Senin, 16 November 2020

Mengenal Perbedaan Mendidik Anak Laki-Laki dengan Anak Perempuan

Setiap anak yang diamanahkan ke kita, baik laki-laki maupun perempuan, semuanya merupakan titipan dari Allah Azza Wa Jala. Amanah wajib untuk dijalankan dengan sebaik-baiknya. Salah satu amanah yang wajib dijaga adalah mendidik dan menjaga fitrahnya, menjaga sikap dasar yang diberikan kepada anak laki-laki dan anak perempuan. Karena seperti banyak pendapat, bayi itu ibarat kertas putih, tergantung bagaimana orangtua melukisnya, maka demikianlah nanti kehidupannya.

Perbedaan umum anak laki-laki dengan anak perempuan menurut beberapa penelitian

Dalam persepsi umum, perilaku anak laki-laki sering digambarkan sebagai pribadi yang agresif dan super aktif, sedangkan anak perempuan merupakan pribadi yang peka dan lembut. Menurut Dr. Robin Alter, PhD, CPsych, psikolog klinis dari Amerika Serikat, anak laki-laki lebih menghargai tindakan dan bukan kata-kata. Bagi anak laki-laki, actions simply speak louder and more clearly. Sementara itu, anak perempuan lebih menghargai kata-kata, karena bagi perempuan, melalui kata-kata, seseorang dapat mengekspresikan hubungannya dengan orang lain.

Dalam hal perbedaan otak dan cara berpikir, Psikopatolog Inggris, Simon Baron-Cohen, PhD, penulis The Essential Difference: The Truth About the Male and Female Brain (Perseus, 2003), menemukan bahwa rata-rata otak perempuan lebih baik dalam berempati dengan orang lain, sedangkan rata-rata otak laki-laki lebih baik dalam penyusunan dan memprediksi hasil atau konsekuensi.

Dalam hal komunikasi, psikolog klinis terkenal asal AS, Wendy Mogel, Ph.D., menjelaskan, bahwa keterampilan bahasa pada anak laki-laki berkembang lebih lambat daripada anak perempuan. Sebagian besar ucapan laki-laki dapat dipahami oleh orang lain pada usia 4 ½ tahun. Untuk itu hindari ‘kritik konstruktif’ menggunakan kata-kata abstrak saat berbicara pada anak laki-laki. Gunakanlah kata-kata yang jelas, konkret, dan dengan tempo bicara yang lebih lambat. Sedangkan, ucapan anak perempuan pada umumnya dapat dipahami oleh orang lain di usia 3 tahun. Hal ini karena corpus callosum (jaringan saraf yang menghubungkan kedua belahan otak) anak perempuan yang memfasilitasi komunikasi lebih tebal. Rata-rata, anak perempuan mengatakan dua atau tiga kali lebih banyak kata per hari daripada anak laki-laki, dan berbicara dua kali lebih cepat. Untuk membantu mempertahankan otoritas di depan anak perempuan, maka bicaralah dengan cukup cepat untuk menarik minatnya, tetapi tidak secepat saat ia berbicara.

Dalam hal emosi, anak laki-laki mengalami kecemasan berpisah dengan orangtua atau pengasuhnya (separation anxiety) lebih besar dari anak perempuan. Sebelum berusia 3 tahun, mereka juga lebih mudah menangis dibanding anak perempuan. Seiring bertambahnya usia, sistem saraf otonom anak laki-laki (yang mengatur detak jantung, tekanan darah, dan pencernaan) menyebabkan mereka bereaksi terhadap stres atau konfrontasi dengan excitement atau kegembiraan. Untuk itu, jika ingin membicarakan soal perasaan atau emosi pada anak laki-laki, cobalah membicarakannya secara tidak langsung. Misalnya, dengan membaca buku cerita pengantar tidur dan kemudian membahas tentang apa yang terjadi pada karakter di buku itu, atau dengan bertanya dengan detail tentang mimpinya. Sedangkan bagi anak perempuan, kemampuannya untuk membaca isyarat sosial membantu mereka lebih mudah menyesuaikan diri dengan lingkungan baru. Sistem saraf otonom mereka membuat mereka bereaksi terhadap stres dengan menarik diri dan meninggalkan situasi tersebut, atau merasa pusing, mual, dan takut. Sehingga apabila anak perempuan pulang membawa kabar buruk dengan ekspresi sedih dan marah, berikanlah respon penuh empati serta kepedulian, dengan mendengarkan seluruh ceritanya dengan tenang dan tanpa menunjukkan emosi negatif.

Mengenal Mendidik Anak Laki-Laki dan Anak Perempuan Dalam Islam

Dalam sebuah workshop, Ustadz Bendri Jaisyurahman dan Ayah Irwan Rinaldi, menjelaskan secara gamblang tentang bagaimana mendidik anak laki-laki dan anak perempuan berdasarkan Al Qur’an dan As Sunnah. Seperti dijelaskan diatas kalau setiap bayi yang lahir membawa fitrahnya masing-masing, seperti yang tercantum dalam hadits riwayat Bukhari, “Tidaklah seorang bayi yang lahir kecuali dalam keadaan fitrah. Maka kemudian kedua orang tuanyalah yang akan menjadikan anak itu menjadi Yahudi, Nashrani atau Majusi”. Makna fitrah dalam hal ini memang lebih banyak merujuk ke tauhid, tapi meskipun begitu, selain tauhid, makna fitrah juga merujuk ke apa-apa yang dibawa manusia sejak lahir, termasuk fitrah seksualitas. Oleh karena itu kita bisa mengibaratkan fitrah seperti ‘software’ yang ditanam dalam setiap bayi, orang tuanyalah yang mengaktifkan atau merusaknya.

Karena masing-masing memiliki fitrah, maka cara mendidiknya pun berbeda. Yang harus kita tekankan adalah hanya ada dua jenis kelamin manusia, yaitu laki-laki dan perempuan. Tidak ada tengah-tengah atau waria! Dalilnya terdapat pada Surat Al Hujurat ayat 13 “Hai manusia, sesungguhnya Kami menciptakan kamu dari seorang laki-laki dan seorang perempuan…..”. Tentunya antara anak laki-laki dan anak perempuan memiliki keunikannya masing-masing seperti yang tertuang dalam Surat Ali Imran ayat 36, “….. dan anak laki-laki tidaklah seperti anak perempuan..”. Maksudnya disini adalah perbedaan laki-laki dan perempuan tidak hanya sebatas semata fisik, akan tetapi juga fungsi, struktur otak. Oleh karena karakteristiknya berbeda, tentu cara mendidiknya akan berbeda juga.

Salah satu pendidikan yang perlu ditanamkan adalah pendidikan seksualitas. Perlu dicatat kalau seksualitas berbeda dengan seks. Karena seks hanyalah sebatas alat kelamin, hubungan kelamin, atau menjadi laki-laki atau perempuan. Sedangkan seksualitas lebih dari sekedar seks dan mencakup totalitas pribadi; apa yang kau percayai, rasakan, pikirkan & bagaimana bereaksi; bagaimana kita berbudaya, bersosial & berseksual; bagaimana tampil ketika berdiri tersenyum, berpakaian, tertawa & menangis; dan menunjukkan siapa diri kita.

Oleh karena itu seksualitas yang diharapkan adalah seksualitas yang benar, lurus, dan sehat. Benar maksudnya sesuai dengan panduan agama, etika dan nilai sosial. Dalam hal ini berlakulah hukum-hukum syari yang sesuai dengan jenis kelaminnya. Lurus maksudnya sesuai dengan fitrah. salah satu contohnya, fitrah laki-laki diluar rumah dan fitrahnya wanita dirumah. Sedangkan sehat maksudnya sesuai dengan prinsip kesehatan. Untuk mendidik seksualitas yang benar, lurus, dan sehat diperlukan persepsi positif dan role model yang baik.

Belajar dari keluarga terbaik. Dalam mendidik anak laki-laki dan mendidik anak perempuan, kita bisa belajar dari keluarga terbaik yang terdapat dalam Al Quran Surat Ali Imron ayat 33, “Sesungguhnya Allah telah memilih Adam, Nuh, keluarga Ibrahim dan keluarga 'Imran melebihi segala umat”.

Apa beda keluarga Ibrahim dan keluarga ‘Imran? Dalam hal apa kita bisa belajar dari keluarga Ibrahim dan keluarga ‘Imran? Mari kita jabarkan perbedaan mendasarnya… Keluarga Ibrahim merupakan Nabi, Nabi Ibrahim menjalankan pernikahan poligami, tinggal berpindah-pindah dan nomaden, memiliki banyak anak dan kesemuanya laki-laki, memiliki keluarga yang lengkap (full parent), dan dari keluarga Ibrahim kita bisa belajar pengasuhan anak-laki-laki. Sedangkan keluarga ‘Imran bukan berasal dari Nabi, pernikahannya monogami, tinggal menetap di Palestina, memiliki anak tunggal yang bernama Maryam, single parent karena ‘Imron meninggal sebelum Maryam lahir, sehingga Maryam diasuh oleh Hannah binti Faqudha (istri ‘Imron), dan dari keluarga ‘Imron kita bisa belajar pengasuhan anak perempuan.

Target pengasuhan. Dari keluarga Nabi Ibrahim kita bisa belajar pengasuhan anak laki-laki, diantaranya belajar dari pengasuhan Nabi Ishaq dan Nabi Ismail. Sehingga target pengasuhan anak laki-laki adalah menjadi ‘nabi’. Masalahnya kenabian itu tidak mungkin terjadi semenjak wafatnya Rasulullah, berarti yang kita pelajari adalah sifat-sifat kenabian yang diantara modelnya adalah Nabi Ishaq dan Nabi Ismail. Ishaq dalam surat al Hijr ayat 53 disebut memiliki sifat yang cerdas, sedangkan Ismail dalam surat ash Shaffat ayat 101 disebut memiliki sifat yang sabar. Artinya dalam mendidik anak laki-laki, salah satu sasarannya adalah anak laki-laki kita harus menjadi anak yang cerdas, tidak mudah bilang ‘terserah’, dalam arti mampu menjadi problem solver bagi masyarakat, menjadi ahli ilmu, dan ahli dalam bidang apapun. Sasaran berikutnya adalah anak laki-laki itu harus sabar, dalam arti tangguh dalam melewati kesulitan, tidak mudah stress, tidak pantang menyerah, dan tidak ‘lembek’. Sedangkan dari keluarga ‘Imron kita bisa belajar pengasuhan anak perempuan, diantaranya belajar dari bagaimana Hanna binti Faqudha mengasuh Maryam, dengan target pengasuhan menjadi wanita suci dan pendukung 'kenabian'.

Demikian gambaran perbedaan pendidikan anak laki-laki dan anak perempuan secara umum. Semoga kita bisa menjadi ayah hebat dan ibu tangguh yang mampu mendidik anak-anak kita dengan pendidikan terbaik sesuai fitrahnya dan menjadikan anak-anak kita menjadi anak-anak yang juara dengan akhlak yang baik.

Minggu, 15 November 2020

Salah Satu Ayah Hebat Itu Bernama Abdulmanap Nurmagomedov


Today I want to say this is my last fight. No way am I coming here without my father. When UFC comes to me about Justin [Gaethje] I spoke with my mother for three days. She didn't want me to fight without my father. I promised to her this was going to be my last fight and if I give her my word, I have to follow through with this.

Be close to your parents because one day you never know what's going to happen

Pernyataan Khabib Nurmagomedov di oktagon untuk pensiun dari dari ajang UFC sesaat setelah bertarung dengan Justin Gaethje sempat membuat saya kaget, karena Khabib pensiun justru disaat dia berada pada top performance. Akan tetapi ketika saya melihat alasan kenapa Khabib pensiun dini di ajang yang membesarkannya, saya pun mengerti dan langsung berpikir kalau orang tua Khabib pastilah orang hebat. Apalagi setelah melihat posting pertamanya di Instagram setelah pensiun… Khabib tidak pesta merayakan kemenangannya, akan tetapi justru posting ucapan terimakasih ke ayahnya dengan pesan yang sarat makna.. “When Allah with you, nobody can broke you, nobody… Thanks Father for everything, you teach all my life, may Allah grant you the highest Paradise

Ayah Khabib pastilah ayah hebat dimata anak-anaknya karena bisa menanamkan banyak nilai positif dimata anaknya, hal ini bisa dilihat dari beberapa postingan Khabib lainnya tentang bagaimana dia sangat menghormati Abdulmanap Nurmagomedov, ayahnya.. “Without good fathers there is no good parenting despite all schools – The quote is not mine.. but I totally agree with it” atau “Father is the pillar of life

Lalu siapakah Abdumanap Nurmagomedov? Apa yang sudah dilakukannya hingga beliau begitu dihormati anak-anaknya dan mampu mencetak anak juara?

Abdulmanap Nurmagomedov lahir di Sildi, Dagestan, Uni Soviet, 10 Desember 1962. Beliau merupakan pelatih sambo ternama Dagestan yang merupakan juara sambo dan judo. Seperti dilansir Yandex, Abdulmanap telah menelurkan 18 juara dunia, enam di antaranya merupakan juara dunia gulat gaya bebas dan sisanya merupakan juara dunia mixed martial arts. Beliau juga merupakan ayah sekaligus pelatih Khabib Nurmagomedov yang merupakan atlet pound for pound nomor 1 UFC. Selain Khabib banyak juara dunia sambo dari Rusia yang merupakan anak asuh Abdulmanap. Dalam dunia gulat bebas Hasan Magomedov, Dabadan Omarov, dan Saidbek Darbisyev, adalah tiga dari enam juara dunia yang pernah dilatih Abdulmanap. Pada September 2019, Abdulmanap Nurmagomedov masuk dalam daftar rekor juara sambo Rusia.

Dalam mencetak juara Abdulmanap sudah membuat roadmap untuk mencetak anak-anak juara yang berkarakter, contohnya adalah Khabib. Kita bisa melihat dari apa yang dilakukan Abdulmanap dalam melatih Khabib.

Menanamkan kedisiplinan. Meski selalu melatih gulat dan bertarung, namun Abdulmanap tetap mengajarkan kedisiplinan dalam berbagai hal. Termasuk soal prinsip. Ia bahkan mewanti-wanti anaknya itu untuk melakukan pukulan hanya di pertandingan saja. "I warned him. For me, discipline comes first. You do whatever you want in the Octagon, but outside, this is the border of civilians, where there are children, women, strangers" Masalah kedisiplinan ini juga disampaikan Javier Mendez, "Apa yang saya tidak punya adalah kemampuan ayah Khabib sebagai motivator yang besar… Dia menawarkan kedisiplinan, kepercayaan dan juga rasa menghormati. Saya juga mempunyai masalah yang sama, jadi saya tahu betul seperti apa rasanya. Anda sudah pasti tidak ingin membuat dirinya kecewa,"   Abdulmanap juga membiasakan Khabib dan saudaranya berolahraga setiap pagi. Itu adalah sebuah keharusan. Ia biasa menyuruh Khabib untuk naik turun gunung.

Menanamkan pentingnya agama dalam menjalani kehidupan. Hal ini bisa dilihat dari kebiasaan Khabib dan anak asuhnya ketika menang yang selalu menunjukkan jarinya keatas yang bisa diartikan “Semua kesuksesan ini karena Allah, bukan karena saya pribadi.” Atau postingan Khabib mengenai Surat Al Isra ayat 23 yang ditutup “Ridha Tuhan itu di dalam ridhanya orang tua, dan murka Allah itu di dalam murka orang tua.” Atau yang baru-baru ini tentang bagaimana postingan Khabib mengenai Macron setelah apa yang terjadi di Perancis.

Melatih Khabib bertarung dengan beruang. Abdulmanap ternyata memiliki alasan tersendiri mengapa ia memilih beruang untuk menjadi lawan bertarung Khabib. Sebab, Abdulmanap tak melihat adanya anak-anak seusia Khabib yang mampu menandingi putranya tersebut. Selain itu, bergulat melawan beruang juga dianggap Abdulmanap akan membentuk mental bertarung Khabib. Benar saja, ketika dewasa, Khabib tak memiliki rasa takut untuk menghadapi petarung mana pun. “Pertama, seorang ayah selalu ingin memeriksa kemampuan anaknya. Sangat disayangkan bahwa tidak ada perkelahian yang lebih menarik ketika dia masih muda. Pada akhirnya, ini ujian karakter yang lebih dari sekadar olahraga,” ujar Abdulamanap ketika masih hidup.

Berkorban demi membuat tempat berlatih dirumah. Mengingat kondisi Dagestan, tempat tinggalnya, yang rawan konflik, Abdulmanap berusaha keras membuat ruang gym di dalam rumah untuk digunakan sebagai tempat berlatih, sekalipun harus menjual empat lembunya.

Mengajarkan ketegasan kepada Khabib memasuki usia remaja. "Setelah [anak-anak] berusia 15-16 tahun, saya bersikap tegas kepada siapa pun, termasuk Khabib," ujar Abdulmanap dilansir Russia Today.

Mengajarkan bahasa universal sebagai bekal masa depan. Harus diakui bahwa Abdulmanap adalah seorang yang visioner. Ia tahu bahwa anak-anaknya memiliki bekat untuk menjadi petarung hebat, maka ia menyuruh anak-anaknya untuk belajar Bahasa Inggris  dan Bahasa asing lain agar lancar dalam berkomunikasi dan mempermudah melebarkan sayapnya. Hal ini pun berhasil.. Kita bisa lihat pada case Khabib, pada awal bertarung Khabib masih menggunakan bahasa Rusia untuk wawancara. Dia bahkan membutuhkan jasa penerjemah untuk menemaninya dalam hal berkomunikasi selama di Amerika Serikat. Kini, Khabib sudah lancar dalam berbahasa Inggris. Khabib bahkan juga sudah bisa berkomunikasi menggunakan Bahasa Turki dengan baik.

Itulah beberapa pelajaran yang bisa diambil dari kisah Abdulmanap Nurmagomedov, semoga kita juga bisa menjadi ayah hebat yang melahirkan anak-anak juara seperti Abdulmanap Nurmagomedov. Anak juara yang berprestasi, mampu menjadi pemimpin bagi masyarakat, dan baik akhlaknya.

Rabu, 04 November 2020

Yuk Ayah Bayar Hutang Pengasuhan

Ayah hebat adalah ayah yang gemar memperbaiki dirinya, gemar melihat ke dirinya,  gemar untuk menutup, mengisi ransel-ransel pengasuhannya yang usang dan kemudian dipebaiki, digunakan untuk hal-hal yang jauh lebih bagus lagi dengan tujuan agar anak menjadi generasi yang jauh lebih hebat dari generasi ayah.

Hutang pengasuhan adalah sesuatu yang sudah jadi dulu dan kemungkinan sudah lama sekali terjadi. Misalnya ketika anak kita sudah besar, tiba-tiba kita terperanjat dan mengatakan.. ‘kok bisa jadi begini ya?’ ‘kok anak saya sudah besar, badannya gagah, wajahnya ganteng.. tapi kenapa dia tidak perduli dengan orang lain?’ atau ‘…kenapa dia tidak mau menolong orang lain?’ atau ‘…kenapa dia tidak ada hormatnya ke orang yang lebih tua darinya?’  atau ‘…kenapa dia tidak punya rasa empati ya?’ atau ‘...kenapa dia antisosial ya?’ atau ‘…kenapa dia emosional ya?’

Sejatinya, inilah yang disebut dengan hutang pengasuhan. Yang terjadi dari pola pengasuhan yang sudah lama atau sejak anak ayah kecil dan terjadi berulang kali yang akhirnya membuat empatinya tumpul.

Checklist untuk membayar hutang pengasuhan dibeberapa buku fathering memang ada, tetapi ayah perlu kembali ke esensi fathering, yaitu jangan bikin rumit. Kita buat sederhana saja, caranya diantaranya ayah periksa anak ayah, misalnya ayah tanyakan ke temannya, gurunya, sekolahnya, atau lainnya tapi jangan didepan anak ayah. Contohnya.. ‘Dek menurut kamu Ardi (misalkan anak ayah bernama Ardi) bagaimana?’. Nah setiap masukkan untuk anak ayah bisa ayah jadikan poin untuk membayar hutang pengasuhan untuk didiskusikan ke pasangan dengan tujuan memperbaiki dan membuat kesepakatan pengasuhan dengan pasangan.

Pertanyaan berikutnya jika ternyata ayah menemukan hutang pengasuhan adalah.... ‘kapan ini kejadiannya?’ ‘Kok tiba-tiba Ardi tidak bertanggung jawab’ ‘Kok tiba-tiba Ardi kurang empati’. 

Jika bicara hutang pengasuhan, maka kejadiannya tidak mungkin dua-tiga bulan yang lalu, bisa jadi ini akumulasi sejak anak usia 0 – 7 tahun atau dikisaran usia 7 – 10 tahun. Oleh karena itu penting bagi ayah untuk mengajarkan empati kepada anak sejak usia dini sesuai dengan perkembangan usia anak agar tidak terjadi hutang pengasuhan.

Kenapa hutang pengasuhan tidak terbayar? Para ahli sepakat, permasalahan pertama yang membuat hutang pengasuhan tidak terbayar adalah karena masalah pola asuh. Ayah dan ibu mungkin tidak pernah mengevaluasi pola pengasuhan anak. Di fathering ada istilah restrukturisasi pengasuhan, biasanya di usia anak 6 sampai 7 tahun, restrukturisasi merupakan evaluasi mengenai apa yang belum didapatkan anak diusia tersebut sebelum anak menginjak usia 8 tahun. Misalnya, apakah empatinya sudah terbangun atau belum? Kalau belum akan bisa membuat anak ayah dijauhi sama temannya karena anak ayah tidak suka menolong temannya. Kenapa anak ayah tidak suka menolong temannya? Karena tidak terbiasa atau tidak ada simulasinya di usia 0 – 7 tahun. 

Atau misalnya, di usia 6 – 7 tahun ternyata anak kita penakutnya luar biasa. Hal tersebutlah yang memerlukan restrukturisasi pengasuhan sebelum anak ayah loncat ke panggung sosial berikutnya. Restrukturisasi pengasuhan juga perlu dilakukan lagi, minimal ketika anak usia 14-15 tahun.

Masalah hutang pengasuhan juga dipengaruhi oleh faktor eksternal. Karena disaat usia terbaik anak banyak pemain pengganti (guru, sekolah, dan lainnya) yang masuk dibandingkan pemain inti (ayah dan ibu). Untuk itu ayah bisa melakukan beberapa hal dengan pihak eksternal. Misalnya dengan sekolah anak, ayah bisa berdiskusi dengan guru dan menyampaikan kalau ayah ingin anak ayah memiliki usia psikologis yang matang dan menginginkan pola pengasuhan tertentu disekolah. Ayah juga bisa meminta guru memberikan laporan harian ke ayah tentang apa yang terjadi dengan anak ayah selama disekolah.

Bagaimana cara membayar hutang pengasuhan? Membayar hutang pengasuhan memerlukan proses dan konsistensi ayah dan ibu dalam membayar hutang pengasuhan. Dalam membayar hutang pengasuhan, ayah perlu untuk memperbaiki hubungan ayah dengan Allah Subhanahu Wa  Ta’ala, setelah itu baru ayah masuk ke poin pembayaran hutang pengasuhan.

Poin pertama dalam membayar hutang pengasuhan adalah ayah harus ridho dan menerima kesalahan ayah kalau ayah memiliki hutang pengasuhan ke anak. Kalau ayah ridho, menerima kesalahan, dan memperbaiki hubungan dengan Allah, Allah akan memberikan jalan dari arah yang tidak terduga-duga.

Selain itu ayah bisa melakukan pendekatan 4R.R pertama adalah Response, ayah ridho, husnudzan dengan pasangan, tidak menyalahkan pasangan. R kedua adalah Review, ajak pasangan untuk bersama-sama membayar hutang pengasuhan. Evaluasi apa penyebab kita memiliki hutang pengasuhan, bukan untuk disesali tapi untuk diperbaiki. Caranya bisa dengan metode giraffe style (metode jerapah), ayah melakukan observasi terlebih dahulu, gunakan helicopter view dalam melakukan evaluasi. R ketiga adalah Reflect, periksa bagaimana ayah akan membayar hutang pengasuhan. Misalnya, anak ayah memiliki beberapa hutang pengasuhan, akan tetapi empati memiliki poin yang tinggi untuk diperbaiki, maka ayah bisa mengatakan ke ibu untuk sama-sama memperbaiki empati anak. R keempat adalah Right, maksudnya setelah ayah mengatakan untuk memperbaiki empati, selanjutnya ayah bisa membuat kesepakatan kepada ibu untuk sama-sama memperbaiki pola pengasuhan dengan tujuan meningkatkan rasa empati anak. Membayar hutang pengasuhan memerlukan kesepakatan agar ketika misalnya ayah sedang menguatkan jangan sampai ibu justru menghancurkan pola pengasuhan, begitupun sebaliknya. Membuat kesepakatan pengasuhan sebaiknya dibuat dengan nyaman, rileks, dan tidak dalam suasana tegang.

Lalu setelah ayah membayar hutang pengasuhan apakah semuanya selesai? Ternyata belum... ayah harus menuntaskannya dengan 2K, yaitu Komitmen dan Konsisten. Ayah harus komitmen untuk jangan membuat hutang pengasuhan baru kepada anak. Nah, komitmen yang ayah buat harus disertakan juga dengan konsistensi.

Semoga kita bisa menjadi Ayah Hebat bagi anak kita dan usia psikologis anak kita lebih dewasa dibanding usia biologis anak kita.

Selasa, 03 November 2020

Ayah Biologis Ayah Ideologis

Yang paling penting dalam dunia keayahan adalah keberkahan. Seperti yang dikatakan para ulama bahwa kalau tidak ada keberkahan dalam rumah tangga kita, mau sehebat apapun teori yang kita kuasai, mau berapapun pelatihan yang kita ikuti, mau seberapa banyak bacaan yang kita tamatkan, semua itu tidak ada artinya karena Allah Subhanahu Wa Ta’ala tidak memberikan keberkahan dalam rumah tangga kita. Karena masalah keberkahan itulah kita berjuang, kadang ada ayah yang pergi dari rumahnya berangkat pagi-pagi kemudian pulangnya sore, kadang larut malam, atau bahkan terkadang dua hari tidak pulang. Terkadang dalam mencari maisyah (penghasilan atau kemampuan finansial) ayah memilih dan memilah kalau ini haram atau syubhat ayah tidak akan bawa pulang, tapi kalau ini halal ayah akan bawa pulang. Perjuangan itu ayah lakukan karena satu hal, mencari keberkahan dalam rumah tangga.

Semoga kita semua diberikan kemudahan dalam mendapatkan rezeki yang berkah. Kembali ke serial ayah hebat, kali ini kita akan mengangkat topik ayah biologis ayah ideologis.

Apa yang menyebabkan terjadinya fatherlessness? Atau mungkin kita sering mendengar pernyataan, ‘Hati-hati lho, nanti anakmu father hunger lho’ ‘Hati-hati lho, nanti anakmu terjebak kriminal lho’ ‘Hati-hati lho, nanti anakmu usia biologisnya lebih maju lho’ kenapa ini bisa terjadi? Sebelum membahas hal ini, mari kita masuk ke pengertian istilah dalam topik kali ini.

Di dunia pengasuhan, ayah terbagi beberapa jenis. Ada yang ayah biologis saja, yaitu ayah yang terikat secara genetik ke anak karena garis keturunan langsung. Ayah tipe ini biasanya hanya memperhatikan masalah memberi rezeki ke anak saja, akan tetapi tidak peduli terhadap perkembangan anak dan cenderung menyerahkan ke istri atau sekolah untuk urusan perkembangan anak. Dia terikat tapi tidak terlibat. Ada yang ayah ideologis saja, yaitu ayah yang lebih banyak dirumah dan mengurus anak, tapi untuk urusan mencari nafkah diserahkan ke istri. Tentu ini juga tidak ideal, karena idealnya adalah ayah biologis yang juga menjadi ayah ideologis.

Seperti apa ayah biologis ayah ideologis? Yaitu ayah yang hadir secara fisik, yang bertanggung jawab terhadap rezeki keluarga, dan juga bertanggung jawab terhadap masalah emosial, spiritual, psikis, serta lainnya. Wah ideal dan sempurna sekali yah.. Iya memang benar dan tugas kita adalah belajar mendekati ideal tersebut semaksimal mungkin.

Lalu bagaimana caranya? Yang pertama, salah satu landasan terbaik bagi keayahan bisa dilihat dalam Surat Albaqoroh ayat 133. Masalah tauhid atau akidah. Cara pertama menanamkan hal ini adalah bagaimana kita memeriksa keterhubungan dan kemelekatan kita dengan Allah Subhanahu Wa Ta’ala. Cara mengecek kemelekatan kepada Allah Jalla Jalaluhu sederhananya adalah dengan mengecek sholat shubuh ayah dimana, sholat sunnah ayah seperti apa, tilawahnya seperti apa, dan amalan sunnahnya seperti apa. Kemelekatan adalah gabungan dari kedekatan dan kelekatan, maksudnya dekat secara fisik dan lekat secara psikologis. Cara mengecek keterhubungan kepada Allah Azza Wa Jala diantaranya adalah sebagai berikut, misalnya ketika anak ayah sedang sakit, apakah yang pertama kali ayah ingat langsung tindakan medis atau berdoa bertawakal ke Allah dahulu dan baru ke tindakan medis secepatnya. Jika kita mendahulukan Allah baru tindakan medis, itu menunjukkan keterhubungan ayah ke Allah Subhanahu Wa Ta’ala sangat dekat.

Seperti perkataan para ulama, makin dekat keterhubungan dan kemelekatan ayah dengan Allah Subhanahu Wa Ta’ala akan semakin dekat juga keterhubungan dan kemelekatan ayah dengan keluarga dan anak-anak ayah.

Bagaimana cara membuat keterhubungan dan kemelekatan? Tidak lain caranya adalah melalui latihan, kita memang perlu banyak melakukan simulasi. Siapa yang paling tepat dalam menemani simulasi? Tidak lain adalah pasangan kita atau ibunya anak-anak. Misalnya ketika anak sedang sakit dan ayah secara spontan langsung menanyakan ‘apakah obat masih ada? Dokter bagaimana, sudah ditelp belum?’. Jika reaksi pertama ayah seperti itu, maka tugas ibu adalah mengingatkan ayah untuk ingat ke Allah Subhanahu Wa Ta’ala saat itu juga, setelah itu baru kembali kemasalah medis.

Cara lainnya adalah ayah gemar memeriksa dan memperbaiki sisi dalam ayah. Kalau ayah gemar memperbaiki sisi dalam ayah, maka Allah akan memperbaiki sisi luar ayah. Perbaiki sisi emosional ayah, perbaiki sisi ketidaksabaran ayah, perbaiki sifat ayah yang suka ngeles, perbaiki sikap ayah yang tidak mau mengalah, perbaiki sisi dalam ayah lainnya dan ajak istri atau ibunya anak-anak untuk mengingatkan. InsyaAllah hasilnya akan mendukung sisi luar ayah. Ketika memperbaiki sisi dalam ayah, ayah jangan jaim dan belajar mengakui kekurangan ayah sambil berusaha memperbaikinya serta minta istri untuk membantu ayah dalam memperbaiki sisi dalam ayah. Jika sisi dalam ayah yang perlu diperbaiki ternyata banyak sekali, maka buatlah skala prioritas untuk diperbaiki pada saat itu, biar sisi dalam lainnya difokuskan untuk diperbaiki pada waktu berikutnya. Ketika memperbaiki fokuslah pada proses dan usaha dan bukan hasilnya agar tidak stress.

Lalu yang tidak kalah penting untuk menjadi ayah biologis ayah psikologis adalah bagaimana ayah memperbaiki pemahaman ayah terhadap anak-anak ayah. Bagaimana ayah memahami anak berdasarkan usianya.

Langkah terakhir buatlah kesepakatan pengasuhan antara ayah dan ibu. Di dunia fathering banyak sekali kendala dalam pengasuhan, tapi yang paling hebat kendalanya adalah ketika ayah dan ibu tidak pernah membuat kesepakatan pengasuhan. Kesepakatan pengasuhan bisa dibuat secara global ataupun temporer. Kesepakatan global adalah kesepakatan yang dibuat umum untuk tujuan jangka panjang, sedangkan kesepakatan temporer dibuat dalam waktu tertentu saja, misalnya kesepakatan pengasuhan yang dibuat ketika Ramadhan. Kesepakatan pengasuhan perlu dibuat agar tidak terjadi situasi dimana ayah sedang berusaha menguatkan ideologis spiritual anak, sementara ibunya melemahkan, akibatnya bisa membuat anak menjadi tidak dewasa secara spiritual dan psikologis.

Semoga kita bisa menjadi ayah biologis sekaligus ayah ideologis bagi anak-anak kita. Semoga juga kita bisa menjadi Ayah Hebat bagi anak kita dan usia psikologis anak kita lebih dewasa dibanding usia biologis anak kita.

Senin, 02 November 2020

Ayah Nubie

Ayah Nubie adalah ayah yang baru menjalankan peran ayah tersebab dua hal. Yang pertama, ayah nubie adalah ayah yang baru diberi keturunan. Yang kedua, ayah nubie adalah ayah yang baru menyadari pentingnya peran ayah setelah bertahun-tahun memiliki anak. Dan ayah nubie hakikatnya bukanlah sebuah aib karena ayah nubie merupakan peran yang harus dijalani dan membutuhkan ilmu untuk menjalaninya agar menjadi ayah hebat.

Ketika kita baru menjadi ayah tentunya kita menyadari adanya peran dan tanggung jawab agar kita dapat menjalani peran ayah secara maksimal, khususnya ketika istri kita dinyatakan hamil. Ketika istri dinyatakan hamil, maka kita harus mensyukuri berita kehamilan tersebut. Syukur ini harus kita upayakan dalam beberapa hal.

Ketika ayah menyadari istrinya hamil, yang ayah harus lakukan pertama kali adalah memberikan kesenangan dan kegembiraan kepada istri, agar anak mendapatkan ruang yang nyaman di rahim ibu. Ketenangan dan kenyamanan di rahim ibu ternyata sangat tergantung dengan perasaan ibu. Oleh karena itu ayah nubie harus paham kalau istri harus gembira dalam proses kehamilan ini. Seperti isyarat yang terdapat dalam Quran Surat As Saffat ayat 101, ”Maka Kami beri kabar gembira kepadanya dengan (kelahiran) seorang anak yang sangat sabar (Ismail).” Itulah kenapa ibu yang mengalami kehamilan yang stress bisa mengakibatkan hal tidak baik terhadap tumbuh kembang sang janin.  Bayi yang lahir dalam keadaan ibu gembira cenderung memiliki tingkat kecerdasan diatas rata-rata. Itulah bayi yang cerdas umumnya melalui masa kehamilan yang indah.

Setelah istri melahirkan dan proses menyusui, ayah juga perlu menahan diri, karena kalau istri stress bisa mengakibatkan air susu ibu berkurang kualitasnya. Inilah salah satu cara Allah memuliakan laki-laki, Allah memuliakan laki-laki melalui bebannya sebagai qowam dan memuliakan wanita sebagai makhluk yang menanggung beban didalam tubuhnya, dalam hal ini anak. Jadi poin utama untuk menjadi ayah nubie adalah bagaimana ayah memberikan suntikan positif dengan cara menghilangkan beban kesedihan dan stress ketika istri sedang hamil.

Di umur-umur kehamilan ayah juga bisa memberikan bonus-bonus yang menjadikan isyarat bahwa Allah ingin memuliakan wanita yang hamil dengan memberikan hak-haknya. Seperti yang disebutkan dalam Surat Maryam ayat 26, ”Maka makan, minum dan bersenanghatilah engkau. Jika engkau melihat seseorang, maka katakanlah, “Sesungguhnya aku telah bernazar berpuasa untuk Tuhan Yang Maha Pengasih, maka aku tidak akan berbicara dengan siapa pun pada hari ini.” Dari ayat ini isyarat bonus yang bisa diberikan ayah bisa dalam tiga hal, yaitu makan, minum, dan bersenang hati.

Semoga kita bisa menjadi Ayah Hebat bagi anak kita dan usia psikologis anak kita lebih dewasa dibanding usia biologis anak kita.

Minggu, 01 November 2020

Ayah Jangan Pelit

Larangan terakhir bagi Ayah Hebat selain Ayah Jangan Marah dan Ayah Jangan Cuek yaitu Ayah Jangan Pelit. Ayah jangan pelit kenapa? Karena sifat pelit atau bakhil merupakan salah satu ciri ayah tidak memiliki sifat empati. Sifat empati sejatinya adalah salah satu cara yang membuat anak merasa dipahami oleh ayah. Ayah yang tidak memiliki sifat empati cenderung egois dan mudah marah. Inilah kenapa Al Qur’an menghubungkan sifat empati dengan perilaku seseorang. Sifat pelit yang diindikasikan dengan suka menahan sesuatu, enggan berbagi, perhitungan, dan suka mengungkit pemberian merupakan sifat yang sangat tidak disukai oleh anak kita.

Oleh karena itu, sifat seorang ayah yang membuat anak merasa nyaman adalah ayah yang memiliki kepekaan yaitu ayah memberi empatinya dengan ciri dia memahami kebutuhan anak. Dengan sifat berbaginya, efek yang dirasakan anak adalah ayah adalah sosok yang memiliki sensitifitas perasaan, lembut, dan tidak mudah marah.

Karakter empati disebutkan dalam Surat Ali Imran ayat 133-134 sebagai sifat dari orang-orang yang bertakwa, "Dan bersegeralah kamu mencari ampunan dari Tuhanmu dan mendapatkan surga yang luasnya seluas langit dan bumi yang disediakan bagi orang-orang yang bertakwa, (yaitu) orang yang berinfak, baik di waktu lapang maupun sempit, dan orang-orang yang menahan amarahnya dan memaafkan (kesalahan) orang lain. Dan Allah mencintai orang yang berbuat kebaikan..."

Kalau ayah senang bersedekah atau berbagi, maka efeknya ayah memiliki sifat yang mampu menahan amarah dan mampu memaafkan kesalahan anak. Begitupun sebaliknya, kalau ayah pelit maka biasanya ayah mudah marah dan kalau tersakiti dendam. Inilah kenapa sifat pelit akan berujung kepada sifat buruk yang lain dan anak sangat tidak suka.

Untuk itu, Baginda Rasul mengajarkan suatu hadits yang menjadi rahasia agar kita terhindar dari sifat pelit, yaitu, “Tahaddu Tahabbu”, hendaklah kalian saling memberi hadiah, niscaya kalian akan saling mencintai. Jadi cinta anak seiring dengan bagaimana pemberian yang diberikan oleh ayah, makanya ayah yang pelit cenderung membuat anak tidak mencintainya.

Kalau ayah ingin menjadi sosok yang disenangi oleh anak, maka jadilah ayah yang suka memberi dan jangan pelit. Kalau ayah jarang hadir secara fisik dalam hidup anak, ayah harus memiliki kompensasi atas ketidak hadiran ayah, minimal anak meyakini kalau ayah adalah sosok yang baik. Tentu perlu dibedakan dan ayah perlu sering mengukur ketika ayah memberi kepada anak agar ayah tidak terjebak menjadi terlalau memanjakan anak.

Dalam suatu pepatah arab menyebutkan kalau kebaikan akan menaklukkan hati manusia. Maksud kebaikan disini salah satunya adalah pemberian. Syarat untuk menaklukan hati diantaranya adalah sering memberi dan memberikan secara ekstrim, terutama memberi yang dibutuhkan.

Semoga kita bisa menjadi ayah yang dicintai anak dan tidak pelit. Dan semoga kita bisa menjadi Ayah Hebat bagi anak kita dan usia psikologis anak kita lebih dewasa dibanding usia biologis anak kita.