Selasa, 29 September 2020

Jurus Menaklukkan Hati

Masih dalam serial ayah hebat yang sekarang masuk kedalam tema keempat yang disampaikan oleh Ustadz BendriJaisyurahman dengan tema Jurus Menaklukkan Hati. Sebelum masuk ke tema, mari coba kita renungkan firman Allah Subhanahu Wa Ta’ala dalam Quran Surat An Nisa ayat kesembilan:

وَلْيَخْشَ الَّذِيْنَ لَوْ تَرَكُوْا مِنْ خَلْفِهِمْ ذُرِّيَّةً ضِعٰفًا خَافُوْا عَلَيْهِمْۖ فَلْيَتَّقُوا اللّٰهَ وَلْيَقُوْلُوْا قَوْلًا سَدِيْدًا

Dan hendaklah takut (kepada Allah) orang-orang yang sekiranya mereka meninggalkan keturunan yang lemah di belakang mereka yang mereka khawatir terhadap (kesejahteraan)nya. Oleh sebab itu, hendaklah mereka bertakwa kepada Allah, dan hendaklah mereka berbicara dengan tutur kata yang benar

Dalam ayat diatas menunjukkan kalau salah satu tanggung jawab orang tua adalah jangan meninggalkan anak yang lemah, lemah dalam mentalitas dan perilaku. Jangan sampai anak kita mengalami kelemahan dalam hal mentalitas. Ada 3 hal yang menunjukkan anak kita dalam kondisi yang lemah:

1. Jika lemah menghadapai ujian kesulitan à Kita bisa mengeceknya bagaimana anak kita ketika mengalami masalah

2. Jika lemah menghadapi ujian syahwat à Ciri anak yang lemah dalam ujian syahwat adalah tidak bisa mengatakan tidak. Tidak dalam menolak kemungkaran

3. Jika lemah dalam menghadapi ujian kemarahan à Cirinya anak yang lemah dalam ujian kemarahan yaitu anak tersebut emosional dan gampang tersinggung. Dampak anak yang mudah marah adalah anak tersebut mudah sekali dijadikan boneka, karena tidak mampu mengontrol emosinya

Salah satu target pengasuhan adalah menciptakan anak yang bisa melewati ujian kesulitan, ujian syahwat, dan ujian kemarahan.

Lalu apa solusinya jika anak kita menunjukkan salah satu atau beberapa kondisi yang lemah? Masih dalam dalam ayat yang sama, solusinya yang paling pertama dan paling utama adalah bertakwa kepada Allah Azza Wa Jala.

Salah satu nasehat dari ulama terdahulu dalam pengasuhan adalah Ayah jangan sekali-kali melakukan perbuatan yang Allah murkai karena efeknya selain membuat hidup kita susah tapi juga membuat pola asuh kita menjadi tidak baik.

Salah satu yang disampaikan Fudhail Bin Iyath, Sungguh aku baru saja bermaksiat kepada Allah dan dampak maksiatku ada 4:

1. Kendaraan yang suka mogok

2. Istri dan anak yang suka membangkang, hal ini juga sudah disebutkan dalam Q.S Al Anfal ayat 63,” dan Dia (Allah) yang mempersatukan hati mereka (orang yang beriman). Walaupun kamu menginfakkan semua (kekayaan) yang berada di bumi, niscaya kamu tidak dapat mempersatukan hati mereka, tetapi Allah telah mempersatukan hati mereka. Sungguh, Dia Mahaperkasa, Mahabijaksana.”

3. Pekerja atau karyawan yang suka melawan

4. Tikus (Hewan Fasiq) yang masuk kedalam rumah

Oleh karena itu sebelum kita berbicara mengenai bagaimana cara mengurus anak, para Ayah sebaiknya melakukan evaluasi dulu bagaimana hubungannya dengan Allah.

Solusi yang kedua, masih dalam surat An Nisa ayat 9, adalah qaulan sadīdā atau bertutur kata yang benar atau dengan kata lain, perbaikilah komunikasi kita. Kenapa disebut qaulan sadīdā dalam urusan pengasuhan? Makna yang bisa kita gali dari qaulan sadīdā dari beberapa referensi adalah kalimat yang jujur yang tidak ada tipu daya. Artinya kalau kita mau jadi komunikator yang baik untuk anak pastikan kita harus ngomong jujur dan tidak membohongi anak, karena bohong dan ketidak jujuran akan merusak TRUST anak ke orang tuanya, akibatnya anak tidak mau mendengarkan nasihat orang tua.

Contoh yang tidak baik adalah bisa dilihat dari meme yang beredar tentang bagaimana orang tua yang menghitamkan mata anaknya karena terlalu banyak main gadget hingga anaknya menangis. Memang saat itu anaknya berhenti main gadget, tapi orang tuanya merusak salah satu konsep dalam pengasuhan, yaitu TRUST.

Makna qaulan sadīdā yang kedua adalah tepat, seperti anak panah yang meluncur mengenai target. Maksudnya dalam berkomunikasi Ayah harus tepat secara usia anak, tepat secara jenis kelamin, dan tepat secara konteks. Tepat secara konteks maksudnya kita harus memahami kondisi konteks lingkungan yang membuat anak bisa terjaga adat dan situasinya.

Semoga kita bisa mendidik anak kita menjadi anak yang memiliki usia psikologis lebih matang dibanding usia biologisnya, tidak menjadi anak yang lemah, dan semoga kita bisa menjadi ayah juara bagi anak-anak kita.

Tidak ada komentar: