Selasa, 18 Februari 2025

Bersamamu Aku Hijrah


عَنْ أَبِيْ فِرَاسٍ رَبِيْعَةَ بْنِ كَعْبٍ الْأَسْلَمِيِّ - خَادِمِ رَسُوْلِ اللهِ ، وَمِنْ أَهْلِ الصُّفَّةِ رَضِيَ اللهُ عَنْهُ - ، قَالَ : كُنْتُ أَبِيْتُ مَعَ رَسُوْلِ اللهِ ، فَآتِيْهِ بِوَضُوْئِهِ وَحَاجَتِهِ ، فَقَالَ : ❲ سَلْنِيْ ، فَقُلْتُ : أسْأَلُكَ مُرَافَقَتَكَ فِي الْجَنَّةِ ، فَقَالَ : ❲ أَوْ غَيْرَ ذَلِكَ؟ قُلْتُ : هُوَ ذَاكَ ، قَالَ : ❲ فَأَعِنِّي عَلَى نَفْسِكَ بِكَثْرَةِ السُّجُوْدِ ❳ . ❊ رَوَاهُ مُسْلِمٌ [٤٨٩] .

Dari Abu Firas Rabi'ah bin Ka'ab Al-Aslami radhiyallahu 'anhu, yakni salah seorang pelayan Rasulullah Shallallahu 'alaihi wasallam dan termasuk ahlus-Shuffah (orang-orang miskin yang tinggal di beranda bagian belakang masjid Beliau), ia bercerita, "Aku pernah bermalam bersama Rasulullah Shallallahu 'alaihi wasallam, kemudian aku membawakan air wudhu dan kebutuhan Beliau yang lainnya. Lalu Beliau bersabda, 'Ajukanlah permintaan kepadaku.' Maka aku berkata, 'Aku memohon kepada engkau agar dapat menemani engkau di surga.' Beliau pun berkata, 'Adakah permintaan selain itu?' Aku menjawab, 'Cukup itu saja.' Maka Beliau bersabda, 'Bantulah aku untuk memenuhi permintaanmu itu dengan banyak bersujud (mengerjakan shalat)'." (HR. Muslim)

Orang kalau betul-betul tahu tujuan hidupnya, maka dengan spontan ia akan mengatakan tujuan hidupnya jika ditanya. Ketika tujuannya surga, maka ia akan spontan menyatakan tujuannya. Misal ia sedang berdoa di tempat dimana doa tersebut makbul, di raudhah misalnya. Jika yang besar hatinya harta, maka ia akan berdoa dibanyakan hartanya dan dimudahkan bisnis serta pekerjaannya. Jika yang besar hatinya nikah, maka ia akan berdoa agar dimudahkan jodohnya. Namun jika yang besar hatinya harta, maka ia akan berdoa agar dimasukkan surga dan hal-hal yang memudahkannya masuk ke surga.

Hijrah secara makna adalah berpindah. Pindah dari satu keadaan ke keadaan yang lain. Ketika ia berhijrah dengan tujuan surga, maka sikapnya dan amalnya akan ia fokuskan menuju surga Allah. Bahkan orang yang berkumpul karena tujuannya akhirat, di hari kiamat nanti, Allah akan berikan naungan yang tidak ada naungan kecuali naungan Allah Azza Wa Jala.

Tujuh golongan yang Allah berikan naungan dimana tidak ada naungan kecuali naungan Allah. Diantaranya adalah pemimpin yang adil, pemuda yang senantiasa menyembah Allah, seseorang yang hatinya terpaut kepada masjid, dua orang yang saling mencintai karena Allah, seseorang yang mengingat Allah dengan berzikir dalam keadaan sendirian hingga meneteskan air mata, seorang laki-laki yang dirayu oleh wanita cantik dan terhormat, namun ditolaknya karena takut kepada Allah, seseorang yang bersedekah secara sembunyi-sembunyi.

Hijrah bersamamu adalah hijrah bersama-sama dengan teman di tempat berkumpul. Dan tempat berkumpulnya yang paling baik adalah di dalam rumah tangga. Untuk hijrah bersama, samakan dahulu tujuan hidup kita. Kalau tujuannya bukan karena Allah, maka ia akan mudah terombang-ambing. Bicarakanlah visi misi dan cita-cita hidup kita agar kita bisa bersama-sama saling menguatkan dalam meraih surga Allah. Karena surga adalah cita-cita tertinggi seorang mukmin. Jika ia berkumpul karena Allah, maka Allah akan mengumpulkannya di Surga. Akan tetapi jika bukan karena Allah, maka mereka akan saling bermusuhan di akhirat kelak. Dan jika semua dilakukan karena Allah, maka Allah akan menguatkannya untuk mencapai tujuannya.

Hidup ini adalah tolong menolong, bukan hanya dalam dunia, akan tetapi juga dalam ketakwaan mendapatkan naungan Allah. Dan tolong menolong dalam ketakwaan paling banyak ada di dalam rumah tangga. Jadi kelompok dan rumah tangga harus dibangun dalam ketakwaan, dimana ketakwaan tersebut adalah untuk mendapatkan ridho Allah. Jadikan ketakwaan ini menjadi komitmen bersama kita.

Apa yang harus kita lakukan agar komitmen ini dapat kita raih.

1. Semua harus tahu antara hak dan kewajiban. Karena dalam tolong menolong harus berbagi tugas, karena kalau tidak berbagi tugas, maka tolong menolong itu akan tidak terorganisir dan kacau. Kalau berbagi tugas, maka harus ada pemimpin, dan Allah tugaskan laki-laki menjadi pemimpin. Ini adalah tugas yang ditetapkan oleh Allah dalam firmannya di Al Qur’an dan semua harus ridho akan hal ini agar tercipta Sakinah mawadah warrahmah. Semua juga harus tahu dan komitmen dalam menjalankan kewajibannya masing-masing dan memberikan hak yang harus diberikan.

2. Semua harus sama-sama belajar ilmu agama agar tidak saling menyalahkan. Karena menuntut ilmu agama itu wajib bagi setiap orang islam.

3. Semua harus saling menghargai dan menasehati. Semua hal harus disampaikan dengan cara yang benar dan tulus, karena agama ini adalah nasehat. Pun begitu dalam kehidupan, menasehati dalam cara yang baik adalah salah satu bentuk sikap saling menghargai. Menasehati adalah dengan hati yang paling dalam ingin kebaikan bagi yang dinasehati bukan karena ingin menjatuhkan atau mempermalukannya.

 4. Semua saling ridho dengan kekurangan. Rasul mengatakan jika kamu tidak suka dengan satu akhlak, maka coba kamu perhatikan lagi maka kamu akan suka dengan akhlak nya yang lain yang lebih banyak. Maka saling ridholah dengan kekurangan. Karena yang sempurna hanya akan kita temui di surga nanti.

 5. Semua saling berkomitmen dengan konsekuensi yang ada. Bersabarlah.

*Disampaikan oleh Ust Luthfi Abdul Jabbar di Masjid Nurul Iman, Blok M, Jakarta

 

Tidak ada komentar: