Senin, 05 Oktober 2020

Ayah Sang Penghibur

Serial ketujuh dari ayah hebat adalah Ayah penghibur. Ayah penghibur adalah ayah yang memahami kebutuhan dasar anak yaitu hiburan. Hiburan dalam islam bukanlah suatu hal yang salah. 

Seperti yang dikisahkan dalam kisah Hanzalah. Suatu hari, Hanzalah al Usaidi berkata kepada Abu Bakar, “Abu Bakar, aku telah menjadi orang munafik!” “Audzubillah himinasyaitonirrajim! Kenapa kau mengatakan itu? “Abu Bakar kaget.

Wallaahi,” Hanzalah melanjutkan, “Ketika aku berada di hadapan Nabi SAW, atau ketika kita mendengarkan Al-Quran dari mulutnya, atau saat dia mengingatkan kita pada Jannah, aku merasa termotivasi, bersemangat, dan terinspirasi! Saat Nabi mengingatkan kita pada Naar, aku merasa takut dan berusaha lebih keras berhati-hati dalam tindakanku. Tapi saat aku sampai di rumah setelah pertemuan, saat bertemu dengan istri dan anak-anakku, atau ketika aku kembali bekerja setelah pertemuan, aku merasa berbeda! Aku sering sibuk dan melupakan masalah akhirat. Aku tidak bisa mengenali hatiku lagi!”

Abu Bakar berkata, “Engkau benar. Ini adalah sebuah masalah. Aku merasakan hal yang sama juga! Kita berdua orang munafik! Oh tidak. Mari kita bertanya kepada Nabi!” Jadi, mereka berdua langsung menemui Rasulullah langsung. Mereka tahu bahwa Nabi adalah guru terbaik yang pernah mereka miliki dan tidak ada orang lain yang bisa menjawabnya dengan cara terbaik.

Setelah mendengarkan pertanyaan mereka, Nabi Muhammad menjawab, “Demi Allah, Hanzalah, jika engkau memiliki perasaan yang sama saat berada di sini bersamaku dan saat engkau bersama keluarga atau saat engkau sedang bekerja, para malaikat di jalanan akan sangat ingin berjabat tangan denganmu. Mengapa? Karena tingkat imaanmu begitu hebat. Malaikat akan muncul di siang hari bolong untuk berjabat tangan denganmu.”

“Tapi (mari kita coba bersikap realistis di sini) … Sejenak dan sejenak saja.” Apa yang Nabi maksudkan dengan “sejenak dan sejenak”? Ini berarti kita bisa mengesampingkan ‘sejenak’ untuk masalah hati dan proses pemurnian atau pembersihannya. Dan kita bisa mengesampingkan ‘sejenak’ lain untuk urusan dunia kita atau bahkan berhibur sewajarnya. Islam itu agama yang dinamis dan tidak kaku. Ada kalanya kita serius, ada kalanya kita bercanda, ada kalanya kita berlaku sesuai dengan konteksnya.

Dalam beberapa hadits juga mengkisahkan kalau Rasulullah suka bercanda dengan beberapa anak sahabat. Hal ini menunjukkan kalau Rasulullah tidaklah kaku sebagai Nabi dan senantiasa memberikan hak kepada anak-anak yaitu hiburan.

Oleh karena itu salah satu tugas ayah adalah menjadi ayah penghibur. Ayah yang mampu menciptakan kegembiraan bagi anak. Kegembiraan itu merupakan hal yang penting dan memberikan isyarat bahwa rumah yang ditempati anak adalah rumah yang menyenangkan, rumah yang memberikan suasana surga. Dan suasana surga dalam Al Quran diceritakan dalam surat Abasa ayat 38-39 ‘wujụhuy yauma`iżim musfirah ḍāḥikatum mustabsyirah’ pada hari itu wajah mereka berseri-seri, tertawa dan gembira ria. Kalau dirumah tidak ada suasana ini, maka hal ini bisa mengakibatkan anaknya terjerumus dalam hal negative diluar sana.

Rumus anak mudah Jaman Now sederhana yaitu siapa yang membuatku menangis adalah musuhku, siapa yang membuatku tertawa lepas adalah sahabatku.

Hal ini juga dilakukan oleh sahabat, seperti yang tertuang dalam Adabul Mufrad. Dari Tsabit bin Ubaid,  “Aku belum pernah melihat seorang yang demikian berwibawa saat duduk bersama kawan-kawan namun demikian akrab dan kocak saat berada di rumah melebihi Zaid bin Tsabit”

Ayah yang menyenangkan adalah ayah yang dibutuhkan anak, bukan ayah yang galak. Ayah yang galak menjadi daya tolak anak dirumah. Hal ini wajib dievaluasi, karena ayah yang galak menjadi salah satu pemicu munculnya berbagai macam predator seksual yang mengincar anak kita.

Rasulullah sering mencontohkan bagaimana Beliau Shalallahu Alaihi Wassalam bercanda dengan anak-anak. Karena anak-anak dan dunianya memiliki keistimewaan sendiri. Seperti hadits yang diriwayatkan Aisyah radhiyallahu ‘anha, “Maklumi dunia (kebutuhan) anak kecil.” (HR. Bukhari no. 5190, 5236 dan Muslim no. 892). Maksudnya ketika berbicara dengan anak-anak, kita harus berperan sebagai anak-anak dan jangan terlalu kaku.

Seperti pengajaran yang dilakukan oleh Rasulullah, dalam hadits riwayat Ahmad, “Diriwayatkan dari Abdullah bin Haris, ia berkata, bahwa Rasulullah saw membuat barisan dengan Abdullah, Ubaidillah dan banyak lagi dari keluarga pamannya yaitu Abbas r.a. kemudian nabi bersabda: “Siapa yang lebih dulu kepadaku, ia akan mendapat demikian dan demikian.” Mereka pun berlomba-lomba untuk sampai pada punggung dan dada nabi. Lantas, nabi mencium dan menepati janjinya kepada mereka.”

Perhatikan cara Rasulullah saat bermain dengan anak. Rasulullah saat bermain dengan anak yang diperhatikan adalah totalitas dengan niat menjalin keakraban dengan anak, bukan menang atau kalah. Ketika bermain dengan anak, fokuslah untuk menyentuh badan, karena akan menimbulkan keakraban dan kenyamanan. Berikanlah hadiah kepada anak ketika bermain meskipun hal itu sangat sederhana.

Jadi skill bermain adalah skill yang harus dimiliki oleh ayah. Skill bermain yang sesuai dengan usia dan jenis kelamin anak.

Skill lain yang harus dimiliki ayah adalah skill berkisah. Berkisah adalah salah satu skill yang bisa membuat anak merasakan kedekatan ketika ayah bisa menyampaikan sesuatu tanpa terkesan menasihati. Misalnya jika ayah tidak bisa berkisah tentang Nabi dan Sahabat, ayah bisa berkisah tentang kisah masa kecil ayah disertai dengan makna sederhana didalamnya. Jika cerita itu menarik bagi anak maka akan menstimulus anaknya untuk bercerita kisah mereka kepada ayahnya.

Skill terakhir yang harus dimiliki ayah adalah ayah bisa melatih diri untuk mengeksplorasi atau menjelajah. Yaitu ayah yang mampu memfasilitasi keingin tahuan anak. Menjelajah bisa dilakukan dengan sederhana, misalnya jika kita tidak bisa bepergian jauh, kita bisa mengajak anak pergi ke suatu tempat menggunakan rute yang berbeda dari biasanya sambal sedikit bercerita mengenai kisah rute yang dilalui. Hal ini akan memberikan pengalaman tersendiri bagi anak.

Itulah skill yang harus dimiliki ayah penghibur, yaitu BBM Bermain Berkisah Menjelajah. Semoga kita bisa menjadi ayah penghibur bagi anak-anak kita.

Tidak ada komentar: