Dalam pemikiran saya, sepertinya ada beberapa sebab yang membuat shaf tidak lurus dan rapat. Pertama, makmum tersebut tidak mengetahui pentingnya lurus dan rapatnya shaf. Kedua, imam kurang memperhatikan barisan shaf yang ada dibelakangnya, karena meskipun imam seringkali mengumandangkan agar shaf diluruskan dan dirapatkan, akan tetapi imam tersebut menyampaikan tanpa melihat ke makmum. Ketiga, karpet yang berbentuk seperti sajadah yang terkadang membuat makmum menjadi terkapling-kapling berdasarkan sajadah yang tergambar yang pada akhirnya membuat shaf menjadi renggang. Disini saya tidak hendak mengatakan kalau karpet berbentuk sajadah tidak baik, insyaAllah saya yakin maksud pembuatan karpet tersebut adalah untuk tujuan yang baik, akan tetapi mungkin pemahaman ummat akan pentingnya kelurusan shaf yang masih belum menyeluruh yang membuatnya menjadi berkapling-kapling.

Bagaimana caranya agar shaf bisa lurus dan rapat?
Sebagai Imam, Rasulullah SAW mencontohkan dengan berjalan di antara shaf-shaf untuk meluruskannya dengan tangannya dari shaf pertama sampai terakhirnya. Mungkin anda kemudian bertanya, bagaimana apabila ummat semakin banyak? Ketika manusia semakin banyak di masa Khalifah Umar bin Khaththab, Umar pun memerintahkan seseorang untuk meluruskan shaf apabila telah dikumandangkan iqamah. Apabila orang yang ditugaskan tersebut telah datang dan mengatakan, ‘Shaf telah lurus’ maka Umar pun bertakbir untuk memulai shalat. Demikian juga yang dilakukan oleh Khalifah Utsman bin Affan.
Berdasarkan contoh diatas, maka hendaknya imam shalat punya perhatian yang besar dalam meluruskan shaf Rasulullah SAW dan Khalifah melakukannya. Dimana beliau sampai-sampai meluruskan sendiri dengan kedua tangan beliau atau meminta orang untuk memeriksa kelurusan shaf. Bukan hanya dengan himbauan yang bahkan terkadang sambil membelakangi makmum dan menghadap kiblat.
Dari sisi makmum, dalam HR Abu Daud, kita diminta untuk meratakan bahu, menutupi celah, dan bersikap lunak terhadap tangan saudara kita yang hendak meluruskan shaf. Kemudian kita diminta untuk mengisi shaf paling depan yang masih kosong, seperti yang diriwayatkan dalam HR Muslim, ‘Bahwa Rasulullah SAW pernah melihat ada sebagian sahabatnya tidak mau maju ke shaf yang pertama, maka beliau bersabda: ‘majulah serta ikutilah aku dan hendaklah orang yang dibelakangmu mengikuti pula kepadamu. Suatu kaum yang selalu dibelakang akan dibelakangkan pula oleh Allah Azza Wajalla.’ Dalam hadist lain dari Jabir bin Samurah yang juga diriwayatkan Muslim, Rasulullah juga bersabda ‘Tidakkah kalian berbaris sebagaimana malaikat berbaris di sisi Rabbnya?’ Maka kami berkata, ‘Wahai Rasulullah, bagaimana malaikat berbaris di sisi Rabbnya?’ Beliau bersabda, ‘Mereka menyempurnakan shaf-shaf pertama dan mereka rapat dalam shaf.’
Mengenai siapa yang sebaiknya berada dibarisan paling depan, Rasulullah SAW juga sudah memandu dengan sangat jelas dalam HR Muslim '… Hendaklah yang tepat di belakangku adalah orang yang dewasa yang memiliki kecerdasan dan orang yang sudah berakal di antara kalian, kemudian orang yang sesudah mereka, kemudian orang yang sesudah mereka.' Berdasarkan hadist diatas maka dapat disimpulkan kalau sebaiknya yang berdiri di belakang imam adalah orang yang sudah dewasa dan mempunyai ilmu dan kecerdasan. Karenanya anak-anak yang belum baligh atau orang-orang yang tidak punya ilmu agama, tidak berada di belakang imam, kecuali jika tidak ada orang yang shalat selain mereka.
Demikian sedikit hal mengenai pentingnya lurus dan rapatnya shaf, semoga kita dapat mengamalkan apa yang dicontohkan Rasulullah SAW dan Khalifah. Dan semoga kita dimasukkan kedalam golongan hamba yang tidak berselisih, tidak terbelakang, dan khusyuk sholatnya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar