Tema keempat belas dalam serial
ayah hebat mengangkat topik Ayah Ajarkan Empati Pada Anak. Karakter empati
disebutkan dalam Surat Ali Imran ayat 133-134 sebagai sifat dari orang-orang
yang bertakwa
"Dan bersegeralah kamu mencari
ampunan dari Tuhanmu dan mendapatkan surga yang luasnya seluas langit dan bumi
yang disediakan bagi orang-orang yang bertakwa, (yaitu) orang yang berinfak,
baik di waktu lapang maupun sempit, dan orang-orang yang menahan amarahnya dan
memaafkan (kesalahan) orang lain. Dan Allah mencintai orang yang berbuat
kebaikan..."
Ayat diatas menunjukkan bahwa
saking berempatinya orang yang bertakwa, sedekahnya tidak hanya disaat lapang,
akan tetapi juga disaat sempit. Efek sifat empati memiliki pengaruh terhadap
sifat yang lain, yaitu dia mampu menahan amarah dan mampu memaafkan kesalahan
orang lain.
Empati adalah tugas utama ayah
dan ibu terutama ketika anak berusia 0 – 7 tahun, apakah itu lewat cerita atau
melalui contoh dan tindakan, karena usia 0 – 7 tahun adalah usia menerima tanpa
argumentasi. Kenapa kita kadang melihat empati tidak terbangun pada diri anak
kita? Karena kita tidak mencoba menanamkannya kepada anak kita, mulailah
membangun ruang empati kepada anak kita, khususnya di masa pandemi sekarang
ini.
Penghalang empati ada dua, eksternal dan internal. Penghalang
eksternal untuk saat ini yang paling besar adalah medsos dan gadget, tidak ada
satupun penggiat parenting yang tidak setuju dengan ini. Sedangkan penghalang
internal adalah pola asuh.
Kenapa kita harus fokus
menumbuhkan rasa empati kepada anak? Empati merupakan barang mahal yang
terdapat didalam diri anak kita. Empati adalah bintang cahaya yang terdapat
dihati anak kita dan sejatinya anak kita sebenarnya memiliki fitrah empati ini.
Tahapan empati sendiri dimulai
dari empati umum atau anak merasakan
seluruh dunia adalah dirinya. Misalnya ketika bayi baru lahir dan mendengar
bayi lain menangis, biasanya ia akan ikut menangis. Lalu ketika anak berusia
1-4 tahun, anak akan merasakan empati
egosentris. Lalu berubah menjadi empati
emosional yang biasa dialami anak usia TK dan SD, empati yang terbangun
secara emosional. Sehingga apapun yang membuat sisi emosionalnya tersentuh
pasti akan mempengaruhi empatinya. Misalnya ketika kita menceritakan sesuatu
sambal menangis, seringkali anak diusia ini ikut menangis juga. Disela-sela
usia SD, disekitar usia 7-8 tahun, anak juga mengalami empati kognisi, yaitu dia mau mengalami empati tersebut berdasarkan
akal pikirannya, jika tidak menguntungkan dia tidak akan melakukannya. Yang
terakhir adalah empati abstrak yang
dialami anak usia baligh. Misalnya ketika kita ingin menceritakan tentang anak
palestina yang menderita kelaparan atau supir ojol yang kesulitan makan, itu
pas untuk anak usia baligh, akan tetapi tidak pas untuk usia dibawahnya. Anak
yang paling hebat untuk dilatih empati adalah anak diusia 10-12 tahun, karena
empati abstraknya sangat berkembang, sehingga akan menyimpan rasa empati dengan
waktu yang sangat panjang.
Langkah pertama dalam mengenalkan empati kepada anak dimulai dari
mengenalkan dan memperbanyak kosa rasa
dan kosa empati kepada anak. Caranya pertama adalah dengan sering-sering
menanyakan perasaan yang dirasakan oleh anak dalam banyak situasi, misalnya
ketika melihat pengemis dijalan, ayah bisa menanyakan,”bagaimana perasaaanmu
nak?” atau ketika ayah melihat bundanya sedang mengerjakan pekerjaan rumah
tangga capeknya luar biasa, ayah bisa mengatakan,”kamu lihat deh wajah bunda,
bunda pasti lelah ya..”. Kalau anak sudah memiliki banyak kosa rasa, anak pasti
akan semakin memiliki tanggung jawab dan empati. Ketika anak sudah terbangun
empati nya, maka kita tinggal merebutnya sambal mengatakan,”Ayo kita bantu
bunda nak”. Ada tiga waktu bening untuk bisa menanyakan perasaan kepada anak,
yaitu waktu bangun pagi, waktu dalam keadaan sedih dan bahagia, dan waktu
dimalam hari.
Cara kedua dalam mengenalkan kosa
rasa adalah mengenalkan alphabet perasaan kepada anak kita. Misalnya kita
membuat permainan dengan anak kita dengan menyebutkan perasaan yang dimulai dengan
huruf a hingga huruf z. Seperti kata Daniel Coleman, mengenal rasa adalah pintu
gerbang pertama anak.
Cara ketiga dalam mengenalkan
kosa rasa adalah melalui metode ceritakan bersama, ayah bercerita anak menebak.
Didalam cerita ayah anak menebak ada banyak perasaan atau tidak.
Langkah kedua dalam melatih empati kepada anak adalah melalui melatih kepekaan. Yang pertama dalam
melatih kepekaan adalah ketika anak berbuat baik jangan ditunda untuk memuji,
respon segera. Yang kedua,tunjukkan efek dari perbuatan baik anak, baik verbal
maupun non verbal.
Langkah ketiga dalam melatih empati kepada anak adalah dengan memahami empati sesuai tahapan perkembangan
empati seperti disebutkan diatas yang dimulai dari empati umum, empati egosentris,
empati emosional, empati kognisi, dan empati abstrak.
Semoga kita bisa menanamkan
empati dengan baik dan benar kepada anak kita dan anak kita memiliki empati
yang baik juga. Dan semoga kita bisa menjadi Ayah Hebat bagi anak kita dan usia
psikologis anak kita lebih dewasa dibanding usia biologis anak kita.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar