Fenomena flexing cukup ramai
dibicarakan masyarakat. Fenomena ini seiring dengan munculnya istilah “sultan”
atau crazy rich di media sosial yang akhir-akhir ini berurusan dengan
kepolisian.
Menurut kamus Merriam-Webster,
flexing adalah memamerkan sesuatu atau yang dimiliki secara mencolok. Kata flexing juga digunakan untuk orang yang
suka memamerkan kekayaan yang sebenarnya tidak mereka miliki. Pandangan lain
juga menyatakan bahwa flexing berarti orang yang palsu, memalsukan, atau
memaksakan gaya agar diterima dalam pergaulan.
Flexing di media sosial dapat
dilakukan dengan berbagai cara melalui foto atau video. Tindakan tersebut bisa
berupa memamerkan barang mewah misalnya perhiasan, rumah, kendaraan dan
barang-barang elektronik. Hingga flexing yang berbau syariah, seperti pamer
sedekah, pamer pencapaian materi dengan dalih beli tunai sambil mencibir yang
kredit, dan lainnya.
Korban flexing pun juga tidak
sedikit, mulai dari kasus First Travel, Binomo, Quotex, Dream For Freedom,
Pandawa Group, binary trading, investasi bodong, dan lainnya.
Lalu, bagaimana flexing dalam
pandangan Islam?
Dalam banyak bahasan, flexing
disamakan juga dengan pamer dan riya. Dan itu merupakan perbuatan yang
dilarang, seperti beberapa dalil berikut ini:
Allah berfirman, “Dan janganlah
kamu memalingkan mukamu dari manusia (karena sombong) dan janganlah kamu
berjalan di muka bumi dengan angkuh. Sesungguhnya Allah tidak menyukai
orang-orang yang sombong lagi membanggakan diri.” (QS Luqman:18)
Apalagi jika sikap pamer ini
diikuti dengan anggapan dirinya lebih mulia dari orang lain sehingga
meremehkan, menghina, serta merendahkan orang lain baik dengan perbuatan maupun
perkataan.
Pamer dikategorikan sebagai
perbuatan syirik kecil yang dosanya sangat besar sebagaimana hadits berikut:
إِنَّ أَخْوَفَ مَا أَخَافُ
عَلَيْكُمُ الشِّرْكُ الأَصْغَرُ . قَالُوا وَمَا الشِّرْكُ الأَصْغَرُ يَا رَسُولَ
اللهِ قَالَ : الرِّيَاءُ
Artinya: “Sesungguhnya yang
paling aku takutkan menimpa kalian adalah syirik ashghar (syirik terkecil).”
Para sahabat bertanya, “Apa itu syirik terkecil itu, wahai Rasulullah?” Beliau
menjawab, “Yaitu riya’ (pamer).” (HR ahmad)
Di ayat yang lain, Allah
berfirman:
وَفَرِحُواْ بِالْحَيَاةِ
الدُّنْيَا وَمَا الْحَيَاةُ الدُّنْيَا فِي الآخِرَةِ إِلاَّ مَتَاعٌ
Mereka bersikap bangga terhadap
kehidupan dunia. Padahal kehidupan dunia itu (dibanding dengan) kehidupan
akhirat, hanyalah kesenangan (yang sedikit). (QS. ar-Ra’du: 26).
Dalam tafsir as-Sa’di dinyatakan:
أي: لا تفرح بهذه الدنيا
العظيمة، وتفتخر بها، وتلهيك عن الآخرة، فإن اللّه لا يحب الفرحين بها
Artinya, janganlah kamu merasa
sombong dengan duniamu yang banyak, bangga dengannya, sementara itu
melalaikanmu dari akhirat. Karena Allah tidak menyukai orang yang bangga dengan
dunia. (Tafsir as-Sa’di, hlm. 623).
Lalu mengapa seringkali orang
tergoda untuk mengikuti orang yang melakukan flexing sebagai strategi marketing
mereka?
Hal ini tidak terlepas karena
adanya sifat tamak dari manusia seperti yang tertuang dalam hadits Anas bin
Malik, dimana Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wassalam bersabda:
يَهْرَمُ ابْنُ آدَمَ وَتَبْقَى
مِنْهُ اثْنَتَانِ الْحِرْصُ وَالأَمَلُ
“Jika manusia berada di usia
senja, ada dua hal yang tersisa baginya: sifat tamak dan banyak angan-angan.”
(HR. Ahmad, 3: 115. Syaikh Syu’aib Al Arnauth mengatakan bahwa sanad hadits ini
shahih sesuai syarat Bukhari-Muslim)
Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi
Wassalam dalam haditsnya juga mengingatkan: “Seandainya seorang manusia
memiliki dua lembah (yang penuh berisi) harta/emas maka dia pasti akan
menginginkan lembah (harta) yang ketiga”.
Sifat rakus inilah yang akan
terus menyeretnya untuk terus mengejar harta dan mengumpulkannya siang dan
malam, dengan mengorbankan apapun untuk tujuan tersebut. Sehingga tenaga dan
pikirannya akan terus terkuras untuk mengejar ambisi tersebut, dan ini
merupakan kerusakan sekaligus siksaan besar bagi dirinya didunia
Imam Ibnul Qayyim rahimahullah
berkata: “Orang yang mencintai dunia/harta (secara berlebihan) tidak akan lepas
dari tiga (kerusakan dan penderitaan): Kekalutan (pikiran) yang tidak pernah
hilang, keletihan yang berkepanjangan dan penyesalan yang tiada akhirnya.”
Al Ghozali –rahimahullah-
mengatakan, “Setan selamanya akan memalingkan pandangan manusia pada orang yang
berada di atasnya dalam masalah dunia. Setan akan membisik-bisikkan padanya:
‘Kenapa engkau menjadi kurang semangat dalam mencari dan memiliki harta supaya
engkau dapat bergaya hidup mewah[?]
’ Namun dalam masalah agama dan
akhirat, setan akan memalingkan wajahnya kepada orang yang berada di bawahnya
(yang jauh dari agama). Setan akan membisik-bisikkan, ‘Kenapa dirimu merasa
rendah dan hina di hadapan Allah[?]” Si fulan itu masih lebih berilmu darimu’.”
(Lihat Faidul Qodir Syarh Al Jaami’ Ash Shogir, 1/573)
Bagaimana cara kita
menghindari melakukan dan tergiur dengan flexing?
Mungkin kita bisa merenungkan
hadits berikut ini. Dari Abu Hurairah, ia berkata bahwa Rasulullah Shallallahu
‘Alaihi Wassalam bersabda:
انْظُرُوا إِلَى مَنْ أَسْفَلَ مِنْكُمْ
وَلاَ تَنْظُرُوا إِلَى مَنْ هُوَ فَوْقَكُمْ فَهُوَ أَجْدَرُ أَنْ لاَ تَزْدَرُوا
نِعْمَةَ اللَّهِ
“Pandanglah orang yang berada di
bawahmu (dalam masalah harta dan dunia) dan janganlah engkau pandang orang yang
berada di atasmu (dalam masalah ini). Dengan demikian, hal itu akan membuatmu
tidak meremehkan nikmat Allah padamu.” (HR. Muslim no. 2963)
Al Hasan Al Bashri mengatakan:
إذا رأيت الرجل ينافسك في
الدنيا فنافسه في الآخرة
“Apabila engkau melihat seseorang
mengunggulimu dalam masalah dunia, maka unggulilah dia dalam masalah akhirat.”
Ya Allah, jauhkanlah kami dari sifat
sombong dan membanggakan diri dalam hal harta dan dunia. Karuniakanlah pada
kami sifat qona’ah, selalu merasa berkecukupan.
اللَّهُمَّ إِنِّى أَسْأَلُكَ
الْهُدَى وَالتُّقَى وَالْعَفَافَ وَالْغِنَى
“Allahumma inni as-alukal huda
wat tuqo wal ‘afaf wal ghina”
(Ya Allah, aku meminta pada-Mu
petunjuk, ketakwaan, diberikan sifat ‘afaf –menjauhkan diri dari hal haram- dan
sifat ghina –hidup berkecukupan-) (HR. Muslim no. 2721)
sumber: instagram @udahavid