Tampilkan postingan dengan label Perjalanan Hidup. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label Perjalanan Hidup. Tampilkan semua postingan

Sabtu, 09 April 2011

Memori Sungai Bingei : Samurai Mencari Jejak

Setelah romansa bersama jeram dan makan siang, kami kembali berkumpul dilapangan untuk melakukan aktifitas lainnya. Kami mulai siang ini dengan berfoto bersama dahulu sebelum membakar kembali kalori kami. Diawali dengan foto bersama setiap fungsi dan jabatan hingga foto tim sumatera secara keseluruhan.


Setelah berfoto, aktifitas pembakaran kalori pun dimulai kembali. Dibuka dengan pemanasan untuk melemaskan otot-otot kami yang telah lama kaku karena tidak sering dilatih dan mungkin terkejut oleh ulah jeram sebelumnya. Setelah pemanasan, kelompok kemudian dibagi dua, kami akan melakukan peperangan secara kolosal dan saling membunuh. Kami adalah para samurai yang menggunakan jari tangan kami sebagai senjatanya. Oleh karena itu pertempuran ini dinamakan sebagai Finger Samurai!!. Masing-masing kelompok berdiskusi panjang memutuskan strategi yang akan digunakan untuk memenangi pertempuran berdarah ini. Setelah memutuskan strategi yang digunakan, kami pun menetapkan nama binatang sebagai sandi pertempuran.

Pertempuran siap dimulai. Kedua kelompok saling memandang dan tidak mau kalah. Mata kami saling menatap. Senjata sudah disiapkan. Dan pertempuran pun dimulai. Seraaaang... Dan komando menyebutkan sandi pertempuran kami.. nyeeettt.... Lawan tidak mau kalah dengan menggunakan sandi gajah... Jari kami siap bertempur.. Dan disaat jari ini ingin menghabisi lawan, sandi kami tiba-tiba berubah.. jiiiiing... Dan lawan kami pun protes karena taktik kami... Ketipu deeeh... Hingga pertempuran diulang kembali hingga dua kali. Dan akhirnya karena kalah, kami pun siap memberikan pijatan terbaik kami untuk lawan kami.

Selesai menjadi samurai, kelompok kemudian dibagi kembali menjadi 6 kelompok, untuk memulai petualangan selanjutnya. Petualangan pun dimulai, diawali dengan aktifitas memasukkan ban karet ke dalam kayu yang terpancang setinggi orang dewasa, dimana ban tersebut sudah dipasang jaring sebagai perangkap dan kami dibekali kumpulan kayu dengan panjang yang tidak sama sebagai alat bantu kami. Jaring sengaja dipasang dan tidak boleh tersentuh oleh kayu yang terpancang dan kayu alat bantu kami. Tangan kami juga dilarang digunakan untuk memegang ban tersebut. Setelah dua kali mencoba kelompok kami pun berhasil menyelesaikan permainan ini. Dan bersiap melanjutkan ke petualangan selanjutnya. Akan tetapi, dimana dan seperti apa petualangan selanjutnya?

Untuk menuju ke permainan selanjutnya, kami pun harus mencari lokasi permainan selanjutnya dengan mencari petunjuk-petunjuk yang ada di jalan. Petunjuk bisa berupa tali rafia warna warni, kertas, atau apapun. Petualangan dilanjutkan kembali, di tengah perjalanan menuju kelokasi yang dicari, kami menemukan kebun jagung yang rasanya sayang jika tidak diabadikan.

Setelah mencari sekian waktu, tibalah kami ke lokasi permainan selanjutnya. Di lokasi ini, kami dibekali tali tambang plastik, hulahup, dan potongan botol air mineral. Kami ditugaskan menyelamatkan bom bola dari dalam tabung dengan menggunakan alat tersebut, akan tetapi karena sekitar wilayah tersebut steril, maka kami pun hanya boleh melakukannya diluar wilayah steril tersebut dan tidak dibolehkan masuk ke dalam wilayah... Setelah berpikir sejenak, proses dimulai dan kami berhasil mengeluarkan bom dengan waktu yang sangat cepat. Sehingga kami bisa melanjutkan petualangan kembali menuju ke titik akhir permainan. Sesampainya di titik akhir, kami kembali istirahat sejenak untuk berganti pakaian, makan malam, atau sekedar canda gurau sebelum melanjutkan ke aktifitas berikutnya.

Ba'da isya, kami berkumpul di sekitar tenda yang rencananya akan kami gunakan untuk tidur dimalam hari. Kayu-kayu mulai dari ukuran besar hingga kecil bertumpuk ditengah dan api unggun pun dimulai. Canda gurau mewarnai acara api unggun ini dengan diselingi pengumuman kelompok terbaik arung jeram dan jejak petualang sebelumnya. Dan ternyata untuk jejak petualang, kelompok kami adalah yang terbaik karena mengumpulkan poin paling tinggi... Mahkota daun pun siap dipakai perwakilan kami... Hoorrraayyy...

Setelah acara api unggun, sejatinya kami dibebaskan untuk istirahat. Akan tetapi karena masih ingin beromansa, banyak dari kami yang berkumpul di pendopo untuk sekedar bertukar gelak tawa atau menyanyikan lagu riang gembira. Begitu riangnya hingga tak terasa waktu tiba-tiba sudah menginjak subuh. Sehingga kami beristirahat sejenak setelah subuh karena harus kembali ke kota masing-masing menjelang siang. Sekitar pukul 10 pagi kami mulai berkemas-kemas untuk kembali ke kota-masing-masing. Kami berpisah dengan membawa pengalaman mengarungi jeram dan berpetualang yang sangat mengasyikkan. Petualangan tim sumatera yang rasanya akan sulit diulangi karena sekarang wilayah kami sudah terbagi menjadi 2 area.

Sabtu, 02 April 2011

Memori Sungai Bingei : Menari Diatas Jeram

Tak terasa bulan ini area tempat kami bekerja akhirnya dipecah menjadi dua area, Sumatera Bagian Utara dan Sumatera Bagian Selatan, setelah sekian puluh tahun hanya satu area Sumatera. Entah kenapa saya tiba-tiba teringat acara tutup tahun lalu di Sungai Bingei , Kabupaten Langkat, Sumatera Utara.

Acara ini sebenarnya diprakarsai oleh kepala area kami dengan tujuan mensinergikan area kami agar menjadi suatu tim yang utuh dan saling melengkapi. Hari itu, Sabtu 18 Desember 2010, kami semua, pemegang amanah dari Lampung hingga Aceh, berkumpul di salah satu kantor cabang kami di Jalan Adam Malik, Medan. Kira-kira pukul 8 pagi, kami mulai konvoy menuju lokasi yang diinginkan, kira-kira setelah memakan waktu satu setengah perjalanan, akhirnya kami sampai juga di Sei Bingei.

Kami berhenti sejenak di basis Bingei Rafting, yang menjadi operator acara permainan kami, yang terletak dibibir sungai. Desiran angin dan suara aliran sungai sungguh menggoda untuk dijamah dan membuat kami tidak sabar untuk segera bercengkrama dengan jeram. Syukur tidak lama kemudian, akhirnya kami sudah dapat menuju ke tempat peralatan untuk memilih peralatan yang telah disiapkan seperti helm, dayung, dan pelampung untuk keselamatan kami. Dan seperti lazimnya tempat arung jeram lainnya, setelah memilih peralatan, kami pun segera menuju ke lokasi start permainan di sanggapura dengan menggunakan truk.

Sepuluh, dua puluh, hingga tiga puluh menit perjalanan ternyata kami belum sampai menuju lokasi. Beruntung kami mengisi waktu perjalanan dengan canda gurau yang cukup mengocok perut kami, mulai dari berakting menjadi sapi yang akan menuju ke tempat penyembelihan, saling meledek, dan canda lainnya yang membuat waktu yang dilalui menjadi tidak begitu terasa hingga akhirnya kami benar-benar sampai di bibir sungai. Buih buih sungai yang menyapa benar-benar membuat perjalanan tanpa akhir kami sebelumnya menjadi tidak terasa.


Kami berkumpul kembali untuk dibagi kelompok menjadi 9 kelompok dimana masing-masing kelompok diberikan pendamping yang berfungsi sebagai kapten kapal, setelah mendengarkan instruksi sejenak dan memilih kapal yang akan digunakan akhirnya kesempatan kami untuk bergumul dengan sungai datang juga. Dengan menggotong perahu karet yang akan kami gunakan, kami pun segera menuju ke titik awal petualangan, riak sungai dan jeram benar-benar memanggil kami seakan tak sabar untuk kami jamah yang mwmbuat adrenalin kami semakin tinggi.

Hingga akhirnya kami benar-benar memulai mengarungi sungai tersebut. Perahu kami mulai menari-nari mengikuti irama jeram, sesekali tarian perahu kami terhenti ketika tersangkut kumpulan batu yang membentang di sungai sehingga kami harus turun untuk mengeluarkan perahu kami dari cengkraman batu yang menghalangi. Ketika berhadapan dengan jeram yang berat sesekali kami terhempas, bahkan ada salah seorang rombongan kami yang berada di perahu lain yang sempat terlempar ke sungai, beruntung kami dibekali perlengkapan yang membuat keselamatan kami lebih terjaga.


Sesekali kami mendapatkan kesempatan untuk meninggalkan perahu dan berenang di saat arus tenang. Disalah satu arus yang tenang kami bahkan mendapat kesempatan untuk melompat kesungai dari bukit setinggi sekitar 10 meter. Rasa penasaran dan khawatir bercampur aduk ketika tawaran melompat diberikan ke kami, akan tetapi karena adrenalin sudah terlanjur tinggi akhirnya beberapa dari kami mencoba untuk melompat dari bukit ke sungai untuk menaklukkan rasa khawatir kami. Byurrrr…. Dan ajaib, ternyata setelah melompat kami semakin penasaran dan kembali lagi ke atas bukit untuk melompat lagi dan lagi.


Perjalanan pun dilanjutkan kembali, setelah melewati arus tenang yang ke sekian kali akhirnya kami mendapat tantangan lain. Sebuah gemuruh air dari bendungan telah terdengar jelas di telinga kami seolah menantang untuk ditaklukkan. Bendungan setinggi 8 meter yang konon tertinggi di Indonesia untuk arung jeram. Setelah mendengarkan instruksi sejenak, kami pun mulai menuju bibir bendungan untuk menyambut undangan gemuruh bendungan tadi. Semakin dekat.. Semakin dekat.. Dan.. Booom… Kami pun merebahkan tubuh kami agar tidak terhempas dari perahu. Perahu pun melayang. Akan tetapi meskipun sudah berusaha untuk merebahkan diri, ternyata saya sempat terhempas hingga terbalik dan bibir dayung saya membuat pipi kepala area operasional kami merah terkena tamparan sang dayung.. Beruntung bagi saya, karena ternyata beliau tidak marah… Ups, maaf ya bu…


Ternyata bendungan tadi merupakan titik akhir dari perjalanan kami dalam menaklukkan jeram. Sungguh waktu dua jam lebih dalam petualangan ini benar-benar terasa kurang dan berlalu terlalu cepat. Akan tetapi kami memang harus benar-benar menyelesaikan keintiman kami dengan jeram sei bingei, karena sudah ada rangkaian permainan lain yang menanti untuk kami sapa.