 tahun: Rasul mulai belajar Menggembala Kambing. Semua Nabi pernah menjadi penggembala kambing sebagaimana hadits “Tidaklah seorang NABI diutus kecuali pernah jadi penggembala kambing” (H.R. Bukhari). Hikmah Menggembala Kambing adalah Pathfinding, Directing, Controlling, Protecting, dan Reflecting. Sehingga yang perlu dibuat orang tua diantaranya adalah dengan membuat program memelihara HEWAN dengan target anak memiliki rasa empati, kontrol diri dan tercapat perkembangan motorik yang baik.

Sebelumnya saya juga sudah pernah membuat resume tentang yang sebaiknya dilakukan ketika anak usia 0 – 2 tahun3 tahun4 tahun5 tahun, dan 6 - 7 tahun.

Semoga kita bisa menjadi ayah hebat dan ibu tangguh yang mampu mendidik anak-anak laki-laki kita dengan pendidikan terbaik sesuai fitrahnya dan menjadikan anak-anak kita menjadi anak-anak yang juara dengan akhlak yang baik.

*Sumber : Webinar Ayah IrwanRinaldi dan Ustadz Bendri Jaisyurrahman


Senin, 22 Maret 2021

Yang Sebaiknya Dilakukan Ketika Anak Laki-Laki Usia 6 - 7 tahun

Setelah tuntas kelompok usiadibawah 2 tahun, kelompok usia 3 tahun, kelompok usia 4 tahun, dan kelompok usia 5 tahun, sekarang kita masuk ke kelompok kelima, yaitu apa yang sebaiknya ayah bunda lakukan ketika anak laki-laki berusia 6 - 7 tahun.

Ketika anak laki-laki memasuki usia 6 – 7 tahun, ia sudah bisa membedakan kanan kiri dan baik buruk. Diusia ini ayah bunda juga bisa menanamkan adab akhlak dan karakter baik ke anak laki-laki ayah bunda. Ayah bunda juga bisa mengajarkan dan membiasakan untuk berpikir dan berdiskusi.

Perkembangan Anak Diusia 6 – 7 Tahun

Kemampuannya dalam menginterpretasi ucapan orang dewasa masih sangat literal. Ia masih belum paham jika disindir. Ia perlu kata-kata atau kalimat yang PENDEK dan SEDERHANA. Ia masih belum mengerti ketika gurunya berkata pada supir jemputan “Pak, kita lewat jalan tikus aja, supaya lebih cepat sampainya.” Ia akan langsung membayangkan jalan yang becek, kotor, bau dan membayangkan tikus yang hidupnya jorok. Ia langsung berkomentar, “ Jangan bu, jalan tikus itu kan kotor dan bau. Aku nggak mau lewat jalan tikus.”

Ia sangat percaya pada GURUnya, pada ilmu yang gurunya miliki. Apa yang gurunya katakan itu yang benar. Hal ini kadang membuat kesal ayah bunda karena ia tidak mau mengerjakan tugas jika tidak dengan cara yang diajarkan gurunya.

Ia senang bekerja KELOMPOK, tapi ia suka kesal dengan teman-temannya yang maunya menang sendiri. Ayah bunda perlu mengajarkan ia bagaimana CARANYA BEKERJA DAN BELAJAR DALAM KELOMPOK. Ia perlu berlatih bagaimana caranya berbagi tugas dengan teman, berbicara dan mendengarkan pendapat teman, agar ia lebih terampil bekerja sama. Ia juga perlu masukan dari ayah bunda apa yang masih harus ia perbaiki saat ia bekerja dalam kelompok.

Ia senang MENGADU jika ia melihat ada perbuatan temannya yang tidak baik. Ia sangat senang menilai temannya dengan kategori BAIK dan BURUK. Ia tahu hal ini tidak baik untuk dilakukan tapi ia belum tahu bagaimana cara menilai orang lain.

Ia perlu dilatih untuk tidak menilai orang lain atas baik atau buruk tapi lebih kepada cocok atau tidak cocok perilaku temannya dengan situasi. Ia juga perlu ATURAN YANG JELAS agar ia dapat berperilaku baik.

Ia senang diperhatikan SIKAP POSITIFNYA saja.

Sikapnya lebih TENANG, lebih banyak DIAM dan lebih TERATUR daripada tahap sebelumnya. Ia sudah menguasai keterampilan akademis dan siap untuk mengaplikasikannya dalam kehidupan nyata sehari-hari – membaca buku sendiri, menggunakan matematika di dalam kehidupannya.

Penampilannya sehari-hari LEBIH SERIUS, banyak berpikir dan kadang SANGAT PEKA perasaannya. Ia dapat tiba-tiba berubah perasaannya dari bahagia menjadi sedih dalam WAKTU SINGKAT. Ia mulai PUNYA SAHABAT walau kadang persahabatannya putus setelah tiga hari tapi putusnya hubungan persahabatan dapat membuatnya hancur.

Ia sudah mampu melakukan perenungan mengapa dapat putus persahabatannya dengan temannya. Tapi ia masih membutuhkan BANTUAN untuk MEMAHAMI KESALAHANNYA. Ia akan cepat memahami kesalahannya jika ayah bunda memberikan pertanyaan-pertanyaan seperti : Apa yang terjadi? Bagaimana kira-kira perasaan temannya itu? Bagaimana ia dapat memperbaikinya?

Ia sekarang sudah dapat DUDUK LEBIH LAMA mendengarkan ayah bunda berbicara tapi jangan manfaatkan kemampuannya ini dengan membuat ia selalu duduk mendengar saja. Ia tetap perlu untuk BERGERAK dan melakukan eksplorasi.

Ia sangat suka bekerja dalam KELOMPOK. Ia kadang tertekan juga dengan teman-teman sebayanya. Ia akan berusaha keras untuk menjadi teman yang baik agar ia tetap menjadi bagian dari teman-temannya.

Kemampuannya untuk memahami hal atau KONSEP YANG ABSTRAK seperti konsep matematika semakin baik karena ia sudah pandai dalam melakukan klasifikasi, memahami angka dan hubungan antar angka.

Hal ini juga membuatnya sering mengelompokkan teman-temannya yang berbeda dengan ’kamu’ misalnya “eh Nadin kamu jangan di sini, kamu kan nggak kursus piano …” atau “ kita di sini kelompok anak perempuan, anak laki jangan di sini, memangnya kamu tidak malu main sama anak perempuan …”

Yang Ayah Bunda Sebaiknya Lakukan

Ia masih SULIT menerima perbedaan. Ia hanya mau bermain dengan teman-teman yang ADA KESAMAANNYA dengannya. Ayah bunda harus MELATIHNYA untuk dapat melihat bahwa setiap orang diciptakan berbeda dan masing-masing orang memiliki kelebihan dan kekurangan.

Ayah bunda harus lebih banyak memperhatikan SIKAP POSITIFNYA.

Kalau ada sesuatu YANG BARU tolong agar ia DISIAPKAN dan DIBERI PEMAHAMAN lebih dahulu karena ia tidak suka PERUBAHAN TANPA PERSIAPAN.

Demikian yang sebaiknya dilakukan ketika anak laki-laki kita berusia 6 - 7 tahun. Semoga kita bisa menjadi ayah hebat dan ibu tangguh yang mampu mendidik anak-anak laki-laki kita dengan pendidikan terbaik sesuai fitrahnya dan menjadikan anak-anak kita menjadi anak-anak yang juara dengan akhlak yang baik.

*Sumber : Webinar Ayah Irwan Rinaldi dan Ustadz Bendri Jaisyurrahman

 

Minggu, 21 Maret 2021

Yang Sebaiknya Dilakukan Ketika Anak Laki-Laki Usia 5 tahun

Setelah tuntas kelompok usia dibawah 2 tahun, kelompok usia 3 tahun, dan kelompok usia 4tahun, sekarang kita masuk ke kelompok keempat, yaitu apa yang sebaiknya ayah bunda lakukan ketika anak laki-laki berusia 5 tahun.

Perkembangan Motorik Kasar

Kalau ada huruf R di porseneling mobil, maka anak laki-laki ayah bunda sekarang juga sudah punya itu di usianya yang ke lima ini. GIGI MUNDUR, kata ibu. Ya ia sudah BISA MUNDUR dengan CEPAT. Ia sangat suka bermain, berlarian dengan ayah bunda sambil menggunakan kemampuan mundurnya. Ajakla ia melakukannya di tanah lapang rumput yang luas.

Ia juga sepertinya telah sempurna dalam MELONCAT, MELANGKAH bahkan MENITI BALOK yang ukurannya kecil sekalipun, Luar biasa. Ayah bunda mesti terlibat dengan ketrampilan baru ini. Buatkanlah kreasi-kreasi baru agar ia semangat melatih kemampuan baru ini.

Nah inilah saatnya ia akan buktikan pada ayah bunda bahwa ia juga mampu BERENANG. Tapi tanpa gaya dulu. GAYA BEBAS sebebasbebasnya. Ayah bunda perlu membuat agenda berenang dengan anak laki-laki ya. Masukan agenda baru ini ke dalam jadwal hidup ayah bunda. Ia paling suka kalau ayah bunda mengajaknya pergi berenang sekali dalam sepekan.

Di usia ini ia JARANG merasakan LELAH. Ia sepertinya mampu bermain, meloncat, berlari atau apa saja sampai malam hari atau sampai pagi lagi bahkan.

Perkembangan Motorik Halus

Ia sekarang MAMPU memainkan obeng, menggunakan martil, pisau, gunting dengan baik. Kalau mobil atau motor ayah bunda rusak, ayah bunda jangan buru-buru ke bengkel dulu ya. Berikan kesempatan aku untuk MEMBONGKAR dan MEMASANG sambal tetap diawasi.

Tak hanya soal bengkel, menyanyipun ia sudah butuh musik pengiring. Makanya ia akan belajar MEMAINKAN perkusi atau sejenisnya. Ajak ia main drum ya ayah.

Ia juga sudah mahir MENYUSUN puzzle atau menyusun balok. Cuma ia masih sulit bagi untuk MEMBEDAKAN KANAN dan KIRI. Sering masih tertukar. Soal mengancingkan baju, tali sepatu ia tidak butuh bantuan lagi. Bisa dikerjakannya dengan cepat. Pasti ini kabar gembira bagi ayah bunda, bukan?

Perkembangan Bahasa dan Komunikasi

Sekarang ia sudah mempergunakan SANGAT BANYAK KATA-KATA. Kalimat-kalimatnya sudah RAPI dan NYARIS sempurna. Ayah bunda pasti tahu apa yang akan ayah bunda kerjakan. Ya, berikan latihan seperti ia 4 tahun tapi pasti dengan lebih banyak porsinya.

Ia juga sudah bisa MENDENGARKAN aktif, seperti yang ayah bunda sarankan. Ia bisa bergantian kalau bicara dengan orang lain. Sering-sering melibatkannya untuk berkomunikasi ya ayah bunda. Ketika ia berbicara dan ia lupa untuk berhenti sebaiknya ayah bunda mengingatkannya agar bisa bergantian dengan yang lain juga ya. Ayah bunda juga perlu melatih ingatannya. Setiap berkomunikasi sebaiknya, ayah bunda sebaiknya menanyakan lagi apa yang ia dapat.

Kegemaran barunya sekarang adalah, suka MENIRU PERAN-PERAN orang lain. Ini memang kegemaran yang bisa-bisa membuat ia melupakan ayah bunda. Karena ia akan meniru orang-orang yang ia rasa menarik. Agar ia meniru yang baik-baik maka ayah bunda rebutlah momen ini supaya ia hanya meniru ayah bunda saja.

Bahkan ia sangat suka meniru kalimat, gaya dan peran orang-orang yang dilihatnya di televisi. Untuk itu ayah bunda perlu mengatur kapan TV nyala dan kapan ia bisa boleh bermain games.

Gaya bicaranya juga menyerupai orang dewasa TERDEKATKU. Ayah bunda perlu berusaha menjadi orang dewasa yang paling dekat dengannya. Ayah bunda harus hadir fisik dan bathinnya kalau sedang bersamanya. Gunakan BAHASA TUBUH yang baik juga ketika dengannya. Kalau ia menyukai satu peran, itu berarti ia sangat suka dengan peran itu. 

Lima tahun akhir, otaknya rasanya sangat penuh. Ia jadi memiliki banyak IDE atau GAGASAN. Ayah bunda perlu menjadi teman diskusinya yang asyik. Yang mau mendengarkan. Yang mau terikat dan terlibat. Yang mau out of the box

Perkembangan Sosial dan Emosi

Saatnya MAIN PERAN. Inilah permainan yang paling digemarinya sekarang karena bisa memerankan banyak karakter. Ayah bunda ikut bermain peran. Tidak perlu yang rumit-rumit dan lama-lama. Ia hanya ingin ayah bunda ikut bermain peran dengannya. Kalau ayah bunda bercerita sesuatu maka tolong agar ia dilibatkan dalam cerita itu. Kalau perlu mari dilakonkan bersama-sama. Ia jadi siapa ayah bunda jadi siapa. Biarkan ia total dalam peran itu, ayah bunda juga perlu total dalam peran tersebut. Jangan lupa masukkan nilai-nilai dalam semua peran yang dimainkan.

Ia sudah mampu BEKERJASAMA dengan teman mainnya. Ayah bunda sudah bisa mengizinkan ia bermain dengan teman-teman. Ayah bunda juga boleh bertanya tentang siapa saja teman-temannya. Selepas ia bermain sebaiknya ayah bunda berdiskusi apa yang ia kerjakan dengan teman-temannya.

Aku juga mulai suka caper (cari perhatian). Ayah bunda jangan tersinggung kalau ia sangat EKSPRESIF.

Kalau ia bertikai dengan teman sebayanya, ia sudah malu menggunakan SERANGAN FISIK. Ia mencoba sekarang seperti para politikus, menggunakan SERANGAN BAHASA. Ayah bunda jangan cepat memvonis yaa.

Mungkin ia akan BERBOHONG daripada mengakui tidak ikut prosedur. Ayah bunda perlu memahami dan meluruskan semua yang salah. Hargai semua kebaikan yang ia kerjakan.

Ketika menjelang ENAM TAHUN, ia ada sedikit KEMUNDURAN. Tapi jangan takut, ia mundur untuk maju lagi. Ayah bunda masih ingat kan dengan efek perkembangannya yang berbentuk spiral?

Demikian yang sebaiknya dilakukan ketika anak laki-laki kita berusia 5 tahun. Semoga kita bisa menjadi ayah hebat dan ibu tangguh yang mampu mendidik anak-anak laki-laki kita dengan pendidikan terbaik sesuai fitrahnya dan menjadikan anak-anak kita menjadi anak-anak yang juara dengan akhlak yang baik.

*Sumber : Webinar Ayah IrwanRinaldi dan Ustadz Bendri Jaisyurrahman

  

Sabtu, 20 Maret 2021

Yang Sebaiknya Dilakukan Ketika Anak Laki-Laki Usia 4 tahun

Setelah tuntas kelompok usia dibawah 2 tahun dan kelompok usia 3 tahun, sekarang kita masuk ke kelompok ketiga, yaitu apa yang sebaiknya ayah bunda lakukan ketika anak laki-laki berusia 4 tahun.

Menjelang anak laki-laki ayah bunda BERUMUR 4 TAHUN, ayah bunda jangan kaget kalau ada hal-hal aneh. Perkembangannya MUNDUR lagi seperti anak usia 2 tahun. Itu adalah hal biasa, karena perkembangannya dan anak-anak lain itu sifatnya seperti EFEK SPIRAL yang MENANJAK KE ATAS. Ketika fisik mau berkembang maju, eh psikologisnya turun dulu sebentar.

Oke, tetaplah ayah bunda bersemangat bekerja. Sama seperti bersemangatnya ayah bunda bermain bersamanya. Karena ia tetap akan memberikan ayah bunda kejutan-kejutan yang membahagiakan. Asalkan ayah bunda selalu tetap memberinya rasa aman dan nyaman.

Perkembangan Motorik Kasar

Ayah bunda sudah bisa mengajak adu sprint (lari jarak pendek) dengan anak laki-laki ayah bunda. Ia sudah bisa BERJALAN dan BERLARI dengan baik sekarang. Karena kakinya sudah mulai kuat dan hebat maka ada baiknya ayah bunda membawanya ke alam terbuka. Ada baiknya mengajaknya melakukan berbagai kegiatan yang dapat melatih kehebatan kaki-kakinya.

Bahkan lebih dari sekedar berjalan dan berlari dengan lancar. Ia sudah mampu untuk BERDIRI SATU KAKI dan BERJALAN DI BALOK TITIAN. Meski belum tahan lama-lama. Ini menarik, tolong ayah bunda ciptakan permainan yang mengharuskan ia menggunakan hanya satu kakiku saja. Ia butuh latihan ini meski tahapnya masih tetap pada tahap latihan.

Turun tanggapun ia tidak lagi seperti dulu. Sama seperti ayah bunda, ia menuruni anak tangga dengan KAKI BERGANTIAN. Kalau sebelumnya ayah bunda melihatnya naik tangga dengan kaki satu-satu, maka sekarang ia bisa dengan kaki bergantian. Tugas ayah bunda adalah menemaninya dengan sabar sebab ia sedang menikmati naik dengan kaki kanan dan kaki kiri. Ayah bunda sembari melatih kakinya jangan lupa bercerita dan manfaatkan semua momen bersamanya.

Nah, ini saatnya aku membutuhkan mainan yang BANYAK GERAKNYA. Sepertinya mainan tradisionallah yang paling cocok. Lompat tali, petak umpet dan sejenisnya. Orangtua cari dan gali semua mainan tradisional bangsa kita yang kaya raya ini.

Ia mulai suka dengan permainan TRAMPOLINE. Kalau tidak ada ia masih bisa memanfaatkan tempat tidur. Ayah bunda jangan lekas marah kalau melihat ia lompat-lompat ditempat tidur.

Ia juga suka BERGERAK dan BERGERAK. Berjalan dan berlari. Orang tua sebaiknya menemani kalau ia mau menyeberang jalan karena kadang ia lupa diri. Maunya terus berlari saja

Ia juga seperti KIPAS ANGIN yang TIDAK KENAL LELAH. Maunya terus bergerak, meloncat, berlari kemana saja. Ayah bunda ingatkan saja, karena ia butuh MINUM dan MAKAN agar kesehatannya tetap terjaga.

Perkembangan Motorik Halus

Ia perlu banyak melatih GERAK-GERAK KECIL. Ia butuh latihan MENUANGKAN CAIRAN. Ia sangat membutuhkan melatih bagaimana meronce manik-manik ukuran kecil. Memasukkan pasak kecil ke dalam papan pasak. Yakinlah ayah bunda bahwa main manik dan menuangkan cairan itu bukan pekerjaan ibu-ibu. Ayah bunda kalau punya waktu luang segera ajak ia bermain ini.

Ia juga suka MENYUSUN BALOK yang agak lebih tinggi. Karena ia memliki keterbatasan dalam melihat batas maka cenderung ia merobohkan bangunan-bangunan balok tersebut. Ia sangat membutuhkan ayah bunda menemaniku. Ayah bunda tidak usah sibuk-sibuk membantuku. Ayah bunda cukup memberikan respon dan memberikan semangat saja.

Semua BENDA-BENDA KECIL seperti gunting, potong kuku adalah benda favoritnya. Ia seperti tidak pernah merasa bosan memainkannya. Ayah bunda cukup menamaninya saja.

Pada saat ini ia sudah mampu MENGGAMBAR TUBUH MANUSIA. Meski baru 3 – 4 anggota tubuh. Tapi  lumayanlah, yah. Ini saatnya ayah bunda terus mengajaknya menggambar. Jangan pedulikan hasilnya, yang paling penting adalah latihannya. Ia bisa dengan rutin melatih kemampuan motorik halusnya

Ia juga sudah BISA MELEPASKAN PAKAIAN TANPA BANTUAN. Menggosok gigi. Menyisir rambut. Minum sendiri. Bahkan memasang tali sepatu sekalipun. Ayah bunda pasti bangga padanya. Karena ia sudah bisa mengurangi kerjaan ibu Orangtua. Melipat baju ayah bunda juga aku mau. Berikan kesempatan dan juga apresiasi padanya.

Perkembangan Bahasa dan Komunikasi

Sudah banyak KATA-KATA, sebenarnya mampu ia kuasai sekarang. Ayah bunda teruslah gemar bercerita, teruslah mengenalkan kata dan kalimat kepadanya, teruslah kenalkan dunia buku kepadanya, teruslah berusaha penuhi ia dengan banyak kosa kata baik, dan teruslah menumbuhkan rasa ingin tahunya.

SUSUNAN KALIMATnya tidak lagi susah dimengerti. SPOK (Subyek Predikat Objek dan Keterangan)nya sudah seperti orang yang lebih dewasa. Ia akan mengikuti cara ayah bunda berbahasa atau pola kalimat ayah bunda berbahasa. Makanya sebaiknya ayah dan bunda berbicara dalam pola kalimat yang baik bukan pola kalimat pasar dan seenaknya.

Ini adalah saat menyenangkan dalam hidupnya. Karena ia sekarang sudah dengan gampang MENGHAFAL beberapa lagu yang sering didengar di televisi. Agar ia terhindar dari lagu-lagu yang kurang baik maka ayah bunda perlu untuk kreatif menciptakan lagu yang bagus dan baik. Manfaatkan kesenangannya menghafal ini dengan memberikan hafalan yang patut dan berguna untuk masa sekarang dan masa depan,seperti menghafalkan Al Quran kepadaku. Ini yang program yang terbaik!

Tidak hanya lagu-lagu, ia juga suka BERCERITA. Mau di depan ayah bunda atau di depan teman-teman ayah bunda sekalipun. Ayah bunda selalulah memberikan ruang untuknya tampil bercerita atau yang mirip-mirip dengan bercerita. Karena ia sedang melatih betul kemampuan dan rasa percaya dirinya. Ia juga sedang melatih seberapa banyak kosa kata yang ia punya dan bisa ia sampaikan kepada orang lain.

Ia juga suka MENIRU orang lain dalam berkomunikasi. Angkat bahu kalau tidak tahu. Goyang-goyangkan tangan kalau mau pamitan dan sebagainya. Ayah bunda jangan kaget kalau suka meniru hampir semua gaya. Inilah saatnya dimana ayah bunda harus benar-benar dekat dengannya sehingga ia hanya meniru gaya ayah bunda saja.

Ia juga sudah bisa MENGATUR VOLUME suara kalau lagi berbicara. Walau kadang sering lupa juga. Kalau ia bicara kurang pas menurut ukurannya maka ayah bunda mohon berkenan untuk mengingatkannya sambal memaklumi karena ia sedang proses mencoba intonasi.

Question Tags! Itu istilah bahasa Inggrisnya. Sekarang ia suka mengakhiri perkataanku dengan pertanyaan ”BUKAN?”  Santai saja ayah bunda, jangan terbawa emosi. Ia bukan melawan atau tidak percaya dengan ayah bunda tapi ini memang tahapnya ia sering bicara begitu.

Kalau nanti ia besar mungkin ia akan menjadi seorang orator yang hebat. Kenapa? Karena ia sangat suka MENCOBA KATA atau KALIMAT BARU. Meski kadang sulit dipahami. Tugas ayah bunda membantunya banyak latihan, banyak simulasi, banyak stimulasi dengan cara yang menyenangkan.

Perkembangan Sosial dan Emosi

Ia sudah bisa bergantian. Sudah bisa BEKERJASAMA. Ayah bunda tidak perlu khawatir sekarang kalau ia bermain dengan teman-teman sebayanya.

EMOSI nya memang kadang suka NAIK TURUN. Tapi, ia sekarang MUDAH TERSENTUH. Ia bisa secara spontan berbagi menyenangkan teman mainnya. Ia senang menghadiahkan mainan, sepatu atau pakaiannya. Atau mudah marah kalau ada yang tidak sesuai dengan maunya. Maafkan ya ayah bunda. Pahami saja ya. Masa ini tidak lama kok...

Ia sangat SENSITIF. Ia tidak bisa menunggu lama kalau dijanjikan sesuatu. Oleh karena itu ayah bunda harus hati-hati berjanji padanya. Kalau rasanya ayah bunda susah menepatinya lebih baik jangan janjikan sesuatu.

Menjelang LIMA TAHUN, ia mulai bisa MENGONTROL EMOSI. Meskipun begitu ia masih membutuhkan kehadiran ayah bunda dalam mengontrol perasaannya.

Demikian yang sebaiknya dilakukan ketika anak laki-laki kita berusia 4 tahun. Semoga kita bisa menjadi ayah hebat dan ibu tangguh yang mampu mendidik anak-anak laki-laki kita dengan pendidikan terbaik sesuai fitrahnya dan menjadikan anak-anak kita menjadi anak-anak yang juara dengan akhlak yang baik.

*Sumber : Webinar Ayah Irwan Rinaldi dan Ustadz Bendri Jaisyurrahman

Jumat, 19 Maret 2021

Yang Sebaiknya Dilakukan Ketika Anak Laki-Laki Usia 3 tahun

Setelah tuntas kelompok usia 0 –2 tahun, sekarang kita masuk ke kelompok kedua, yaitu apa yang sebaiknya ayah bunda lakukan ketika anak laki-laki berusia 3 tahun.

Ketika anak laki-laki memasuki usia 3 tahun maka anak sedang memasuki tahap motorik kasar dan halus. Pada masa ini anak laki-laki ayah bunda bertumbuh kembang semakin besar BESAR. Anak ayah bunda tidak lagi manusia kecil sok tahu yang gagu. Ia bisa bergerak dengan lincah. Ia bisa diajak untuk MENDISKUSIKAN sesuatu. Tapi yang pasti tema diskusinya jangan yang berat-berat. Masa usia TIGA TAHUN adalah masa terjadinya banyak PERALIHAN dalam hidup anak laki-laki ayah bunda. Banyak sekali.

Anak mulai mengenal banyak tentang Ayah Bunda. Ia tahu bagaimana sibuknya pagi hari. Ayah bunda sibuk merespon informasi koran dan televisi yang  berloncatan. Ayah bunda juga harus menyiapkan sepatu dan tas. Ayah juga harus membantu ibu memasak, menyiapkan banyak hal. Sebuah keadaan yang sangat ramai dan hiruk pikuk.

Ada EMPAT HAL yang harus Ayah Bunda perhatikan betul kemajuan-kemajuan anak laki-laki ayah bunda : Pertama, Perkembangan MOTORIK KASAR. Kedua, Perkembangan MOTORIK HALUS. Ketiga, BAHASA dan KOMUNIKASI. Keempat adalah SOSIAL EMOSI.

Perkembangan Motorik Kasar

Anak ayah bunda sudah mampu berjalan TANPA JATUH. Ia mampu berjalan MUNDUR. Ia juga bisa BERHENTI dan BERBALIK. Ayah bunda sudah boleh mengajaknya lomba lari. Ayah bunda sangat boleh mengeksplorasi kekuatan kaki-kakinya.

Ia juga hebat NAIK TANGGA dengan KAKI BERGANTIAN tapi masih PEGANGAN. Kalau ayah bunda mengajaknya naik tangga dimana saja maka jangan buru-buru. Berikan kesempatan kepadanya untuk menikmati dengan pelan-pelan satu demi satu tangga. Ayah bunda sangat boleh melatihnya berbagai halangan dengan maksud membuat kakinya semakin kuat dan bagus perkembangannya.

Ia senang MELOMPATI BENDA atau tangga tapi yang rendah-rendah saja. Alangkah indahnya kalau ayah bunda mengajaknya bermain di luar rumah. Di alam lepas. Ia bisa melompati benda apa saja dengan pantauan ayah bunda. Meski tidak harus dengan halangan yang berat-berat lebih dahulu. Sederhana tapi ini rutin ayah bunda lakukan.

KOORDINASI antara tangan dan kakinya udah agak baik. Ia sudah bisa MENGAYUH dan naik sepeda walau sering salah arah. Mungkin ayah bunda bisa membuat alat permainan yang hampir sama dengan prinsip orang naik sepeda. Pada prinsipnya adalah latihlah kemampuan mengayuh. Carikan juga alat permainan yang bisa melatih kedua tangan dan kakiku sekaligus.

Ia juga sudah bisa MELEMPAR-LEMPAR bola. Meski kadang ia takut akan seberapa tinggi dan cepatnya ia melempar bola itu. Kegiatan melempar bola ini juga menarik baginya. Ayah bunda bisa ajak ia untuk melemparlempar apa saja. Sebaiknya hal ini dilakukan di tempat yang agak lapang.

Ia terus mencoba, yah. Berjalan dengan CEPAT ia udah bisa. Sekarang ia mencoba BERDIRI dengan SATU KAKI. Atau ia mencoba MENITI balok titian. Ah, ternyata ia belum bisa lancar yah. Bermain bersama ayah bunda yang ada tantangan berjalan cepat terus pelan-pelan berjalan kaki satu, ini sangat menarik baginya. Atau meniti sebuah garis yang ayah bunda buat di atas tanah lalu lewati garis tersebut bersama juga seru.

Kalau setelah bermain ia tiba-tiba CENGENG, ayah bunda jangan kecewa ya. Ini sering terjadi pada umurnya saat ini. Setelah ayah bunda baca tentang tahap perkembangannya maka ayah bunda akan sabar menanggapi semua yang ia lakukan..

Perkembangan Motorik Halus

Anak laki-laki ayah bunda memerlukan melatih GERAK-GERAK yang KECIL-KECIL atau HALUS-HALUS. MENYUSUN pasak-pasak kayu atau manik-manik, itu permainan yang menarik. Atau kalau Ayah Bunda mau menemaninya. Main TUANGTUANGAN air, juga menyenangkan. Kalau ayah sedang sibuk maka segera berkoordinasi dengan bunda. Tapi jangan sampai Ayah Bunda tidak ikut melatih kemampuan-kemampuannya ini.

Dulu sewaktu usia dua tahun, ia ingin sekali membuat bangunan yang tinggi dan megah. Sekarang rasanya ia sudah mampu. Ya, MENYUSUN BALOK. Membuat istana yang hebat. Sama senangnya ia dengan permainan menyusun puzzle. Jikalau ayah bunda tak mampu untuk membeli balok-balok kayu yang mungkin agak mahal itu maka gunakan saja benda-benda yang bisa aku susun bersama Ayah Bunda. Satu harapannya adalah sambil menyusun bersama maka ayah bunda jangan berhenti bercerita atau menerangkan sesuatu yang positif dan baik untuknya. Tapi, ORANGTUA harus tampilkan dulu contohnya ketika menyusun.

Anak laki-laki ayah bunda memang ingin MENGGAMBAR! Ayah bunda tahu aja apa yang  ia mau. Ia sudah bisa menggambar rumah dan bentuk sederhana lainnya. Di samping rumah ia gambar sebuah pohon yang jarang daunnya. Tapi, jangan tertawakan kalau ia MEMEGANG pensil dan krayon dengan cara yang LUCU. Wow! Hebat Ayah Bunda. Ayo segera sediakan alat –alat untuk menggambar. Ayah bunda mohon sabar untuk tidak mengomentari apa saja yang ia gambar ya. Ia pada hakekatnya sedang latihan memegang pensil dan krayon dengan baik. Latih dan latih terus ya yah.

Nah, untuk kebisaannya yang satu ini pasti Ayah Bunda bangga sekali. Ia sudah bisa MELEPAS BAJU yang BERKANCING. Tapi untuk memakainya ia harus pelan-pelan. Ia sangat membutuhkan latihan untuk pekerjaan yang menarik ini yah. Berikan tantangan untuknya ya Ayah Bunda.

Perkembangan Bahasa dan Komunikasi

Anak laki-laki ayah bunda sekarang mampu MENGUASAI hampir 2000 – 4000 KATA. Menakjubkan kan? Rasa-rasanya ia sudah bisa berdiskusi dengan ayah bunda sampai jauh larut malam. Banyak sekali yang mau ia BICARAKAN tapi kosa katanya terbatas. Hanya satu yang ia minta kepada ayah bunda : gemarlah bicara dan gemarlah mendengar. Kenalkan kosa kata baru kepadanya. Ajak ia bicara dengan melibatkan seluruh kemampuan lahir dan bathin ayah bunda ya. Ia sedang bersemangat MENAMBAH kosa katanya, yah. Makanya ajak terus ia BERBICARA, berdiskusi tentang banyak hal.

Cuma mohon dimengerti, walau ia memiliki ribuan kata-kata tapi ia masih AGAK SUSAH menyusun KALIMAT SEMPURNA. Yah, paling-paling untuk bicara ia baru bisa MENGGUNAKAN 3 – 4 KATA. Tak ada kata lain bagi ayah bunda adalah terus menjadi partnernya dalam melatih kemampuan berbahasa dan hindari kejenuhan.

Dan jangan lupa Ayah Bunda. Ia TIDAK terlalu BISA mengganti topik pembicaraan dengan MENDADAK. Kadang-kadang ia SALAH MEMASANG kata-kata. Kata NAIK untuk kegiatan TURUN. Dan kata TURUN untuk kegiatan NAIK.  Pahami dan terima caranya berbahasa apa adanya ya ayah bunda. Hindari memvonis atau memotong komunikasinya. Hindari untuk merubah topik secara tiba-tiba yaa ayah bunda.

Ia amat senang karena ayah bunda adalah penyuka seni juga. Ayah bunda senang BERNYANYI. Ia suka dengan lagu-lagu yang ada pengulangan-pengulangannya. Ya semacam RYMING gitulah. Meski berat bagi ayah bunda untuk terlibat untuk kegiatan yang satu ini tapi apa boleh buat. Ia tahu ayah bunda tidak terlalu suka bernyanyi. Cobalah ayah bunda bernyanyi apa saja liriknya terutama kalau setiap akhir dari liriknya itu sama.

Ia juga mulai sering bertanya dengan kata : SIAPA, APA, DIMANA dan KENAPA. Tapi, entah kenapa ia masih BINGUNG MENJAWAB kalau orang  bertanya dengan pertanyaan yang sama. Pahami saja ya ayah bunda keadaannya ini. Tapi terus sajalah ajak ia berbicara.

Ia juga masih bingung dalam menggunakan KATA KETERANGAN WAKTU, yah. Kadang-kadang tercampur antara kata SEBELUM dan SESUDAH. Ia minta ayah bunda sering mencontohkan soal keterangan waktu ini. Kapan kata ’sebelum’ bisa ia gunakan dan kapan kata ’sesudah’ digunakan. Sering-sering aja ayah bunda. InsyaAllah lama-lama ia akan paham juga.

Nah, ini saatnya ia gantian bercerita untuk ayah bunda. Ia sudah bisa BERCERITA Ayah Bunda. Meski seringkali ia lupa mana yang awal mana yang tengah dan mana yang belakang. Bercerita adalah kegiatan yang juga ia butuhkan dari ayah bunda. Ayah bunda temani dan pancing-pancing agar ia senang bercerita meski sering tidak jelas urutannya.

Perkembangan Sosial dan Emosi

Ia terus tumbuh jadi dewasa ORANGTUA. Baik secara fisik dan psikologis. Sekarang ia sudah bisa dan biasa bermain dengan TEMAN SEBAYAnya. Ia berharap ayah bunda tidak cemburu kalau pada saat ini ia mulai berpikir dan menyukai bermain dengan teman sebaya. Bermain dengan teman sebaya baginya adalah sebagai sebuah bentuk perkembangan diri. Meskipun ketika bermain-main seringnya mereka bermain masih sendiri-sendiri

Dalam bermain dengan teman sebayanya, ia mulai merasakan banyak hal yang kadang ia tidak setuju. Banyak hal yang  membuat ia menemui konflik yang sebenarnya ia TIDAK SUKA. Ia memang masih sulit untuk BERBAGI. Nah, ia membutuhkan peran orang dewasa untuk menyelesaikan konflik diantara mereka. Latihlah ia untuk menerima berbagai perbedaan, kekalahan dan kesalahan. Ajarkan ia agar ia mampu menerima bahwa di dunia ini ia bukanlah satu-satunya orang paling hebat di dunia ini. Dalam setiap berhubungan dengan teman sebaya dipastikan ia sering berbeda pendapat. Mereka berkonflik. Ia butuh ayah bunda untuk menyelesaikan konflik itu. Tapi ayah bunda jangan jadi wasit. Tetaplah ayah bunda berada di titik objektif.

Ia mulai sering KECEWA, kalau mainan kurang lengkap alat-alatnya. Maafkan ia ya ayah bunda. Ayah bunda boleh membantunya untuk mengingatkannya menyiapkan wadah untuk mainannya. Kalau sudah ada wadah dan tempat maka ia tidak akan kehilangan mainan. Karena kalau kehilangan mainan maka ia sering marah dan kecewa

Mungkin karena usianya. Kadang ia ingin diperlakukan seperti ANAK-ANAK BESAR tapi kadang ia masih suka KOLOKAN. Menghisap ibu jari, marah, memukul misalnya. Ini memang masa-masa sulit baginya dan ayah bunda juga. Ia sering moody. Kadang ingin diperlakukan sebagai orang dewasa tapi kelakuannya masih anakanak banget, harap ayah bunda pahami saja.

Tapi, meskipun begitu ia sekarang sudah mampu MENGEKSPRESIKAN RASA takut, senang, bahagia dan sebagainya. Kalau ia kecewa atau sedih atau gembira maka ia sudah sangat bisa menyatakannya persis seperti apa orang sedih, gembira dan lainnya. Ini aku dapat dari ayah dan bunda.

Demikian yang sebaiknya dilakukan ketika anak laki-laki kita berusia 3 tahun. Semoga kita bisa menjadi ayah hebat dan ibu tangguh yang mampu mendidik anak-anak laki-laki kita dengan pendidikan terbaik sesuai fitrahnya dan menjadikan anak-anak kita menjadi anak-anak yang juara dengan akhlak yang baik.

*Sumber : Webinar Ayah IrwanRinaldi dan Ustadz Bendri Jaisyurrahman