Minggu, 16 Agustus 2020

Memanfaatkan Waktu Bersama Anak

Akhir-akhir ini saya semakin menyadari kalau saya masih sangat miskin ilmu fathering skill. Apalagi setelah mencoba mendengarkan lagi webinar, seminar, dan ceramah mengenai fathering skill, banyak sekali pengetahuan mendasar yang ternyata masih perlu saya perbaiki.. banyak sekali..

Dan seperti yang pernah disampaikan orang tua dan banyak guru kehidupan saya kalau ilmu yang bermanfaat adalah ilmu yang dibagikan, karena ilmu yang dibagikan tidak akan pernah putus kebaikannya dan mungkin bisa menjadi penolong kita suatu saat kelak. Hal ini sejalan dengan perkataan Rasulullah Shallallahu Alaihi Wasallam, “Barangsiapa yang menunjuki kepada kebaikan maka dia akan mendapatkan pahala seperti pahala orang yang mengerjakannya.” (HR. Muslim no. 1893).

Dan karena ini baik menurut saya, maka saya akan mencoba membagikan apa yang saya pelajari dan ikuti. Untuk tahap awal saya akan mencoba sharing apa yang saya dapatkan dari webinar ayah hebat yang materinya disampaikan oleh Ayah Irwan Rinaldi dan Ustadz Ajo Bendri Jaisyurahman. Semoga hal ini bermanfaat bagi saya dan semua yang membaca. Semoga saya dan kamu bisa menjadi ayah yang baik. Ayah hebat dan juara bagi anak-anak kita.

Memanfaatkan Waktu Bersama Anak

Dalam Fathering ada 3 hal keterampilan dasar yang harus ayah miliki latih, yaitu 1) Bagaimana ayah memainkan waktu BERSAMA anak, 2) Bagaimana ayah memainkan golden moment bersama anak, dan 3) Bagaimana ayah membangun perilaku positif.

Waktu sendiri didalam Fathering dibagi menjadi 3, yaitu 1) Waktu bekerja, 2) Waktu sisa, dan 3) Waktu bersama atau disebut juga waktu bermakna.

Dimana didalam waktu bersama terdapat 2 pengertian, yaitu:

  1. Waktu DENGAN anak, dimana ketika waktu dengan anak yang mendapatkan insight atau aha momentnya adalah ayah. Misalnya anak berkata,”Yah ngapain kita sholat jam 8?” Ayah kalau menjawab,”Sudah ketentuannya nak, kamu jalankan saja” Maka bisa dikatakan ayahlah yang mendapatkan aha momen saat itu
  2. Waktu BERSAMA anak, dimana anaklah yang mendapatkan insight atau aha momentnya. Dan inilah yang perlu untuk kita latih. Misalnya anak berkata,”Yah ngapain kita sholat jam 8?” Ayah kalau menjawab,”Nak kamu pernah gak melaksanakan sholat yang seperti ayah” Kalau anaknya menjawab,”Aku sudah pernah disekolahan, itu kan namanya sholat dhuha yah” Lalu ayah bisa menjawab lagi,”Ya Allah nak, sholat dhuha itu dalam rangka apa sih nak” Kalau anaknya menjawab,”Kata bu guru/kata pak guru/kata pak ustad…” Lalu ayah bisa melemparkan pujian ke anak,”Ya Allah nak, ayah bersyukur nak, kamu bisa mengetahui tentang sholat dhuha.” Maka bisa dikatakan anaklah yang mendapatkan aha moment saat itu

Bagaimana agar kita bisa menjadikan waktu BERSAMA anak?

Yang pertama adalah manfaatkan golden moment atau momen yang berharga. Memanfaatkan golden momen bisa melalui du acara, yaitu dengan merebut atau merekayasa. Golden moment ini bisa dimulai sejak bangun tidur dipagi hari hingga tidur lagi di malam hari.

Contoh Golden moment yang direkayasa: Ketika kita sedang bersama anak dalam perjalanan menuju ke suatu tempat. Dalam perjalanan anak tidak bicara apa-apa dan tidak bertanya apa-apa, maka ayah harus merekayasa, misalnya ketika ayah melihat ada pengemis. Maka ayah bisa bertanya ke anak,”Nak itu ada nenek-nenek duduk disitu itu siapa ya nak?” Anaknya kemudian menjawab,”Itu pengemis yah” Ayah bisa berkata lagi,”Ya Allah kok sudah tua begitu masih mengemis ya?” Dan anaknya berkata “Iya yah, anaknya kemana sih? Kan kasihan ibunya sudah tua” Kemudian ayah bisa memasukkan pesan untuk meningkatkan kecedasan moral anak ayah sambal menunjukkan empati, seperti berkat,”Terimakasih ya nak sudah empati atau perhatian kepada orang lain” dan seterusnya.

Golden moment yang direbut adalah kalau ada momen berharga yang anak meletupkannya ke kita. Biasanya anak menunjukkannya melalui gesture tubuh atau verbalnya dia, ini jauh lebih muda untuk dimanfaatkan menjadi waktu bersama. Misalnya ketika kita sedang menonton TV dan sedang mengkisahkan tentang corona, biasanya suka timbul rasa penasaran anak ketika sedang menonton TV bersama dan ayah harus segera merebutnya karena momen ini tidak mungkin terulang. Kalau anak bicara,”Yah banyak banget ya pasiennya, itu  kasihan ya dokternya” Ayah harus segera merebut dengan berkata,”Ya Allah nak terimakasih ya sudah perhatian, kita doakan bersama yuk…”

Yang kedua adalah bagaimana memanfaatkan waktu bersama anak sesuai dengan umur dan tahap perkembangan anak tersebut. Dimana untuk anak kelas 3 kebawah lebih senang dipuji dan anak kelas 4 keatas lebih senang penghargaan. Misalnya anak berkata,”Yah tadi aku habis menolong orang”. Jika anak ayah masih kelas 3 kebawah, maka ayah dapat mengatakan,”Subhanallah hebat banget anak ayah sudah bisa menolong orang”. Kalau anak ayah kelas 4 keatas, ayah bisa mengatakan,”Oh iya, bagaimana ceritanya tadi nak?” Kemudian sang anak akan menceritakan prosesnya. Setelah anak menceritakan prosesnya ayah bisa berkata,”Ya Allah nak, terimakasih ya kamu sudah BERUSAHA KERAS untuk menolong orang”

Tujuan dari fathering skill adalah agar ayah bisa menjadi ayah juara atau sering diistilahkan dengan championship father. Ayah juara itu adalah ayah yang disegani, dihormati, dicintai, dan diteladani oleh anak, baik ketika ayah sedang bersama anak ataupun ketika ayah sedang tidak bersama anak. Untuk menjadi ayah juara ada 3 hal yang bisa selalu ayah asah yaitu Loving, Coaching, dan Modelling. Loving merupakan dasar dari 2 kemampuan yang lain. Loving adalah bagaimana ayah memberikan kasih sayang kepada anak sesuai dengan usia perkembangan anak. Coaching itu adalah bagaimana ayah mentarbiyah, ayah mendidik anak, ayah membuat regulasi dan sejenisnya. Modelling adalah bagaimana ayah memberikan contoh. Coaching dan Modelling akan susah ayah lakukan kalau ayah tidak menguatkan Loving terlebih dahulu. Loving ini bisa ayah lakukan salah satunya dengan waktu bersama anak.

Tidak ada komentar: