Ayah hebat adalah ayah yang gemar
memperbaiki dirinya, gemar melihat ke dirinya,
gemar untuk menutup, mengisi ransel-ransel pengasuhannya yang usang dan
kemudian dipebaiki, digunakan untuk hal-hal yang jauh lebih bagus lagi dengan
tujuan agar anak menjadi generasi yang jauh lebih hebat dari generasi ayah.
Hutang pengasuhan adalah sesuatu
yang sudah jadi dulu dan kemungkinan sudah lama sekali terjadi. Misalnya ketika
anak kita sudah besar, tiba-tiba kita terperanjat dan mengatakan.. ‘kok bisa
jadi begini ya?’ ‘kok anak saya sudah besar, badannya gagah, wajahnya ganteng..
tapi kenapa dia tidak perduli dengan orang lain?’ atau ‘…kenapa dia tidak mau
menolong orang lain?’ atau ‘…kenapa dia tidak ada hormatnya ke orang yang lebih
tua darinya?’ atau ‘…kenapa dia tidak
punya rasa empati ya?’ atau ‘...kenapa dia antisosial ya?’ atau ‘…kenapa dia
emosional ya?’
Sejatinya, inilah yang disebut
dengan hutang pengasuhan. Yang terjadi dari pola pengasuhan yang sudah lama
atau sejak anak ayah kecil dan terjadi berulang kali yang akhirnya membuat
empatinya tumpul.
Checklist untuk membayar hutang pengasuhan dibeberapa buku fathering memang ada, tetapi ayah perlu
kembali ke esensi fathering, yaitu
jangan bikin rumit. Kita buat sederhana saja, caranya diantaranya ayah periksa
anak ayah, misalnya ayah tanyakan ke temannya, gurunya, sekolahnya, atau
lainnya tapi jangan didepan anak ayah. Contohnya.. ‘Dek menurut kamu Ardi
(misalkan anak ayah bernama Ardi) bagaimana?’. Nah setiap masukkan untuk anak
ayah bisa ayah jadikan poin untuk membayar hutang pengasuhan untuk
didiskusikan ke pasangan dengan tujuan memperbaiki dan membuat kesepakatan pengasuhan
dengan pasangan.
Pertanyaan berikutnya jika ternyata ayah menemukan hutang pengasuhan adalah.... ‘kapan ini kejadiannya?’ ‘Kok tiba-tiba Ardi tidak bertanggung jawab’ ‘Kok tiba-tiba Ardi kurang empati’.
Jika bicara hutang pengasuhan, maka kejadiannya tidak mungkin dua-tiga bulan
yang lalu, bisa jadi ini akumulasi sejak anak usia 0 – 7 tahun atau dikisaran
usia 7 – 10 tahun. Oleh karena itu penting bagi ayah untuk mengajarkan empati kepada anak sejak usia dini sesuai dengan perkembangan usia anak agar tidak
terjadi hutang pengasuhan.
Kenapa hutang pengasuhan tidak terbayar? Para ahli sepakat, permasalahan pertama yang membuat hutang pengasuhan tidak terbayar adalah karena masalah pola asuh. Ayah dan ibu mungkin tidak pernah mengevaluasi pola pengasuhan anak. Di fathering ada istilah restrukturisasi pengasuhan, biasanya di usia anak 6 sampai 7 tahun, restrukturisasi merupakan evaluasi mengenai apa yang belum didapatkan anak diusia tersebut sebelum anak menginjak usia 8 tahun. Misalnya, apakah empatinya sudah terbangun atau belum? Kalau belum akan bisa membuat anak ayah dijauhi sama temannya karena anak ayah tidak suka menolong temannya. Kenapa anak ayah tidak suka menolong temannya? Karena tidak terbiasa atau tidak ada simulasinya di usia 0 – 7 tahun.
Atau misalnya, di usia 6 – 7 tahun ternyata anak kita penakutnya luar biasa. Hal tersebutlah yang memerlukan restrukturisasi pengasuhan sebelum anak ayah loncat ke panggung sosial berikutnya. Restrukturisasi pengasuhan juga perlu dilakukan lagi, minimal ketika anak usia 14-15 tahun.
Masalah hutang pengasuhan juga dipengaruhi oleh faktor eksternal. Karena
disaat usia terbaik anak banyak pemain pengganti (guru, sekolah, dan lainnya)
yang masuk dibandingkan pemain inti (ayah dan ibu). Untuk itu ayah bisa
melakukan beberapa hal dengan pihak eksternal. Misalnya dengan sekolah anak,
ayah bisa berdiskusi dengan guru dan menyampaikan kalau ayah ingin anak ayah
memiliki usia psikologis yang matang dan menginginkan pola pengasuhan tertentu
disekolah. Ayah juga bisa meminta guru memberikan laporan harian ke ayah
tentang apa yang terjadi dengan anak ayah selama disekolah.
Bagaimana cara membayar hutang pengasuhan? Membayar hutang
pengasuhan memerlukan proses dan konsistensi ayah dan ibu dalam membayar hutang
pengasuhan. Dalam membayar hutang pengasuhan, ayah perlu untuk memperbaiki hubungan ayah dengan Allah Subhanahu
Wa Ta’ala, setelah itu baru ayah
masuk ke poin pembayaran hutang pengasuhan.
Poin pertama dalam membayar
hutang pengasuhan adalah ayah harus
ridho dan menerima kesalahan ayah kalau ayah memiliki hutang pengasuhan ke anak.
Kalau ayah ridho, menerima kesalahan, dan memperbaiki hubungan dengan Allah,
Allah akan memberikan jalan dari arah yang tidak terduga-duga.
Selain itu ayah bisa melakukan pendekatan 4R.R pertama adalah Response,
ayah ridho, husnudzan dengan pasangan, tidak menyalahkan pasangan. R kedua adalah Review, ajak pasangan untuk bersama-sama membayar hutang
pengasuhan. Evaluasi apa penyebab kita memiliki hutang pengasuhan, bukan untuk
disesali tapi untuk diperbaiki. Caranya bisa dengan metode giraffe style (metode jerapah), ayah melakukan observasi terlebih
dahulu, gunakan helicopter view dalam
melakukan evaluasi. R ketiga adalah Reflect, periksa bagaimana ayah akan
membayar hutang pengasuhan. Misalnya, anak ayah memiliki beberapa hutang
pengasuhan, akan tetapi empati memiliki poin yang tinggi untuk diperbaiki, maka
ayah bisa mengatakan ke ibu untuk sama-sama memperbaiki empati anak. R keempat adalah Right, maksudnya setelah ayah mengatakan untuk memperbaiki
empati, selanjutnya ayah bisa membuat kesepakatan kepada ibu untuk sama-sama
memperbaiki pola pengasuhan dengan tujuan meningkatkan rasa empati anak.
Membayar hutang pengasuhan memerlukan kesepakatan agar ketika misalnya ayah
sedang menguatkan jangan sampai ibu justru menghancurkan pola pengasuhan,
begitupun sebaliknya. Membuat kesepakatan pengasuhan sebaiknya dibuat dengan
nyaman, rileks, dan tidak dalam suasana tegang.
Lalu setelah ayah membayar hutang
pengasuhan apakah semuanya selesai? Ternyata belum... ayah harus menuntaskannya dengan 2K, yaitu Komitmen dan Konsisten.
Ayah harus komitmen untuk jangan membuat hutang pengasuhan baru kepada anak.
Nah, komitmen yang ayah buat harus disertakan juga dengan konsistensi.
Semoga kita bisa menjadi Ayah Hebat bagi anak kita dan usia psikologis anak kita lebih dewasa dibanding usia biologis anak kita.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar