Jumat, 24 Desember 2021

Batasan Toleransi

toleran/to·le·ran/ a bersifat atau bersikap menenggang (menghargai, membiarkan, membolehkan) pendirian (pendapat, pandangan, kepercayaan, kebiasaan, kelakuan, dan sebagainya) yang berbeda atau bertentangan dengan pendirian sendiri

toleransi/to·le·ran·si/ n 1 sifat atau sikap toleran: 2 batas ukur untuk penambahan atau pengurangan yang masih diperbolehkan; 3 penyimpangan yang masih dapat diterima dalam pengukuran kerja; (KBBI)

Dalam Islam, salah satu wujud toleransi adalah dengan semakin toleran terhadap perkara khilafiyah yang bersifat mu’tabar dengan tetap berpegang kepada perkara yang kita anggap benar tanpa mencela yang berbeda dalam perkara ini

Dalam hubungan dengan agama lain, wujud toleransi adalah dengan menghormati dan menghargai umar beragama lain tanpa mencampur adukkan aqidah dan syariat dengan agama lain

Lakum diinukum wa liya diin

Sayangnya makna toleransi ini semakin kesini semakin bias

Diantara wujud toleransi dengan agama lain yang bisa dilakukan diantaranya dengan tidak menghina agama apapun baik Tuhannya maupun ajarannya, tidak melecehkan pemuka agama manapun, tidak mengganggu ibadah dan tidak merusak tempat ibadah agama manapun, membantu umat agama manapun yang terkena musibah atau terzalimi, tidak memaksa atau meneror umat agama manapun untuk masuk islam, berniaga dengan umat agama apapun dengan cara yang halal, dan memberikan hak umat agama manapun secara adil tanpa dikurangi.

Toleransi telah banyak diajarkan dan dipraktikkan oleh Rasulullah kepada umatnya. Rasulullah Shallallahu Alaihi Wasallam paham betul bahwa masyarakat Arab yang menjadi obyek dakwahnya terdiri dari berbagai suku. Apalagi di lingkungan bangsa Arab sendiri, sikap kesukuan sangat tinggi, yang terdiri dari banyak kabilah. Salah satu contohnya adalah bagaimana Rasulullah. mampu bergaul dan berhubungan secara sosial dengan tetangganya yang beragama Yahudi di Madinah. Bahkan suatu kali ada seorang Yahudi meninggal dunia yang dibawa oleh para kerabatnya untuk dimakamkan. Pada saat yang sama, Rasulullah dan para sahabat sedang duduk-duduk. Mengetahui ada jenazah orang Yahudi sedang lewat, Rasulullah kemudian berdiri sebagai tanda penghormatan. Spontanitas para sahabat bertanya, “Wahai Nabi, kenapa engkau berdiri, padahal jenazah tersebut adalah seorang Yahudi? Jawaban Rasuullah singkat: “Setidaknya ia adalah seorang manusia”. Sikap Rasulullah. ini menunjukkan bahwa Nabi Muhammad saw. adalah tipe yang menjunjung tinggi toleransi.

Akan tetapi Ketika berurusan dengan aqidah dan syariat, toleransi memiliki batasan yang sangat jelas. Bagimu agamamu, bagiku agamaku.

Inilah di antara prinsip akidah yang mesti dipegang dan dianut setiap muslim dengan tetap menghormati umat agama lain tersebut.

Ibnu Jarir Ath Thobari menjelaskan mengenai ‘lakum diinukum wa liya diin’, “Bagi kalian agama kalian, jangan kalian tinggalkan selamanya karena itulah akhir hidup yang kalian pilih dan kalian sulit melepaskannya, begitu pula kalian akan mati dalam di atas agama tersebut. Sedangkan untukku yang kuanut. Aku pun tidak meninggalkan agamaku selamanya. Karena sejak dahulu sudah diketahui bahwa aku tidak akan berpindah ke agama selain itu.” (Tafsir Ath Thobari, 24: 704)

لَكُمْ دِيْنُكُمْ وَلِيَ دِيْنِ

*sumber : instagram udahavid

Tidak ada komentar: