Minggu, 04 Oktober 2020

Ayahku Sang Motivator

Serial ayah hebat yang sekarang masuk tema keenam yang disampaikan oleh Ustadz Bendri Jaisyurahman dengan judul Ayahku Sang Motivator. Sebagai seorang ayah, salah satu yang menjadi nilai lebih apabila ayah bisa menjadikan dirinya sebagai pegangan bagi anak. Ayah yang hebat adalah apabila segala ucapan ayah dijadikan ucapan yang baik dan dijadikan referensi anak. Rasulullah mengingatkan akan datang kepada manusia tahun-tahun penuh dengan fitnah (hoax). Anak-anak yang tidak memiliki referensi nilai akan sangat mudah percaya kepada hoax karena ayahnya tidak mampu menjadi motivator.

Anak-anak yang tidak dekat dengan ayah secara hubungan emosi akan sangat rentan mendapatkan pengaruh dari dunia luar, baik itu pengaruh positif maupun pengaruh negatif. Al Quran menggambarkan betapa ayah jika sudah menjadi sosok motivator, maka disaat anak terpisah dengan ayah, anak akan menjaga apa yang disampaikan oleh ayah. Seperti yang dialami Nabi Yusuf dalam QS Yusuf ayat 24:

وَلَقَدْ هَمَّتْ بِهٖۙ وَهَمَّ بِهَا ۚ لَوْلَآ اَنْ رَّاٰى بُرْهَانَ رَبِّهٖۗ كَذٰلِكَ لِنَصْرِفَ عَنْهُ السُّوْۤءَ وَالْفَحْشَاۤءَۗ اِنَّهٗ مِنْ عِبَادِنَا الْمُخْلَصِيْنَ

Dan sungguh, perempuan itu telah berkehendak kepadanya (Yusuf). Dan Yusuf pun berkehendak kepadanya, sekiranya dia tidak melihat tanda (dari) Tuhannya. Demikianlah, Kami palingkan darinya keburukan dan kekejian. Sungguh, dia (Yusuf) termasuk hamba Kami yang terpilih.

Saat Yusuf digoda Zulaikha, Yusuf sempat tergoda oleh bujuk rayu Zulaikha, tapi Allah memberi petunjuk kepada Yusuf. Dalam beberapa tafsir Allah Azza Wa Jala memberi petunjuk kepada Yusuf dengan cara menghadirkan wajah ayahnya, Nabi Yakub, di dinding tempat Nabi Yusuf diajak maksiat. Padahal saat itu ayahnya berada di Palestina, sementara Yusuf di Mesir. Sehingga tiba-tiba Yusuf tidak berminat lagi kepada Zulaikha dan meninggalkan tempat tersebut meskipun Yusuf memiliki resiko difitnah oleh Zulaikha.

Cerita ini menjadi isyarat betapa ayah bisa menjadikan kalimat-kalimatnya menjadi pagar agar anak tidak mudah dipengaruhi.

Bagaimana ayah bisa menjadi motivator bagi anak?

Yang pertama, ayah punya integritas dan kredibilitas. Yang kedua, ayah mampu menangkap golden moment. Integritas adalah kunci, karena interitas akan melahirkan trust. Trust adalah modal besar ayah untuk menjadi motivator. Oleh karena itu Baginda Rasulullah menjaga betul antara apa yang diucapkan dengan apa yang dilakukannya sehingga beliau mendapatkan gelar 

Al-Amin. Oleh karena itu ayah harus menunjukkan integritas dan kredibilitas melalui ucapan, usaha, dan tindakan ayah. Rasulullah dikagumi karena apa yang diucapkan sesuai dengan tindakannya, baik dilihat ataupun tidak dilihat orang.

Seorang ayah berusahalah menjadi sosok yang teladan dalam keluarga dimulai dari dirinya sendiri sebagaimana diceritakan dalam kisah ayah-ayah hebat dalam Al-Quran. Seperti kisah Nabi Ibrahim dalam Surat Ibrahim Ayat 35 dan 40:

وَاِذْ قَالَ اِبْرٰهِيْمُ رَبِّ اجْعَلْ هٰذَا الْبَلَدَ اٰمِنًا وَّاجْنُبْنِيْ وَبَنِيَّ اَنْ نَّعْبُدَ الْاَصْنَامَ ۗ

Dan (ingatlah), ketika Ibrahim berdoa, “Ya Tuhan, jadikanlah negeri ini (Mekah), negeri yang aman, dan jauhkanlah aku beserta anak cucuku agar tidak menyembah berhala.

رَبِّ اجْعَلْنِيْ مُقِيْمَ الصَّلٰوةِ وَمِنْ ذُرِّيَّتِيْۖ رَبَّنَا وَتَقَبَّلْ دُعَاۤءِ

Ya Tuhanku, jadikanlah aku dan anak cucuku orang yang tetap melaksanakan salat, ya Tuhan kami, perkenankanlah doaku.

Perlu dicatat.. aku dan anak cucuku.. beliau memohon agar dirinya dan keluarganya agar jangan menyembah berhala. Ini salah satu bentuk keteladanan Ibrahim, beliau memohon dirinya dahulu untuk berbuat baik.

Atau contoh doa Nabi Luth dalam Surat Asy-Syuara ayat 169:

رَبِّ نَجِّنِيْ وَاَهْلِيْ مِمَّا يَعْمَلُوْنَ

Ya Tuhanku, selamatkanlah aku dan keluargaku dari (akibat) perbuatan yang mereka kerjakan.

..aku dan keluargaku.. ini menjadi isyarat kalau kita harus meningkatkan kualitas diri kita agar kita bisa menjadi contoh yang baik bagi anak kita.

Seperti contoh yang dilakukan Imam Hasan Al Bashri ketika para budak meminta kepadanya agar menyampaikan khutbah jumat dengan tujuan mendorong orang-orang membebaskan budaknya agar mereka tidak mendapatkan perlakuan yang sewenang-wenang. Jumat demi Jumat berlalu, Imam Hasan al-Bashri tidak segera menyinggung pembebasan budak dalam khutbahnya. Setelah beberapa minggu, akhirnya beliau baru menyampaikan keutamaan membebaskan budak dalam khutbahnya. Isi khutbah beliau memiliki pengaruh yang luar biasa. Setiap orang yang memiliki budak tanpa fikir panjang segera membebaskan budaknya setelah sampai di rumahnya masing-masing. Setelah beberapa hari kemudian, datang lagi para bekas budak yang pernah menyampaikan permohonan ada beliau. Mereka kini menjadi manusia merdeka berkat khutbah Imam Hasan al-Bashri. Mereka berkata serta menyampaikan maksud kedatangannya, kalau mereka marah kenapa Hasan Al Bashri menunda khotbah Jumat yang mereka minta. Pada saat Hasan Al Bashri menjelaskan kalau ia tidak bisa meminta apa yang beliau belum pernah laksanakan, akhirnya Hasan Al Bashri menunggu sampai beberapa minggu, sampai ia bisa membeli budak dan membebaskannya, barulah beliau berani mendakwahkan hal itu, karena beliau sudah menjalankannya. Setelah mendengar penjelasan Hasan Al Bashri, para bekas budak itu mengerti dan akhirnya menyesali sikapnya yang gegabah.

Kisah diatas menunjukkan pengaruh dari keteladanan, karena Hasan Al Bashri selalu menyelaraskan antara ucapan dan perbuatan. Sehingga membuat apa yang beliau ucapkan selalu dipercaya oleh orang lain. Oleh karena itu para ayah harus meningkatkan kualitas integritas dan kredibilitasnya agar para anak meneladani dan menjadikan ayah menjadi motivatornya.

Rumus dari integritas adalah dilihat, didengar, dan diprasastikan. Artinya anak harus melihat langsung perilaku ayahnya, anak mendengar langsung akhlak ayah dari orang sekitar, anak melihat bekas dari kebaikan ayah dalam bentuk prasasti, misalnya seperti buku, piala, piagam, dll.

Yang kedua adalah ayah belajar mengambil golden moment. Ayah menangkap poin-poin yang membuat anak mendapatkan kesempatan mendapatkan motivasi dari ayahnya. Misalnya ketika anak untuk aksi dan prestasi, anak membutuhkan kalimat dari ayahnya berupa respon yang baik sehingga anak merasa dihargai. Jangan sampai kalah dengan gadget, karena gadget bisa memberikan apresiasi kepada anak kita. Atau ketika anak akan melakukan pentas drama, ayah harus mengusahakan untuk hadir.

Seperti yang dicontohkan Rasulullah ketika melihat Bani Aslam sedang melakukan lomba panahan. Rasulullah seketika itu menghampiri mereka dan berkata “memanahlah kalian wahai keturunan ismail,  sesungguhnya nenek moyang kalian ahli dalam memanah” Hal ini yang membuat Bani Aslam termotivasi dan mencetak banyak ahli panah di zamannya, karena kehadiran dan motivasi dari Rasulullah.

Oleh karena itu jika ingin anak kita menjadi ahli Qur’an, maka hadir dan berikanlah apresiasi ketika anak sedang melakukan haflah. Menumbuhkan jiwa motivasi bagi anak ditandai dengan anak yang menjadikan kalimat ayah sebagai referensi dalam banyak hal dan menjadikan ayah sebagai pendongkrak motivasinya.

Sekali lagi, yang harus dimiliki ayah motivator adalah integritas,  kredibilitas, dan kemampuan menangkap golden moment anak. Semoga kita bisa menjadi ayah motivator bagi anak-anak kita.

Tidak ada komentar: