Minggu, 12 Juni 2011

Belajar Menjadi Pembelajar

Knowledge Worker “... works primarily with information or... develops and uses knowledge in the workplace.” Peter Drucker, Landmarks of Tomorrow, 1959

Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, Belajar dapat diartikan memiliki arti berusaha memperoleh kepandaian atau ilmu; atau berlatih; atau perubahan tingkah laku atau tanggapan yang disebabkan oleh pengalaman. Sedangkan menurut Wikipedia, belajar adalah perubahan yang relatif permanen dalam perilaku atau potensi perilaku sebagai hasil dari pengalaman atau latihan yang diperkuat.

Dalam literatur Islam, belajar memiliki tempat yang khusus dan sangatlah dianjurkan. Seperti yang tertuang dalam hadist, mencari ilmu itu wajib bagi setiap muslim; carilah ilmu sejak dalam buaian hingga ke liang lahat; carilah ilmu walaupun di negeri cina; siapa meniti jalan menuntut ilmu, Allah akan memudahkan jalannya menuju surga; siapa keluar untuk menuntut ilmu, maka ia berada di jalan Allah (fi sabilillah) sampai ia kembali. Bahkan ayat yang pertama kali diwahyukan kepada Rasulullah adalah perintah untuk belajar, melalui kalimat Iqra!, bacalah. Al Qur’an juga menggambarkan betapa istimewanya orang yang belajar dan berilmu, seperti yang termaktub dalam Surat Az-Zumar ayat 9, ‘Katakanlah: Tiada serupa orang-orang yang berilmu pengetahuan dengan orang-orang yang tiada berilmu pengetahuan’. Dan juga dalam surat Al Mujadillah ayat 9,’Allah telah mengangkat orang-orang yang beriman dari golongan kamu, dan begitu pula orang-orang yang dikaruniai ilmu pengetahuan beberapa derajat’.

Mengapa manusia diperintahkan untuk belajar? Perintah ini mungkin ditujukan agar manusia dapat terus berkembang dan beradaptasi seiring dengan perkembangan dan perubahan zaman. Karena perubahan adalah satu hal yang pasti terjadi dan tidak mungkin dihindari, maka belajar adalah suatu keharusan agar kita dapat bertahan dan berkembang. Agar tidak seperti manusia prasejarah dan dinosaurus yang tidak dapat mengikuti perkembangan zaman hingga akhirnya punah digilas zaman. Dan juga agar tidak bernasib menjadi manusia atau bangsa terbelakang yang tidak dapat mengikuti kemajuan pengetahuan dunia.

Perlu kita pahami,yang dimaksud belajar bukan hanya proses belajar mengajar di sekolah atau kampus atau ruang yang tersekat dinding. Belajar dapat dilakukan dimana saja, kapan saja, dalam situasi apa saja, dan melalui media apa saja. Manusia yang selalu belajar umum dikatakan sebagai manusia pembelajar. Manusia Pembelajar adalah setiap orang manusia yang bersedia menerima tanggung jawab untuk melakukan dua hal penting, yakni berusaha mengenali hakikat dirinya, potensi dan bakat-bakat terbaiknya dan berusaha sekuat tenaga untuk mengaktualisasikan segenap potensinya itu, mengekspresikan dan menyatakan dirinya sepenuh-penuhnya, seutuh-utuhnya, dengan cara menjadi dirinya sendiri dan menolak untuk dibanding-bandingkan dengan sesuatu yang bukan dirinya. Dalam dunia kerja, seorang manusia pembelajar dikenal dengan istilah pekerja berpengetahuan (knowledge worker), yang biasanya berkompetensi tinggi, tidak cepat puas atas pencapaiannya, selalu berusaha menghasilkan yang terbaik, haus akan inovasi, berkontribusi nyata, berusaha memperbaiki kekurangannya, terbuka terhadap kritik dan masukan orang lain, dan tidak takut akan perubahan.

Ada banyak cara untuk menjadi seorang manusia pembelajar. Pertama adalah dengan memperbanyak membaca, seperti yang diperintahkan Al Qur’an, bacalah. Tentunya dengan bacaan yang bermutu dan berkualitas, baik itu buku, majalah, maupun bacaan elektronik. Kedua adalah dengan belajar dari orang yang lebih berpengalaman dan lebih ahli. Untuk itu pilihlah lingkungan yang dapat membuat pengetahuan dan kemampuan kita semakin berkembang. Seperti yang dikatakan dalam pepatah arab, apabila kita bergaul dengan tukang parfum insyaAllah kita akan ikut harum. Ketiga adalah dengan belajar dari pengalaman. Seperti pepatah yang sering dikumandangkan orang tua kita, pengalaman adalah guru yang terbaik. Berusahalah menjadikan setiap keberhasilan atau kegagalan kita menjadi bahan untuk berinstropeksi, memperbaiki diri, dan berinovasi. Keempat adalah dengan menuangkan pengalaman, pengetahuan, dan bacaan kita dalam sebuah tulisan, apakah itu dalam bentuk bercerita, menuangkan ide pemikiran, berbagi konsep, membuat analisa kritis, atau sekedar menulis resensi. Seperti yang dikatakan Ali bin Abi Thalib, ikatlah ilmu dengan menuliskannya. Terakhir, yang menurut saya paling penting, adalah dengan niat. Niatkanlah diri anda untuk terus belajar, belajar, dan belajar menjadi lebih baik lagi. Karena suatu perbuatan tergantung dari niatnya, jika niat kita adalah untuk terus belajar, maka insyaAllah kita akan merasakan manfaatnya. Seperti yang tertuang dalam hadist, innama ‘amalu bi niat, setiap amalan tergantung dari niatnya.

Semoga kita bisa terus belajar untuk menjadi manusia pembelajar.

Tidak ada komentar: