Rabu, 05 Oktober 2022

Mendidik Anak Laki-Laki Remaja (Usia Diatas 15 Tahun)

Sebelumnya saya pernah membuat resume tentang mendidik anak laki-laki usia dini (0-7) tahun dalam dua tulisan, tulisan pertama Mendidik Anak Laki-Laki Usia Dini (0-7 Tahun) dan tulisan kedua Mendidik Anak Laki-Laki Usia 0 – 7 Tahun. Lalu tulisan mendidik anak usia praremaja (7 – 15 Tahun). Sekarang kita akan masuk ke usia selanjutnya.

Usia Remaja Bukan Pemakluman atas DOSA

Perlu kita pahami bahwa, seringkali ada istilah familiar yang ada di masyarakat tentang kenakalan-kenakalan yang dilakukan remaja sebagai sebuah pemakluman..  dan itu dianggap sebagai hal yang lumrah.. namanya juga remaja.. padahal hal ini adalah sesuatu yang sejatinya wajib kita luruskan.. karena awal dari pemakluman ini bisa jadi atas terminologi yang muncul dikalangan kita atas jurnal ilmiah yang dikeluarkan oleh Stanley Hall tahun 1912, yang memberikan definisi baru kepada usia belasan tahun, yang disebut adolescent tapi belum cukup, karena badannya besar akan tetapi kelakuannya masih seperti anak-anak, yang pada akhirnya memunculkan terminologi teenager. Stanley Hall membuat sebuah riset dengan sample 10 ribu anak-anak di eropa dan amerika, atas perilaku-perilaku yang mereka alami. Dari 10 ribu riset ini, mereka biasa membangkang, melawan, ngeyel, bahkan melakukan keonaran. Atas dasar itulah diterbitkan sebuah jurnal ilmiah yang seolah-olah menjadi pembenaran atas perilaku usia remaja (teenager). Yang sebenarnya disebabkan oleh pola asuh yang salah di dunia barat.

Paradigma الشباب VS المراهق

Jurnal ilmiyah inilah yang diadopsi oleh semua psikolog diseluruh dunia, termasuk psikolog di Arab, yang sampai membuat sebuah definisi baru bagi anak-anak di usia tersebut yang disebut Murohiq (المراهق) pada tahun 1920 , yang secara Bahasa Indonesia didefinisikan sebagai remaja. Murohiq berasal dari kata dasar rohaqo yang terdapat dalam surat Jin ayat 5, وَّاَنَّا ظَنَنَّآ اَنْ لَّنْ تَقُوْلَ الْاِنْسُ وَالْجِنُّ عَلَى اللّٰهِ كَذِبًاۙ, Sesungguhnya kami mengira bahwa manusia dan jin itu tidak akan mengatakan perkataan yang dusta terhadap Allah.”. Jadi kata rohaqo yang berarti dosa menjadi sebuah nilai yang menjadi pembenaran bagi remaja berbuat salah dan dosa. Ini suatu yang salah! Padahal remaja sendiri dalam Bahasa Indonesia didefinisikan sebagai orang yang bersikap dewasa. Pemakluman akan dosa ini bahaya, karena kalau sesungguhnya ajal menjemput anak kita, anak kita tetaplah harus mempertanggung jawabkan perbuatannya karena sudah baligh, tidak ada pemakluman akan usia remaja.

Padahal kalau merujuk ke masyarakat islam terdahulu, tidak ada remaja yang seperti definisi teenager atau murohiq. Hal ini sangat perlu diluruskan. Oleh karena itu salah satu pakar Pendidikan asal Arab Saudi yang bernama Dr Kholid Ahmad Syantut membuat sebuah termonologi yang diambil dari dalil Qur’an dan Sunnah yang menyatakan dari pada menyebut mereka sebagai murohiq, lebih baik menyebut mereka sebagai Asy Syabab (الشباب). Dimana Asy Syabab maknanya sama yaitu remaja atau pemuda, tapi Asy Syabab itu memiliki akar kata Syuba yang berarti jilatan api yang membakar. Disebut الشباب agar mampu memanfaatkan potensi (القوة) demi kemaslahatan. Karena anak muda itu seperti jilatan api yang memiliki potensi. Dimana potensi ini tergantung bagaimana memanfaatkannya, kalau dimanfaatkan baik maka akan menjadi baik, itulah yang dilakukan Rasulullah, menjadikan Sebagian pendukungnya anak-anak muda. Kita tahu Abdullah bin Abas yang menjadi ulama yang membantah khawariz di udia 14 tahun, Ali bin Abi Thalib yang di usia 10 tahun sudah menjadi tameng Rasulullah, Usamah Bin Zaid yang menjadi panglima perang di usia 17 tahun.

Akan tetapi kalau potensi ini diambil oleh orang yang rusak maka remaja ini bisa ikut rusak juga. Maka jangan heran kalau akhir kerusakan menjadi kreatif karena memanfaatkan potensi remaja. Inilah salah satu tugas dari pendidik adalah harus mampu memandang potensi seorang remaja. Potensi yang dimiliki Remaja atau pemuda menurut pandangan ulama diantaranya adalah Potensi Akal (العقلية قوة), Potensi Semangat (الحماسة قوة), dan Potensi Fisik (الجسمية قوة). Diantaranya dengan sibukkan remaja dalam kegiatan dakwah atau kegiatan positif lainnya, rebut golden moment nya dan jangan ditunda-tunda.

Profil Awal Pemuda Islam

Dalam Islam ada sebuah profil yang menjadi indikasi bahwa seorang anak muda sudah masuk kedalam fase kematangan, dan fase kematangan itu memberikan sebuah jawaban atas tanggung jawab mereka. Indikasinya adalah ketika sudah Amanah dalam mengelola harta.

فَاِنْ اٰنَسْتُمْ مِّنْهُمْ رُشْدًا فَادْفَعُوْٓا اِلَيْهِمْ اَمْوَالَهُمْ

Kemudian jika menurut pendapatmu mereka telah cerdas (pandai memelihara harta), maka serahkanlah kepada mereka harta-hartanya…(An Nisa : 6).

Jadi kalau sudah bisa Amanah dalam mengelola uang, maka ia sudah bisa diberikan tanggung jawab dalam mengelola harta. Sudah bisa diberikan hak untuk memiliki gadget, jangan berikan hak memiliki gadget sebelum anak siap. Kalau anak belum siap, jangan berikan ia hak milik, tapi berikanlah ia hak guna. Ketika anak sudah bisa mengelola harta, maka anak sudah masuk ke fase awal kematangannya, yang ujungnya nanti adalah kemampuan dalam memberikan nafkah. Untuk mengetahui anak sudah Amanah latihannya menurut para ulama diantaranya adalah laki-laki ditandai dengan keberanian untuk safar sendirian. Kalau perempuan ditandai mampu mengelola rumah ayahnya, seperti cuci baju, piring dan bersih-bersih rumah ketika ayah bundanya sedang tidak ada di rumah.

Tantangan Awal Remaja

Aktifnya hormon seksual (baligh) yang menurut Ibnu Taimiyah menjadikan remaja (anak yang sudah baligh) sebagai target utama setan, selain ketika hamba Allah mengalami sakaratul maut. Dimana ujian beratnya adalah syahwat terhadap wanita (Ali Imran ayat 14). Seorang laki-laki yang terkena jerat fitnah Wanita maka akan ada 2 yang terjadi, sebagaimana Tafsir Al Qurthubi, yaitu Memutuskan silaturrahim dengan siapapun yang menolak hubungan dia dengan Wanita tersebut dan Mengumpulkan harta banyak tanpa peduli halal dan haram.

Menyibukkan REMAJA dalam segudang aktivitas

Remaja wajib untuk sibuk, dimulai dengan melatih anak memiliki daily rundown. Sebagaimana firman Allah Subhanahu Wa Ta’ala:

يٰٓاَيُّهَا الَّذِيْنَ اٰمَنُوا اتَّقُوا اللّٰهَ وَلْتَنْظُرْ نَفْسٌ مَّا قَدَّمَتْ لِغَدٍۚ

Hai orang-orang yang beriman, bertakwalah kepada Allah dan hendaklah setiap diri memperhatikan apa yang telah diperbuatnya untuk hari esok..... (Al Hasyr : 18).

الوقت كالسيف فإن قطعته وإال قطعك، ونفسك إن لم تشغلها بالحق وإال شغلتك بالباطل

Imam Syafi’i berkata, “Waktu laksana pedang. Jika engkau tidak menggunakannya, maka ia yang malah akan menebasmu. Dan dirimu jika tidak tersibukkan dalam kebaikan, pasti akan tersibukkan dalam hal yang sia-sia.” (Al Jawaabul Kaafi karya Ibnul Qoyyim Al Jauziyah)

3 Program Utama Remaja

Yang dilakukan untuk memaksimalkan potensi remaja, seperti yang bisa kita pelajari dari proses kenabian Rasulullah di masa remaja, yang pertama adalah Magang (mulai belajar aktifitas laki-laki dewasa bisa adhoc ataupun organisasi). Rasulullah pernah magang adhoc di perang fijar, dengan memunguti anak panah yang jatuh dan tidak ikut berperang langsung. Di magang itu anak akan terlibat, menyaksikan dan mengobservasi secara langsung (knowing, feeling, acting). Selain itu ketika remaja, Rasulullah juga aktif di suatu organisasi yang Bernama hilful fudhul, sebuah organisasi yang bertujuan menjaga ketertiban dan keadilan dalam perdagangan, yang menjadi urat nadi kehidupan penduduk Mekah. Di hilful fudhul Rasullah memang hanya seorang partisipan, akan tetapi Rasulullah sudah menunjukkan kelaki-lakiannya yang matang ketika membebaskan Wanita yang diculik oleh Bani Najaj, sebagaimana dikisahkan Ibnu Hisyam dalam kitabnya. Jangan sampai anak kita di usia ini hanyalah sibuk nge prank dan stand up comedy menertawakan nasib bangsa tanpa ada tindakan nyata.

Yang kedua adalah Mentor (personal maupun komunal). Mentor terbaik di usia ini adalah ayah atau pihak ketiga yang bisa membuat anak kita menjadi lebih matang. Seperti Muhammad Al Fatih yang dimentori oleh Syekh Aaq Syamsuddin dan Syekh Ahmad bin Ismail Al Kuroni, Umar bin Abdul Aziz yang dimentori Imam Shalih bin Kaisan, Abdullah bin Umar yang dimentori ayah kandungnya langsung yaitu Umar Bin Khattab, Abdullah bin Abas yang dimentori Rasulullah. Kalau di pesantren mentornya adalah kumpulan Asatidz yang bergantian memberikan stimulan ke anak laki-laki kita.

Dan yang ketiga adalah Monitoring dengan bagaimana kita melihat hal-hal yang dapat merusak anak laki-laki remaja kita, diantaranya yaitu kebiasaan jam biologis, bahasa, dan pertemanan. Perhatikan jam biologis anak, apakah terbiasa bangun pagi atau bangun siang, karena keberkahan adanya dipagi hari dan bukan siang hari. Sebagaimana doa Rasulullah, اللهم بارك لأمتي في بكورها , “Ya Allah, berilah keberkahan bagi umatku di pagi harinya.“ Perbanyak Bahasa-bahasa baik dikepala anak kita dengan jalan mencintai buku, mendatangi kajian, diskusi dengan orang-orang sholeh dan yang memiliki bahasa baik. Dalam hal pertemanan, Rasulullah mengatakan, المرء على دين خليله فلينظر أحدكم من يخالل, “Agama Seseorang sesuai dengan agama teman dekatnya. Hendaklah kalian melihat siapakah yang menjadi teman dekatnya.” (HR. Abu Daud dan Tirmidzi). Dalam Riwayat lain juga dijelaskan, “Permisalan teman yang baik dan teman yang buruk ibarat seorang penjual minyak wangi dan seorang pandai besi. Penjual minyak wangi mungkin akan memberimu minyak wangi, atau engkau bisa membeli minyak wangi darinya, dan kalaupun tidak, engkau tetap mendapatkan bau harum darinya. Sedangkan pandai besi, bisa jadi (percikan apinya) mengenai pakaianmu, dan kalaupun tidak engkau tetap mendapatkan bau asapnya yang tak sedap.” (HR. Bukhari 5534 dan Muslim 2628). Kalau kita melihat ada gejala-gejala temannya buruk, maka 2 solusinya. Yang pertama, potong kompas pertemanannya dan tawarkan pertemanan baru yang sama asyiknya, sehingga anak kita terjaga dengan kita bantu dengan pertemanan baru yang terjaga keimanannya. Yang kedua, kalau memang sulit untuk kita cut off, kita masuk kedalam pertemanan tersebut, minimal untuk menjadi pagar dalam mencegah kerusakan. Dengan mengundang teman-temannya main ke rumah misalnya.

Saatnya BERAKSI!

Ada 20 juta anak-anak di Indonesia yang berusia diatas 15 tahun, yang dalam beberapa tahun lagi akan menentukan bagaimana nasib bangsa ini. Di usia ini anak sudah memiliki sifat kelaki-lakian dan sudah bisa beraksi, peran keayahan semakin dibutuhkan. Yang harus dipahami, benarkah remaja atau pemuda merupakan era perusak? Mari kita lihat fakta-fakta yang ada. Pertama, usia ini adalah usia potensi mendapatkan titik paling melekat kepada Allah. Hal ini dapat kita lihat dibanyak siroh, dimana anak muda banyak yang menjadi pengikut Rasulullah. Kedua, di usia ini ternyata remaja sudah memiliki kesadaran yang kuat dan tinggi akan nilai-nilai kebenaran, kebaikan, keindahan. Ketiga, nilai individu dan sosial mulai terintegrasi utuh dalam kepribadian. Keempat, perilaku sudah mengakar kuat dan cenderung bersifat tetap. Kelima, konsep diri yang menguat.

Contoh Pemuda Hebat Dari Sahabat Berdasarkan Usianya

Usia 15 tahun. Abdullah bin Umar ikut dalam jihad pertamanya di Perang Uhud setelah sebelumnya di Perang Badar ditolak karena masih berusia 14 tahun dan Imam Syafi’i menjadi mufti.

Usia 16 tahun. Zaid bin Tsabit ikut jihad pertama kali di Perang Khandak setelah ditolak pada Perang Badar karena usianya baru 12 tahun.

Usia 17 tahun. Bukhari mendalami hadits dari para gurunya dan Abu Hamid al-Isfirayini menjadi Mufti.

Usia 18 Tahun. Usamah bin Zaid menjadi panglima perang melawan salah satu pasukan Romawi dan menang dan Bukhari mulai menulis.

Usia 22 tahun. Zaid bin Tsabit memimpin tim pengumpulan mushaf al-Qur’an dan Sultan Muhammad al-Fatih menjadi sultan Turki Utsmani.

Usia 23 tahun. Umar bin Abdul Aziz menjadi gubernur Madinah.

Anakmu Buka Milikmu Lagi

Cek kaca spion dan fokus kaca depan, maksudnya lihat lagi perkembangan anak laki-laki kita, apa yang menjadi kekurangannya saat ini, untuk kemudian kita bantu anak kita memperbaiki dan melengkapinya untuk persiapan menghadapi kehidupan nyata di masa yang akan datang. Buka akses ayah bunda agar anak ayah bunda bisa dengan mudah menghubungi ayah bunda. Persiapkan dalam menghadapi tantangan baru, Real Stage Real Life, sadarlah kita kalau anak-anak kita sudah akan memasuki fase yang baru. Bantu anak kita dalam proses mentoring, mulailah dari mentoring spiritual atau agama agar anak kita bisa lebih mulus dalam menjalani real stage and real life, misalnya melalui halaqah atau yang lainnya.

Anak Laki-Laki dan Lingkungan : Clique & Crowd

Setidak-tidaknya anak laki-laki akan masuk, atau kita yang akan masuk,atau orang lain yang akan menyiapkan anak laki-laki pada proses transisi. Ada dua yang dihadapi anak kita pada proses transisinya, yaitu Clique dan Crowd. Clique: anak cenderung membentuk pertemanan yang ditandai adanya hubungan yang akrab, loyalitas, dan saling berbagi. Bentuk hubungannya lebih timbal balik, lebih seimbang, kegiatan Bersama dan lebih stabil. Clique ini cenderung lebih mudah kita pantau sebagai orang tua. Diantara contoh Clique adalah main games bareng, ngaji Bersama, main bola bersama.

Crowds: kelompok sosial heterogen yang lebih besar yang terbentuk bukan karena interaksi pribadi, melainkan akibat adanya persepsi terhadap reputasi, citra, atau identitas. Diantara contoh crowd adalah lingkungan tempat tinggal, latar belakang etnis, status sosial di kalangan teman sebaya, kemampuan, minat, atau gaya hidup.

Yang Harus Kita Lakukan

Lepas! Kendali tetap ditangan Ayah. Kendali yang paling bagus adalah membangun kekaguman dan respect anak ayah ke ayah. Jangan kita melepas anak kita, tapi kita membangun ketakutan, misalnya ayahnya selalu bilang.. hati-hati.. awas lho.. dan sejenisnya.

Simulasikan dengan ayah tetap memberikan contoh dan guidance, untuk kemudian kita lepas anak kita melakukannya. Role Being (Hands On Mind On).

Perjalanan Menuju Laki-Laki Dewasa

13/14 Tahun Fase RESTRUKTURISASI 2. Periksa proses download kelaki-lakian anak kita.  Tambah yang kurang. Kemudian mulai kenalkan mentor. Mentor yang ayah dan bunda betul-betul tau keberagamaan mentor tersebut. Mentor boleh lebih dari 1 orang.

14/16 Tahun Fase MENTORING. Jembatan menuju dewasa. Dibawah pengawasan ayah. Bukan sekedar guru

17/20 Tahun Fase Magang. Lingkungannya akan lebih heterogen. Tanpa mentor. Ayah bunda tetap diawasi

Persiapkan semuanya dengan baik, karena siap atau tidak siap fase ini pasti akan datang. Tinggal apakah kita mau memulai mempersiapkan kelaki-lakian anak kita atau dimulai orang lain. Satu hal yang perlu diingat, perkembangan anak laki-laki tidak bisa menunggu!

Segara ATUR POSISI, Ayah Dimana, Ibu Dimana, Orang Ketiga (Mentor) dimana. Ayah bunda juga harus kompak, mulai dari pemahaman hingga pola asuh. Anak boleh keluar, akan tetapi roadmap standar harus tetap dijadikan acuan, dimana roadmap untuk laki-laki mengacu ke keluarga Ibrahim yang ujungnya Ismail dan perempuan mengacu ke keluarga Imron yang ujungnya Mariam. Diskusikan selalu dan infokan ke mentor dan tempat magang anak kita tentang roadmap yang kita inginkan.

Intention, Attention, Connection. Koneksi anak kita terhadap anak laki-laki kita sangat tergantung pada niat dan perhatian. Untuk itu ayah bunda perlu untuk menjaga kembali niat dan jangan kurangi perhatian kepada anak.

Dalam mendidik anak laki-laki kita perlu diingat kalau kita butuh orang lain, kita perlu membangun sinergi besar, pastikan rumah sebagai home bukan shelter, lakukan dan kuatkan terus observasi, evaluasi, dan rekomendasi.

Semoga kita bisa menjadi ayah hebat dan ibu tangguh yang mampu mendidik anak-anak laki-laki kita dengan pendidikan terbaik sesuai fitrahnya dan menjadikan anak-anak kita menjadi anak-anak yang juara dengan akhlak yang baik.

*Sumber : Webinar Ayah Irwan Rinaldi dan Ustadz Bendri Jaisyurrahman

Tidak ada komentar: