وَابْتَغِ فِيْمَآ اٰتٰىكَ اللّٰهُ الدَّارَ الْاٰخِرَةَ وَلَا تَنْسَ نَصِيْبَكَ مِنَ الدُّنْيَا وَاَحْسِنْ كَمَآ اَحْسَنَ اللّٰهُ اِلَيْكَ وَلَا تَبْغِ الْفَسَادَ فِى الْاَرْضِۗ اِنَّ اللّٰهَ لَا يُحِبُّ الْمُفْسِدِيْنَ ٧٧
Dan, carilah pada apa yang telah dianugerahkan Allah kepadamu (pahala) negeri akhirat, tetapi janganlah kamu lupakan bagianmu di dunia. Berbuat baiklah (kepada orang lain) sebagaimana Allah telah berbuat baik kepadamu dan janganlah kamu berbuat kerusakan di bumi. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang berbuat kerusakan.” (QS Al-Qasas : 77)
Al Qur'an dan hadits memberi kita tuntunan dalam hidup kita, baik itu tujuan jangka pendek maupun tujuan jangka panjang. Tujuan jangka pendek adalah fidunnya hasanah. Tujuan jangka panjangnya adalah wa fil akhirati hasanah.
Ada 4 yang Allah sebutkan dalan surat Al Qasas diatas:
1. Cari pada apa yang telah dianugerahkan Allah kepadamu (pahala) negeri akhirat.
2. Janganlah lupakan bagian di dunia.
3. Berbuat baiklah (kepada orang lain) sebagaimana Allah telah berbuat baik kepadamu.
4. Janganlah berbuat kerusakan di bumi.
Artinya prioritas seorang muslim adalah akhirat. Harus memiliki visi akhirat. Orang yang memiliki visi akhirat:
1. Ia akan mempersembahkan yang terbaik di tempat bekerja. Sebab ia teringat dengan janji Allah di Surat Al Zalzalah ayat 7-8:
فَمَنْ يَّعْمَلْ مِثْقَالَ ذَرَّةٍ خَيْرًا يَّرَهٗۚ ٧ وَمَنْ يَّعْمَلْ مِثْقَالَ ذَرَّةٍ شَرًّا يَّرَه ٨
Siapa yang mengerjakan kebaikan seberat zarah, dia akan melihat (balasan)-nya. Siapa yang mengerjakan kejahatan seberat zarah, dia akan melihat (balasan)-nya.
2. Ia akan selalu menjaga amanah yang diberikan kepadanya dengan cara berlaku jujur, berlaku adil, bekerja dengan sempurna. Hal ini sebagaimana surat Al Anfal ayat 27:
يٰٓاَيُّهَا الَّذِيْنَ اٰمَنُوْا لَا تَخُوْنُوا اللّٰهَ وَالرَّسُوْلَ وَتَخُوْنُوْٓا اَمٰنٰتِكُمْ وَاَنْتُمْ تَعْلَمُوْنَ ٢٧
Wahai orang-orang yang beriman, janganlah kamu mengkhianati Allah dan Rasul serta janganlah kamu mengkhianati amanat yang dipercayakan kepadamu, sedangkan kamu mengetahui.
3. Allah akan berikan karunia kepada yang bekerja untuk akhirat. Sebagaimana hadits:
Dari Zaid bin Tsabit Radhiyallahu anhu, ia mendengar Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda :
مَنْ كَانَتِ الدُّنْيَا هَمَّهُ ، فَرَّقَ اللهُ عَلَيْهِ أَمْرَهُ ، وَجَعَلَ فَقْرَهُ بَيْنَ عَيْنَيْهِ ِ، وَلَمْ يَأْتِهِ مِنَ الدُّنْيَا إِلَّا مَا كُتِبَ لَهُ ، وَمَنْ كَانَتِ الْآخِرَةُ نِيَّـتَهُ ، جَمَعَ اللهُ أَمْرَهُ ، وَجَعَلَ غِنَاهُ فِيْ قَلْبِهِ ، وَأَتَتْهُ الدُّنْيَا وَهِيَ رَاغِمَةٌ.
Barangsiapa tujuan hidupnya adalah dunia, maka Allâh akan mencerai-beraikan urusannya, menjadikan kefakiran di kedua pelupuk matanya, dan ia tidak mendapatkan dunia kecuali menurut ketentuan yang telah ditetapkan baginya. Barangsiapa yang niat (tujuan) hidupnya adalah negeri akhirat, Allâh akan mengumpulkan urusannya, menjadikan kekayaan di hatinya, dan dunia akan mendatanginya dalam keadaan hina.” (HR Ahmad)
Konsep rezeki dalam Islam ada 2 yaitu rezeki Kasbi dan rezeki wahbi. Rezeki kasbi dan rezeki wahbi adalah dua jenis rezeki yang diberikan Allah kepada manusia. Rezeki kasbi diperoleh melalui usaha dan kerja, sedangkan rezeki wahbi datang di luar prediksi manusia. Karena Rezeki Wahbi merupakan wujud sifat rahim Allah, maka orang yang gemar melakukan sedekah sangat berpeluang mendapatkan rezeki jenis terakhir ini.
Jangan lupakan juga bagianmu di dunia.
Syaikh Al Utsaimin rahimahullah berkata,"Ambillah dari dunia apa yang halal untukmu, jangan kau lupakan bagianmu dari dunia ini. Akan tetapi, jadikan dia di tanganmu, bukan di hatimu". (Syarh Riyadhus Shalihin, 3/369)
Untuk mengambil bagian di dunia kita memerlukan kekuatan ibadah dan kekuatan ikhtiar.
Kita juga diminta berbuat baik sebagaimana Allah terlah berbuat baik kepada kita. Yang kita tidak akan mampu menghitung kebaikan Allah sebagaimana firman Allah dalam surat An Nahl ayat 18:
.وَاِنْ تَعُدُّوْا نِعْمَةَ اللّٰهِ لَا تُحْصُوْهَاۗ اِنَّ اللّٰهَ لَغَفُوْرٌ رَّحِيْمٌ ١٨
Jika kamu menghitung nikmat Allah, niscaya kamu tidak akan mampu menghitungnya. Sesungguhnya Allah benar-benar Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.
Dan yang juga perlu diingat, kita dilarang untuk berbuat kerusakan. Jangan bermaksiat kepada Allah. Terlebih di 3 bulan yang kita jalani sekarang. Rajab - Syaban - Ramadhan. Karena bukan ini memiliki keutamaan masing-masing. Selain itu kita juga harus mewaspadai kemaksiatan di bulan Haram. Karena di bulan tersebut baik pahala dan dosa akan dilipatgandakan. Empat bulan haram tersebut adalah Dzulqa’dah, Dzulhijjah, Muharram, dan Rajab.
Bagaimana pekerjaan bisa bernilai ibadah?
Pekerjaan bernilai ibadah adalah pekerjaan yang dilakukan dengan niat ibadah kepada Allah. Yang perlu diingat:
1. Semua aktifitas yang dilakukan seorang muslim selama tidak bertentangan dengan ajaran Islam nilainya ibadah.
2. Pastikan niat bekerja kita benar-benar karena Allah Ta'ala.
Semoga Allah memberikan kekuatan iman dan takwa kepada kita sehingga menjadikan akhirat sebagai tujuan akhir kita dan kita kelak dikumpulkan di surganya Allah Azza Wa Jala.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar