Kamis, 13 Februari 2025

Mereka Memprioritaskan Yang Terpenting Dan Meragamkan Ilmu Yang Dicari

 

Mereka Memprioritaskan Yang Terpenting Dan Meragamkan Ilmu Yang Dicari

Ust Rahmat Hidayat Syamsurizal Lc, MA

Masjid Nurul Iman

 

Banyak diantara kita yang sudah ngaji bahkan sudah khatam kitab, akan tetapi ia tidak mengalami upgrade amalan dan akhlak, karena bisa jadi ia tidak mendapatkan Rahmat dari Allah karena kesalahan niat mereka dalam mencari ilmu

Yang pertama, orang-orang terdahulu tatkala mencari ilmu, mereka berusaha membersihkan hati mereka dahulu. Karena hati adalah panglima bagi tubuh seseorang. Kalau hatinya bersih insyaAllah hal baik lain akan mengikuti. Bagaimana agar hati bersih? Salah satunya adalah dengan berdoa kepada Allah Subhanahu Wa Ta'ala. Sebagaimana salah satu doa Rasulullah:

اللَّهُمَّ مُصَرِّفَ الْقُلُوبِ صَرِّفْ قُلُوبَنَا عَلَى طَاعَتِكَ

Allaahumma Musharrifa-l quluub, sharrif quluubana `alaa tha`atik.”

“Ya Allah, Yang Mahakuasa untuk merubah-rubah keadaan hati! Arahkanlah kalbu kami untuk senantiasa menaati Engkau.” (HR Muslim 2654)

Ilmu akan bermanfaat dan berkah tatkala hati bersih. Karena ilmu adalah cahaya yang hinggap di hati-hati yang bersih.

Imam Syafi'i rahimahullah pernah berkata:

شَكَوْت إلَى وَكِيعٍ سُوءَ حِفْظِي فَأَرْشَدَنِي إلَى تَرْكِ الْمَعَاصِي وَأَخْبَرَنِي بِأَنَّ الْعِلْمَ نُورٌ وَنُورُ اللَّهِ لَا يُهْدَى لِعَاصِي

"Aku pernah mengadukan kepada Waki' tentang jeleknya hafalanku. Lalu beliau menunjukiku untuk meninggalkan maksiat. Beliau memberitahukan padaku bahwa ilmu adalah cahaya dan cahaya Allah tidaklah mungkin diberikan pada ahli maksiat." (I'anatuth Tholibin, 2: 190)

Namun, kenapa hafalan beliau bisa terganggu? Ketika itu Imam Syafi'i mengadukan pada gurunya Waki'. Beliau berkata, "Wahai guruku, aku tidak dapat mengulangi hafalanku dengan cepat. Apa sebabnya?" Sang Guru Imam Waki' lantas berkata: "Engkau pasti pernah melakukan suatu dosa . Cobalah engkau merenungkannya kembali!"

Imam Syafi'i pun merenung, beliau merenungkan keadaan dirinya, "Apa ya dosa yang kira-kira telah kuperbuat?" Beliau pun teringat bahwa pernah suatu saat beliau melihat seorang wanita tanpa sengaja yang sedang menaiki kendaraannya, lantas tersingkap pahanya. Ada yang mengatakan: yang terlihat adalah mata kakinya. Lantas setelah itu beliau memalingkan wajahnya.

Orang-orang dahulu juga berusaha mengikhlaskan diri mereka dalam belajar agar mendapatkan Rahmat Allah dalam mencari ilmu. Oleh karena itu, kita melihat bagaimana Imam Malik begitu menikmati dalam menulis kitab Muwatho karena keikhlasan beliau dalam mencari ilmu.

Kita juga tahu bagaimana orang yang salah niat dalam menuntut ilmu sebagaimana hadits yang menceritakan kesalahan niat 3 orang dalam beramal. Dimana diantaranya berbunyi..

...Giliran orang yang belajar Al-Qur'an dan mengajarkannya kepada orang lain. Setelah dihadapkan kepada Allah, maka orang itu ditanya, 'Apa yang telah kamu lakukan di dunia hai hamba-Ku?' Orang itu menjawab, 'Saya mencari ilmu dan setelah itu mengajarkannya kepada orang lain. Selain itu, saya juga rajin membaca Al-Qur'an.' Allah Subhanahu Wa Ta'ala berkata kepadanya, 'Kamu telah berdusta. Sebenarnya kamu mencari ilmu dan mengajarkannya kepada orang lain agar kamu disebut orang alim. Kamu pun membaca Al-Qur'an agar kamu disebut sebagai orang yang pandai membacanya.' Allah Subhanahu Wa Ta'ala memerintahkan para malaikat-Nya untuk menghisab orang tersebut di hadapan-Nya dan akhirnya ia dicampakkan ke dalam neraka...

Sufyan ats-Tsauri rahimahullah mengatakan, “Tidaklah aku mengobati suatu penyakit yang lebih sulit daripada masalah niatku. Karena ia sering berbolak-balik.”

Al-Fudhail bin ‘Iyadh rahimahullah mengatakan, “Meninggalkan amal karena manusia adalah riya’ sedangkan beramal untuk dipersembahkan kepada manusia merupakan kemusyrikan. Adapun ikhlas itu adalah tatkala Allah menyelamatkan dirimu dari keduanya.”

Yusuf bin al-Husain rahimahullah berkata, “Sesuatu yang paling sulit di dunia ini adalah ikhlas.”

Seseorang yang berusaha mencari ilmu dan Rahmat Allah maka ia harus berupaya menghadirkan keikhlasan dalam dirinya dan mengatasi kebodohan dalam dirinya.

Yang kedua, ia berniat menghilangkan kebodohan dari orang-orang disekitarnya. Ilmu yang didapat berusaha disebarkan untuk mencerdaskan orang lain.

Yang ketiga, ia berniat untuk mengamalkan ilmu tersebut. Berusaha semaksimal mungkin mengamalkan apa yang sudah ia dapatkan. Kita harus lebih bersemangat dalam mengamalkan ilmu, karena fasilitas yang kita dapatkan jauh lebih banyak dan lebih mudah dari orang-orang terdahulu. Orang terdahulu untuk mendapatkan dan memahami 1 hadits perlu melakukan perjalanan jauh dan memakan waktu selama, sementara kita bisa mengakses dengan mudah online maupun offline.

Dalam mencari ilmu kita perlu menentukan prioritas kita dalam mencari ilmu. Mulailah dari ilmu yang penting dalam kehidupan kita sehari-hari. Apa ilmu yang penting? Kembali kepada tujuan diciptakannya manusia yang tidak lain adalah untuk beribadah kepada Allah. Oleh karena itu ilmu penting yang wajib kita pelajari adalah ilmu tentang aqidah kita. Lalu tentang keseharian kita, seperti rukun iman, rukun Islam, fikih muamalah bagi yang berniaga, dan hal keseharian lainnya. Baru setelah itu ilmu-ilmu yang lain.

Orang terdahulu fokus kepada satu kitab sampai ia menamatkannya, baru setelah itu baru masuk ke kitab lainnya. Bukan berarti tidak boleh mempelajari kitab lain ketika sedang mempelajari suatu kitab, akan tetapi kembalikan kepada kemampuan dan kapasitas kita dalam mempelajari dan menyerap suatu ilmu, karena kebanyakan manusia tidak mampu mempelajari 2 hal secara fokus secara bersamaan.

Ibnu Jauzi memberikan nasehat dalam mempelajari suatu ilmu, mulailah dari yang ringkas dan pendek-pendek, baru secara bertahap masuk ke pembahasan ilmu yang lebih berat.

Tidak sepatutnya bagi seorang muslim meninggalkan ilmu yang bermanfaat yang berkaitan dengan Al Qur'an.

Tidak sepatutnya pada penuntut ilmu mematahkan semangat penuntut ilmu lainnya. Karena tidak bermanfaat ia menuntut ilmu jika tujuannya adalah untuk mencari keburukan penuntut ilmu lainnya. Jika tidak mampu membantu seseorang dalam menuntut ilmu, maka cukuplah ia memberi semangat kepada orang tersebut dalam menuntut ilmu, dan tidak mencelanya, atau mematahkan semangatnya.

Semoga Allah memudahkan kita dan memberikan kita keistiqomahan dalam menuntut ilmu.

Tidak ada komentar: