toleransi/to·le·ran·si/ n 1 sifat
atau sikap toleran: 2 batas ukur untuk penambahan atau pengurangan yang masih
diperbolehkan; 3 penyimpangan yang masih dapat diterima dalam pengukuran kerja;
(KBBI)
Dalam Islam, salah satu wujud
toleransi adalah dengan semakin toleran terhadap perkara khilafiyah yang
bersifat mu’tabar dengan tetap berpegang kepada perkara yang kita anggap benar
tanpa mencela yang berbeda dalam perkara ini
Dalam hubungan dengan agama lain,
wujud toleransi adalah dengan menghormati dan menghargai umar beragama lain
tanpa mencampur adukkan aqidah dan syariat dengan agama lain
Lakum diinukum wa liya diin
Sayangnya makna toleransi ini semakin kesini semakin bias
Diantara wujud toleransi dengan
agama lain yang bisa dilakukan diantaranya dengan tidak menghina agama apapun
baik Tuhannya maupun ajarannya, tidak melecehkan pemuka agama manapun, tidak
mengganggu ibadah dan tidak merusak tempat ibadah agama manapun, membantu umat
agama manapun yang terkena musibah atau terzalimi, tidak memaksa atau meneror
umat agama manapun untuk masuk islam, berniaga dengan umat agama apapun dengan
cara yang halal, dan memberikan hak umat agama manapun secara adil tanpa
dikurangi.
Toleransi telah banyak diajarkan
dan dipraktikkan oleh Rasulullah kepada umatnya. Rasulullah Shallallahu Alaihi
Wasallam paham betul bahwa masyarakat Arab yang menjadi obyek dakwahnya terdiri
dari berbagai suku. Apalagi di lingkungan bangsa Arab sendiri, sikap kesukuan
sangat tinggi, yang terdiri dari banyak kabilah. Salah satu contohnya adalah
bagaimana Rasulullah. mampu bergaul dan berhubungan secara sosial dengan
tetangganya yang beragama Yahudi di Madinah. Bahkan suatu kali ada seorang
Yahudi meninggal dunia yang dibawa oleh para kerabatnya untuk dimakamkan. Pada
saat yang sama, Rasulullah dan para sahabat sedang duduk-duduk. Mengetahui ada
jenazah orang Yahudi sedang lewat, Rasulullah kemudian berdiri sebagai tanda
penghormatan. Spontanitas para sahabat bertanya, “Wahai Nabi, kenapa engkau
berdiri, padahal jenazah tersebut adalah seorang Yahudi? Jawaban Rasuullah
singkat: “Setidaknya ia adalah seorang manusia”. Sikap Rasulullah. ini
menunjukkan bahwa Nabi Muhammad saw. adalah tipe yang menjunjung tinggi
toleransi.
Akan tetapi Ketika berurusan
dengan aqidah dan syariat, toleransi memiliki batasan yang sangat jelas. Bagimu
agamamu, bagiku agamaku.
Inilah di antara prinsip akidah
yang mesti dipegang dan dianut setiap muslim dengan tetap menghormati umat
agama lain tersebut.
Ibnu Jarir Ath Thobari
menjelaskan mengenai ‘lakum diinukum wa liya diin’, “Bagi kalian agama kalian,
jangan kalian tinggalkan selamanya karena itulah akhir hidup yang kalian pilih
dan kalian sulit melepaskannya, begitu pula kalian akan mati dalam di atas
agama tersebut. Sedangkan untukku yang kuanut. Aku pun tidak meninggalkan
agamaku selamanya. Karena sejak dahulu sudah diketahui bahwa aku tidak akan
berpindah ke agama selain itu.” (Tafsir Ath Thobari, 24: 704)
لَكُمْ دِيْنُكُمْ وَلِيَ
دِيْنِ
*sumber : instagram udahavid
Tidak ada komentar:
Posting Komentar