Rabu, 21 Oktober 2020

Ayah Ajarkan Empati Pada Anak

Tema keempat belas dalam serial ayah hebat mengangkat topik Ayah Ajarkan Empati Pada Anak. Karakter empati disebutkan dalam Surat Ali Imran ayat 133-134 sebagai sifat dari orang-orang yang bertakwa

"Dan bersegeralah kamu mencari ampunan dari Tuhanmu dan mendapatkan surga yang luasnya seluas langit dan bumi yang disediakan bagi orang-orang yang bertakwa, (yaitu) orang yang berinfak, baik di waktu lapang maupun sempit, dan orang-orang yang menahan amarahnya dan memaafkan (kesalahan) orang lain. Dan Allah mencintai orang yang berbuat kebaikan..."

Ayat diatas menunjukkan bahwa saking berempatinya orang yang bertakwa, sedekahnya tidak hanya disaat lapang, akan tetapi juga disaat sempit. Efek sifat empati memiliki pengaruh terhadap sifat yang lain, yaitu dia mampu menahan amarah dan mampu memaafkan kesalahan orang lain.

Empati adalah tugas utama ayah dan ibu terutama ketika anak berusia 0 – 7 tahun, apakah itu lewat cerita atau melalui contoh dan tindakan, karena usia 0 – 7 tahun adalah usia menerima tanpa argumentasi. Kenapa kita kadang melihat empati tidak terbangun pada diri anak kita? Karena kita tidak mencoba menanamkannya kepada anak kita, mulailah membangun ruang empati kepada anak kita, khususnya di masa pandemi sekarang ini.

Penghalang empati ada dua, eksternal dan internal. Penghalang eksternal untuk saat ini yang paling besar adalah medsos dan gadget, tidak ada satupun penggiat parenting yang tidak setuju dengan ini. Sedangkan penghalang internal adalah pola asuh.

Kenapa kita harus fokus menumbuhkan rasa empati kepada anak? Empati merupakan barang mahal yang terdapat didalam diri anak kita. Empati adalah bintang cahaya yang terdapat dihati anak kita dan sejatinya anak kita sebenarnya memiliki fitrah empati ini.

Tahapan empati sendiri dimulai dari empati umum atau anak merasakan seluruh dunia adalah dirinya. Misalnya ketika bayi baru lahir dan mendengar bayi lain menangis, biasanya ia akan ikut menangis. Lalu ketika anak berusia 1-4 tahun, anak akan merasakan empati egosentris. Lalu berubah menjadi empati emosional yang biasa dialami anak usia TK dan SD, empati yang terbangun secara emosional. Sehingga apapun yang membuat sisi emosionalnya tersentuh pasti akan mempengaruhi empatinya. Misalnya ketika kita menceritakan sesuatu sambal menangis, seringkali anak diusia ini ikut menangis juga. Disela-sela usia SD, disekitar usia 7-8 tahun, anak juga mengalami empati kognisi, yaitu dia mau mengalami empati tersebut berdasarkan akal pikirannya, jika tidak menguntungkan dia tidak akan melakukannya. Yang terakhir adalah empati abstrak yang dialami anak usia baligh. Misalnya ketika kita ingin menceritakan tentang anak palestina yang menderita kelaparan atau supir ojol yang kesulitan makan, itu pas untuk anak usia baligh, akan tetapi tidak pas untuk usia dibawahnya. Anak yang paling hebat untuk dilatih empati adalah anak diusia 10-12 tahun, karena empati abstraknya sangat berkembang, sehingga akan menyimpan rasa empati dengan waktu yang sangat panjang.

Langkah pertama dalam mengenalkan empati kepada anak dimulai dari mengenalkan dan memperbanyak kosa rasa dan kosa empati kepada anak. Caranya pertama adalah dengan sering-sering menanyakan perasaan yang dirasakan oleh anak dalam banyak situasi, misalnya ketika melihat pengemis dijalan, ayah bisa menanyakan,”bagaimana perasaaanmu nak?” atau ketika ayah melihat bundanya sedang mengerjakan pekerjaan rumah tangga capeknya luar biasa, ayah bisa mengatakan,”kamu lihat deh wajah bunda, bunda pasti lelah ya..”. Kalau anak sudah memiliki banyak kosa rasa, anak pasti akan semakin memiliki tanggung jawab dan empati. Ketika anak sudah terbangun empati nya, maka kita tinggal merebutnya sambal mengatakan,”Ayo kita bantu bunda nak”. Ada tiga waktu bening untuk bisa menanyakan perasaan kepada anak, yaitu waktu bangun pagi, waktu dalam keadaan sedih dan bahagia, dan waktu dimalam hari.

Cara kedua dalam mengenalkan kosa rasa adalah mengenalkan alphabet perasaan kepada anak kita. Misalnya kita membuat permainan dengan anak kita dengan menyebutkan perasaan yang dimulai dengan huruf a hingga huruf z. Seperti kata Daniel Coleman, mengenal rasa adalah pintu gerbang pertama anak.

Cara ketiga dalam mengenalkan kosa rasa adalah melalui metode ceritakan bersama, ayah bercerita anak menebak. Didalam cerita ayah anak menebak ada banyak perasaan atau tidak.

Langkah kedua dalam melatih empati kepada anak adalah melalui melatih kepekaan. Yang pertama dalam melatih kepekaan adalah ketika anak berbuat baik jangan ditunda untuk memuji, respon segera. Yang kedua,tunjukkan efek dari perbuatan baik anak, baik verbal maupun non verbal.

Langkah ketiga dalam melatih empati kepada anak adalah dengan memahami empati sesuai tahapan perkembangan empati seperti disebutkan diatas yang dimulai dari empati umum, empati egosentris, empati emosional, empati kognisi, dan empati abstrak.

Semoga kita bisa menanamkan empati dengan baik dan benar kepada anak kita dan anak kita memiliki empati yang baik juga. Dan semoga kita bisa menjadi Ayah Hebat bagi anak kita dan usia psikologis anak kita lebih dewasa dibanding usia biologis anak kita.

Tidak ada komentar: