Yang paling penting dalam dunia
keayahan adalah keberkahan. Seperti yang dikatakan para ulama bahwa kalau tidak
ada keberkahan dalam rumah tangga kita, mau sehebat apapun teori yang kita
kuasai, mau berapapun pelatihan yang kita ikuti, mau seberapa banyak bacaan
yang kita tamatkan, semua itu tidak ada artinya karena Allah Subhanahu Wa
Ta’ala tidak memberikan keberkahan dalam rumah tangga kita. Karena masalah
keberkahan itulah kita berjuang, kadang ada ayah yang pergi dari rumahnya
berangkat pagi-pagi kemudian pulangnya sore, kadang larut malam, atau bahkan
terkadang dua hari tidak pulang. Terkadang dalam mencari maisyah (penghasilan atau kemampuan finansial) ayah memilih dan
memilah kalau ini haram atau syubhat ayah tidak akan bawa pulang, tapi kalau
ini halal ayah akan bawa pulang. Perjuangan itu ayah lakukan karena satu hal,
mencari keberkahan dalam rumah tangga.
Semoga kita semua diberikan
kemudahan dalam mendapatkan rezeki yang berkah. Kembali ke serial ayah hebat, kali
ini kita akan mengangkat topik ayah biologis ayah ideologis.
Apa yang menyebabkan terjadinya fatherlessness? Atau mungkin kita sering
mendengar pernyataan, ‘Hati-hati lho, nanti anakmu father hunger lho’ ‘Hati-hati lho, nanti anakmu terjebak kriminal
lho’ ‘Hati-hati lho, nanti anakmu usia biologisnya lebih maju lho’ kenapa ini
bisa terjadi? Sebelum membahas hal ini, mari kita masuk ke pengertian istilah
dalam topik kali ini.
Di dunia pengasuhan, ayah terbagi
beberapa jenis. Ada yang ayah biologis
saja, yaitu ayah yang terikat secara genetik ke anak karena garis keturunan
langsung. Ayah tipe ini biasanya hanya memperhatikan masalah memberi rezeki ke
anak saja, akan tetapi tidak peduli terhadap perkembangan anak dan cenderung
menyerahkan ke istri atau sekolah untuk urusan perkembangan anak. Dia terikat
tapi tidak terlibat. Ada yang ayah ideologis
saja, yaitu ayah yang lebih banyak dirumah dan mengurus anak, tapi untuk
urusan mencari nafkah diserahkan ke istri. Tentu ini juga tidak ideal, karena idealnya adalah ayah biologis yang juga
menjadi ayah ideologis.
Seperti apa ayah biologis ayah
ideologis? Yaitu ayah yang hadir secara fisik, yang bertanggung jawab terhadap
rezeki keluarga, dan juga bertanggung jawab terhadap masalah emosial,
spiritual, psikis, serta lainnya. Wah ideal dan sempurna sekali yah.. Iya
memang benar dan tugas kita adalah belajar mendekati ideal tersebut semaksimal
mungkin.
Lalu bagaimana caranya? Yang pertama, salah satu landasan terbaik
bagi keayahan bisa dilihat dalam Surat Albaqoroh ayat 133. Masalah tauhid
atau akidah. Cara pertama menanamkan hal ini adalah bagaimana kita memeriksa
keterhubungan dan kemelekatan kita dengan Allah Subhanahu Wa Ta’ala. Cara
mengecek kemelekatan kepada Allah Jalla Jalaluhu sederhananya adalah dengan
mengecek sholat shubuh ayah dimana, sholat sunnah ayah seperti apa, tilawahnya
seperti apa, dan amalan sunnahnya seperti apa. Kemelekatan adalah gabungan dari
kedekatan dan kelekatan, maksudnya dekat secara fisik dan lekat secara
psikologis. Cara mengecek keterhubungan kepada Allah Azza Wa Jala diantaranya
adalah sebagai berikut, misalnya ketika anak ayah sedang sakit, apakah yang
pertama kali ayah ingat langsung tindakan medis atau berdoa bertawakal ke Allah
dahulu dan baru ke tindakan medis secepatnya. Jika kita mendahulukan Allah baru
tindakan medis, itu menunjukkan keterhubungan ayah ke Allah Subhanahu Wa Ta’ala
sangat dekat.
Seperti perkataan para ulama, makin dekat keterhubungan dan kemelekatan
ayah dengan Allah Subhanahu Wa Ta’ala akan semakin dekat juga keterhubungan dan
kemelekatan ayah dengan keluarga dan anak-anak ayah.
Bagaimana cara membuat
keterhubungan dan kemelekatan? Tidak lain caranya
adalah melalui latihan, kita memang perlu banyak melakukan simulasi. Siapa
yang paling tepat dalam menemani simulasi? Tidak lain adalah pasangan kita atau
ibunya anak-anak. Misalnya ketika anak sedang sakit dan ayah secara spontan
langsung menanyakan ‘apakah obat masih ada? Dokter bagaimana, sudah ditelp
belum?’. Jika reaksi pertama ayah seperti itu, maka tugas ibu adalah mengingatkan
ayah untuk ingat ke Allah Subhanahu Wa Ta’ala saat itu juga, setelah itu baru
kembali kemasalah medis.
Cara lainnya adalah ayah gemar memeriksa dan memperbaiki sisi
dalam ayah. Kalau ayah gemar memperbaiki sisi dalam ayah, maka Allah akan
memperbaiki sisi luar ayah. Perbaiki sisi emosional ayah, perbaiki sisi
ketidaksabaran ayah, perbaiki sifat ayah yang suka ngeles, perbaiki sikap ayah
yang tidak mau mengalah, perbaiki sisi dalam ayah lainnya dan ajak istri atau
ibunya anak-anak untuk mengingatkan. InsyaAllah hasilnya akan mendukung sisi
luar ayah. Ketika memperbaiki sisi dalam ayah, ayah jangan jaim dan belajar
mengakui kekurangan ayah sambil berusaha memperbaikinya serta minta istri untuk
membantu ayah dalam memperbaiki sisi dalam ayah. Jika sisi dalam ayah yang
perlu diperbaiki ternyata banyak sekali, maka buatlah skala prioritas untuk
diperbaiki pada saat itu, biar sisi dalam lainnya difokuskan untuk diperbaiki
pada waktu berikutnya. Ketika memperbaiki fokuslah pada proses dan usaha dan bukan
hasilnya agar tidak stress.
Lalu yang tidak kalah penting
untuk menjadi ayah biologis ayah psikologis adalah bagaimana ayah memperbaiki pemahaman ayah terhadap anak-anak ayah.
Bagaimana ayah memahami anak berdasarkan usianya.
Langkah terakhir buatlah kesepakatan pengasuhan antara ayah
dan ibu. Di dunia fathering
banyak sekali kendala dalam pengasuhan, tapi yang paling hebat kendalanya
adalah ketika ayah dan ibu tidak pernah membuat kesepakatan pengasuhan. Kesepakatan
pengasuhan bisa dibuat secara global ataupun temporer. Kesepakatan global
adalah kesepakatan yang dibuat umum untuk tujuan jangka panjang, sedangkan
kesepakatan temporer dibuat dalam waktu tertentu saja, misalnya kesepakatan
pengasuhan yang dibuat ketika Ramadhan. Kesepakatan pengasuhan perlu dibuat
agar tidak terjadi situasi dimana ayah sedang berusaha menguatkan ideologis
spiritual anak, sementara ibunya melemahkan, akibatnya bisa membuat anak
menjadi tidak dewasa secara spiritual dan psikologis.
Semoga kita bisa menjadi ayah biologis sekaligus ayah ideologis bagi anak-anak kita. Semoga juga kita bisa menjadi Ayah Hebat bagi anak kita dan usia psikologis anak kita lebih dewasa dibanding usia biologis anak kita.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar