Seperti yang sudah dijelaskan
dalam
artikel sebelum ini kalau mendidik anak laki-laki berbeda dengan mendidik
anak perempuan. Perbedaan ini diantaranya karena anak laki-laki memiliki sifat
dasar yang berbeda dengan wanita.
“Qowwam” merupakan sifat dasar yang
mutlak dimiliki oleh anak laki-laki, sebagaimana tertuang dalam Surat
An-Nisa ayat 34, Lelaki adalah
Qowwam
bagi kaum perempuan…
Maksud Qowwam dari perkara tersebut yang umum dan dikenal, peran lelaki
atas perempuan yakni melindungi, menjaga, memimpin, memberi kecukupan,
mendidik, menata urusan mereka dan melakukan perbaikan kondisi mereka sebagaimana
tercantum dalam Tafsir al-Manar: 5/45. Sehingga tujuan dari mendidik anak laki-laki adalah memunculkan sifat dasar
laki-laki yang kuat, tangguh, dan sanggup survive
dalam keadaan apapun. Seorang laki-laki yang dapat diandalkan.
Selain itu, belajar dari keluarga
Nabi Ibrahim, kita bisa belajar pengasuhan anak laki-laki, diantaranya belajar
dari pengasuhan Nabi Ishaq dan Nabi Ismail. Sehingga target pengasuhan anak laki-laki adalah menjadi ‘nabi’. Masalahnya
kenabian itu tidak mungkin terjadi semenjak wafatnya Rasulullah, berarti yang
kita pelajari adalah sifat-sifat kenabian yang diantara modelnya adalah Nabi
Ishaq dan Nabi Ismail. Ishaq dalam surat al Hijr ayat 53 disebut memiliki sifat yang cerdas, sedangkan Ismail
dalam surat ash Shaffat ayat 101 disebut memiliki sifat yang sabar. Artinya dalam mendidik anak laki-laki, salah satu
sasarannya adalah anak laki-laki kita harus menjadi anak yang cerdas, tidak
mudah bilang ‘terserah’, dalam arti mampu menjadi problem solver bagi
masyarakat, menjadi ahli ilmu, dan ahli dalam bidang apapun. Sasaran berikutnya
adalah anak laki-laki itu harus sabar, dalam arti tangguh dalam melewati
kesulitan, tidak mudah stress, tidak pantang menyerah, dan tidak ‘lembek’.
Fokus pengasuhan anak lelaki. Salah satu fokus pengasuhan anak laki-laki
adalah menjadi ahli ilmu (ulama) dan menjadi penegak agama, seperti yang
dijelaskan dalam HR.Tirmidzi, Ahmad, Ad-Darimi, Abu Dawud. Dishahihkan oleh
Al-Albani: Sesungguhnya ulama adalah pewaris para nabi. Sungguh para nabi tidak
mewariskan dinar dan dirham. Sungguh mereka hanya mewariskan ilmu maka
barangsiapa mengambil warisan tersebut ia telah mengambil bagian yang banyak.
Fokus lain dalam pengasuhan anak laki-laki adalah menjadikan anak kita
menjadi ahli dalam bidang apapun tapi punya jiwa iqomatuddin, seperti yang
tertuang dalam surat Asy Syura ayat 13: Dia telah mensyari'atkan bagi kamu
tentang agama apa yang telah diwasiatkan-Nya kepada Nuh dan apa yang telah Kami
wahyukan kepadamu dan apa yang telah Kami wasiatkan kepada Ibrahim, Musa dan
Isa yaitu: Tegakkanlah agama dan janganlah kamu berpecah belah tentangnya..”
Sesuai dengan target pengasuhan, mendidik anak laki-laki adalah mendidik
anak menjadi ‘nabi’. Karena targetnya adalah mendidik anak menjadi ‘nabi’
maka kita dapat belajar dari shiroh nabawiyah. Dari shiroh kita belajar ketika
Rasulullah berusia 0-5 tahun, beliau
Shalallahu Alaihi Wassalam mengalami sterilisasi Bahasa. Rasul ketika itu
diasuh oleh Halimatus Sa’diyah di kampung Bani Sa’ad, diantaranya dikarenakan
Bahasa Arab di kota Mekkah rusak, maka Rasul harus belajar bahasa ibu yang
fasih, belum terkontaminasi, dan memiliki makna yang baik (kalimat Thoyyibah).
Dengan perbaikan bahasa yang baik maka perilaku akan terjaga dengan baik.
Seperti yang tertuang dalam Surat Al Ahzab ayat 70-71. Memperbaiki bahasa akan
memperbaiki perilaku seseorang. Sebab setiap BAHASA punya nilai dan rasa.
Begitupun bahasa ibu, maka dari itu fokuslah terhadap pendidikan bahasa ibu di
usia anak 0 – 5 tahun. Buatlah program perdengarkan
bahasa ibu dengan berdialog dan membacakan buku dengan target tercapai
emotional bonding dan nalar.
Dari shiroh juga kita belajar
ketika Rasulullah berusia 6 tahun,
beliau Shalallahu Alaihi Wassalam mulai belajar menggembala kambing. Dan
memang salah satu ciri kenabian adalah penggembala, seperti yang tertuang dalam
Hadits Riwayat Bukhari, Tidaklah seorang NABI diutus kecuali pernah jadi
penggembala kambing. Hikmah yang bisa didapat dari menggembala kambing
diantaranya: Pathfinding (mengasah
navigasi), Directing (mengarahkan
/ memimpin), Controlling (mengontrol), Protecting
(melindungi), dan Reflecting
(melakukan evaluasi). Oleh karena itu ketika
anak kita berusia 6 tahun kita bisa membuat program memelihara hewan, jika
tidak mampu membuat program menggembala kambing, dengan target anak memiliki
empati, kontrol diri, dan motorik.
Dalam ilmu parenting, usia terbaik dalam mengasuh anak adalah diusia
0-18 tahun, karena diusia tersebut Allah memberikan banyak sekali potensi dasar
yang Allah suburkan diusia tersebut. Dan
yang terbaik lagi dari usia 0-18 tahun adalah di usia 0 – 6/7 tahun.
Yang diharapkan dari anak
laki-laki kita adalah ia mampu menjadi diri sendiri, seorang laki-laki sejati
yang mampu menjadi sahabat dan pemimpin. Yang menjadi tantangan bagi kita
adalah apakah anak laki-laki kita, kita tumbuhkan dengan baik dan apakah anak
laki-laki kita, kita kembangkan dengan baik.
Dalam ilmu fathering, ada
tiga hal penting dalam pengasuhan anak laki-laki yaitu jadikan anak laki-laki
kita bahagia, percaya diri, dan mandiri. Hal ini bisa dilihat dari profil
Nabi Ismail dalam Surat Ash Shafat ayat 102: Maka tatkala anak itu pada umur
sanggup berusaha bersama-sama Ibrahim, Ibrahim berkata, “hai anakku
sesungguhnya aku melihat dalam mimpi bahwa aku menyembelihmu. Maka fikirkanlah
apa pendapatmu?” Ia menjawab : “( 1 ) Wahai ayahku (BAHAGIA) ( 2 ) kerjakanlah
apa yang diperintahkan kepadamu (PERCAYA DIRI) ( 3 ) insha Allah ayah akan
dapatiku termasuk orang-orang yang sabar (MANDIRI)”.
Tugas kita sebagai orang tua dalam menghebatkan anak laki-laki adalah
memahami dan melakukan. Apa yang dipahami dalam menghebatkan anak laki-laki
usia 0-7 tahun? Usia 0-7 tahun merupakan usia terbaik dalam persiapan anak
laki-laki sepanjang hidupnya. Karena usia ini merupakan usia kritis dalam pengasuhan,
usia ini merupakan periode emas tumbuh kembang, dan orang tua masih memiliki
semangat membara.
Di usia 0-7 tahun, sasaran utama dalam menghebatkan anak laki-laki
adalah cinta, kemudian membuat anak merasa aman dan nyaman sehingga
tercapai ikatan khusus dengan anak. Usia 0-7 tahun adalah masa doktrin,
masa-masa dimana kita menanamkan hal-hal baik sebanyak-banyaknya ke anak kita. Di
usia ini bunda lebih maju dalam pengasuhan, ayah mendukungnya dengan
menciptakan rasa aman dan mempercayai.
Yang harus kita pahami juga adalah tentang hormon kelaki-lakian.
Pertumbuhan hormon kelaki-lakian anak usia 0-7 tahun sangatlah luar biasa.
Kenapa kita harus memahami? Karena dengan memahami hormon kelaki-lakian anak
kita, (1) kita bisa menghargai dan mengarahkan anak kita, (2) kita bisa melatih
kompetisi, kerijalan, dan kelaki-lakian anak kita, (3) kita bisa melatih anak
laki-laki kita menjadi pemimpin, dan lainnya. Untuk itu tugas kita dalam menanamkan peran kelaki-lakian diusia 0-7
tahun adalah melalui imajinasi (lewat buku, lewat cerita, lewat film,
pakaian, mainan, perlakuan, dan imajinasi lainnya).
Kita juga perlu mempertajam pemahaman kita terhadap lingkungan karena
pengaruh eksternal mulai kuat. Kita perlu menjaga pendengaran, penglihatan,
dan hati nurani anak laki-laki kita dari pengaruh negatif eksternal, termasuk
gadget dan media sosial. Kuatkan jalinan ayah bunda dengan anak laki-laki kita
dengan memerankan multi peran. Sebagai orang tua, guru, fasilitator, dan
penghibur bagi anak kita.
Kita juga perlu memahami otak anak laki-laki. Karena otak anak
laki-laki memiliki keajaiban pertumbuhan. Dalam rahim, otak anak laki-laki
berkembang sangat cepat. Ketika usia kehamilan 6 bulan, otak mulai mengenali
suara dengan reaksi nendang, dorong, mutar. Ketika lahir, otak sepertiga dari
hasil akhir. Ketika TK sampai SD terus dipenuhi latihan baca, tulis, dengar,
dan bicara. Kita juga perlu memahami kalau otak anak laki-laki berkembang lebih
lambat dari anak perempuan.
Apa yang perlu dilakukan untuk anak usia 0-7 tahun? Pertama, hubungan orang tua dengan
Allah paling utama (teori parenting bukan
segalanya). Kedua, berikan paling terbaik ditahap terbaik (orang tua,
sekolah, dan lingkungan).
Beberapa hal penting di usia 0-7 tahun. Kesepakatan pola asuh
antara ayah dan bunda, siapkan rujukan pengasuhan, cicil bayar hutang
pengasuhan masing-masing.
Peran Ibu diusia 0-7 tahun. Pertama,
membuat ikatan khusus dengan prinsip 5K (Kehangatan, kedekatan, kelekatan,
keterikatan, dan keterlibatan) serta rasa aman dan nyaman. Kedua, membangun semua
dasar (perkembangan spiritual, emosional, intelektual, sosial, dan fisikal). Ketiga,
simulasi ‘awal’ dengan memberikan ‘amunisi’ baik sebanyak-banyaknya.
Peran ayah diusia 0-7 tahun. Pertama,
prioritaskan menjadi ayah dengan meluangkan waktu dan menambah ilmu. Kedua,
aman dan nyamankan Ibu. Ketiga, terikat dan terlibat
menguatkan apa yang sudah dilakukan Ibu. Keempat, modelling kelaki-lakian
(senang, sedih, marah, sayang, takut, menghargai wanita, orang tua, tumbuhan,
hewan, dll). Kelima, gulat (karena lewat gulat kita bisa mengajarkan empati,
kontrol diri, dan hati nurani pada anak).
Demikian gambaran mendidik anak
laki-laki usia dini. Semoga kita bisa menjadi ayah hebat dan ibu tangguh yang
mampu mendidik anak-anak kita dengan pendidikan terbaik sesuai fitrahnya dan
menjadikan anak-anak kita menjadi anak-anak yang juara dengan akhlak yang baik.
*Sumber: webinar Ustadz BendriJaisyurahman dan Ayah Irwan Rinaldi