Sebelumnya saya pernah membuat resume tentang mendidik anak laki-laki usia dini (0-7) tahun, akan tetapi ketika saya murojaah Kembali hari ini, ternyata saya mendapatkan hal baru, sehingga saya coba untuk menuliskannya kembali disini. Dan memang inilah salah satu menariknya mengulang-ulang ilmu, karena semakin diulang, maka kita akan mendapatkan pandangan-pandangan yang baru.
Bayi ibarat KERTAS PUTIH.
Tergantung bagaimana orangtua melukisnya, maka demikianlah nanti kehidupannya
Setiap BAYI membawa program dari
ALLAH yaitu FITRAH sebagaimana tercantum dalam hadits “Tidaklah seorang bayi yang
lahir kecuali dalam keadaan fitrah. Maka kemudian kedua orang tuanyalah yang
akan menjadikan anak itu menjadi Yahudi, Nashrani atau Majusi” (HR. Bukhari)
FITRAH ibarat ‘software’ yang
ditanam dalam setiap bayi. ORTU yang mengaktifkan atau merusaknya. Makna fitrah
selain bermakna tauhid, juga memiliki makna suatu hal yang terkait bekal
manusia pada saat lahir, diantaranya fitrah seksualitas. Dimana hanya ada dua
jenis manusia laki - laki dan perempuan dan tidak ada waria, baik secara fisik
maupun juga sifat dan karakteristik, sebagaimana firman Allah “Hai manusia,
sesungguhnya Kami menciptakan kamu dari seorang laki-laki dan seorang
perempuan…..” (Al Hujurat : 13).
Masing-masing fitrah tersebut,
baik laki-laki atupun perempuan memiliki keunikan, maka mendidiknya pun beda
“….. dan anak laki-laki tidaklah seperti anak perempuan..” (Ali Imran : 36). Karena
karakternya berbeda maka stimulasinya berbeda. Kecenderungan orang tua yang mendidik
laki-laki dan perempuan dengan stimulasi yang sama, maka kemungkinannya hanya
dua, kalau tidak salah satunya rusak, maka dua-duanya rusak.
Pada dasarnya Pendidikan
KELAKI-LAKIAN terkait dengan Pendidikan SEKSUALITAS, atau Tarbiyah Al Jinsiyah, yaitu totalitas kepribadian. Pendidikan seksualitas dan
seks berbeda. Seks hanya berkaitan dengan alat kelamin, hubungan Kelamin, atau menjadi
laki-laki atau perempuan. Sementara seksualitas lebih luas lagi dari itu. Seksualitas
bukan sekedar seks tapi juga melingkupi totalitas pribadi; apa yg kau percayai,
rasakan, pikirkan dan bagaimana bereaksi; bagaimana anda berbudaya, bersosial
& berseksual; bagaimana tampil ketika anda berdiri, tersenyum, berpakaian,
tertawa dan menangis; dan bagaimana kita menunjukkan siapa diri kita.
Seksualitas yang diharapkan dalam
mendidik anak ada 3 yaitu: BENAR (Sesuai dengan panduan agama, etika dan
nilai sosial), LURUS (Sesuai dengan fitrah), dan SEHAT (Sesuai
dengan prinsip Kesehatan). Sehingga laki-laki memahami makna kelaki-lakian dari
makna nama yang diberikan Allah terhadap laki-laki, dalam Bahasa Arab laki-laki
disebut Rojul dan jamaknya Rijal yang bermakna kaki. Laki-laki diibaratkan kaki,
karena sebagaimana fungsi kaki yang mampu menahan beban, ketika kakinya tidak
kuat maka akan ambruk. Begitupun ketika laki-laki banyak mengeluh, ini menjadi
sebuah pertanyaan. Makna kedua adalah sesuai fungsi kaki adalah untuk
melangkah, laki-laki identik dengan bergerak, sehingga laki-laki jangan hanya
diam dirumah, laki-laki harus bergerak dan berusaha. Yang diperintah untuk
banyak diam dirumah adalah perempuan, karena perempuan adalah kepala bagi rumah
suaminya.
Ada dua syarat dalam mendidik
anak. Yang pertama adalah PERSEPSI POSITIF, yaitu gambaran positif
tentang kelaki-lakian tentang sosok laki-laki disekitarnya, terutama Ayah.
Ketika anak mempersepsikan negatif tentang Ayahnya, maka anak bisa saja
memposisikan kalau laki-laki itu jahat, ini berbahaya bagi perkembangan anak
dan bisa menggores persepsi kelaki-lakian. Untuk Ibu yang menjadi single
parent, hal yang harus dijaga adalah persepsi positif anak terhadap ayahnya. Seorang
Ayah harus memastikan anak tidak memiliki luka pengasuhan dalam pertumbuhannya.
Yang kedua adalah ROLE MODEL, anak harus mendapatkan stimulan yang pas.
Ayah harus dapat memberikan stimulan kelaki-lakian yang pas ke anaknya dan Ayah
harus hadir dalam pengasuhan sambil memberikan contoh yang baik dan benar.
Dalam Islam, laki-laki harus
memiliki Qowwam sebagai sifat dasarnya. Seperti yang tertuang adalam Surat An
Nisa ayat 34, “Lelaki adalah Qowwam bagi kaum perempuan”. Ujung dari Qowwam
adalah mampu menafkahi keluarganya. Makna Qowwam ada tiga. Yang pertama, Qiwam
dengan kasroh yang berarti makanan yang membuat manusia tegak berdiri,
maksudnya laki-laki harus mampu memberikan dampak positif bagi sekitarnya. Yang
kedua, Qowam dengan fathah yang bermakna adil dan seimbang, maksudnya
laki-laki mampu menangani segala sesuatu dengan adil dan berimbang.Yang ketiga,
Al Qoyyim yang berarti tuan/pemimpin. Dalam tafsir al Manar, ada tujuh
ke Qowwaman yang menjadi dasar kelaki lakian, yaitu Al Himayah (melindungi), Ar
Ri’ayah (menjaga), Wal Wilayah (memimpin), Wal Kifayah (memberi kecukupan),
Taqdib (mendidik), menata urusan, dan melakukan perbaikan kondisi.
Untuk belajar mendidik anak
laki-laki, ada sebuah ayat yang bisa kita jadikan roadmap yaitu, “Sesungguhnya
Allah telah memilih Adam, Nuh, keluarga Ibrahim dan keluarga 'Imran melebihi
segala umat [QS. Ali Imran : 33]. Mendidik anak laki-laki dengan mendidik anak
perempuan memang berbeda, Qur’an memberikan contoh yang sempurna dalam keluarga
Ibrahim dan keluarga Imran.
Sehingga tujuan pengasuhannya pun berbeda
Dari tabel diatas bisadilihat kalau target pengasuhan anak laki-laki adalah menjadi ‘nabi’. Masalahnya kenabian itu tidak mungkin terjadi semenjak wafatnya Rasulullah, berarti yang kita pelajari adalah sifat-sifat kenabian. Sifat dasar dalam kenabian yang ingin dicapai ada 2, yaitu CERDAS (al Hijr : 53), maksudnya menjadi problem solver bagi masyarakat dan SABAR (ash shaffat : 101) yang bermakna tangguh dalam melewati kesulitan.
Fokus pengasuhan anak lelaki ada
tiga. Yang pertama, menjadi ahli ilmu (ulama), sebagai mana hadits
“Sesungguhnya ulama adalah pewaris para nabi. Sungguh para nabi tidak
mewariskan dinar dan dirham. Sungguh mereka hanya mewariskan ilmu maka
barangsiapa mengambil warisan tersebut ia telah mengambil bagian yang
banyak.”(HR.Tirmidzi, Ahmad, Ad-Darimi, Abu Dawud. Dishahihkan oleh Al-Albani).
Ulama maksudnya adalah menjadi orang yang ahli dalam bidangnya, jangan
tanggung. Kita bisa ambil contoh dari sahabat Umar Bin Khattab (ahli tata negara),
Khalid Bin Walid (ahli strategi perang), Hasan Bin Tsabit (ahli syair), Tasbit
Bin Qais (ahli negosiasi), Abdullah Bin Masud (ahli Qur;an), Zaid Bin Tsabit
(ahli dalam bidang waris), dan banyak contoh lainnya. Yang kedua, menjadi
penegak agama. Yang ketiga, ahli dalam bidang apapun tapi punya jiwa
iqomatuddin, sebagai mana dalam firman Allah, “Dia telah mensyari'atkan
bagi kamu tentang agama apa yang telah diwasiatkan-Nya kepada Nuh dan apa yang
telah Kami wahyukan kepadamu dan apa yang telah Kami wasiatkan kepada Ibrahim,
Musa dan Isa yaitu: Tegakkanlah agama dan janganlah kamu berpecah belah
tentangnya..”(Asy Syura : 13).
Seperti yang disebutkan sebelumnya kalau mendidik anak lelaki berarti mendidik anak menjadi 'nabi', maksudnya kita bisa mengambil pelajaran dari kisah Pendidikan para Nabi, diantaranya adalah Rasulullah Shalallahu Alaihi Wassalam. Dimana roadmap Pendidikan Beliau Shalallahu ‘Alaihi Wassalam dibawah usia 7 tahun singkatnya adalah sebagai berikut. Usia 0-5 Tahun: Rasul diasuh oleh Halimatus Sa’diyah di kampung Bani Sa’ad. Karena Bahasa Arab di kota Mekkah pada saat itu rusak, maka Rasul harus belajar bahasa ibu yang fasih. Hal ini karena setiap BAHASA punya nilai dan rasa, maka fokuslah terhadap pendidikan bahasa ibu. Karena perbaikan bahasa identik dengan perbaikan perilaku (QS. Al Ahzab : 70-71). Sehingga untuk anak usia 0-5 tahun, salah satu program yang dicanangkan adalah dengan memperdengarkan Bahasa ibu dengan berdialog dan membacakan buku. Dengan target yang ingin dicapai emotional bonding dan perkembangan nalar yang baik. Usia 6 tahun: Rasul mulai belajar Menggembala Kambing. Semua Nabi pernah menjadi penggembala kambing sebagaimana hadits “Tidaklah seorang NABI diutus kecuali pernah jadi penggembala kambing” (H.R. Bukhari). Hikmah Menggembala Kambing adalah Pathfinding, Directing, Controlling, Protecting, dan Reflecting. Sehingga yang perlu dibuat orang tua diantaranya adalah dengan membuat program memelihara HEWAN dengan target anak memiliki rasa empati, kontrol diri dan tercapat perkembangan motorik yang baik.
Sebelumnya saya juga sudah pernah membuat resume tentang yang sebaiknya dilakukan ketika anak usia 0 – 2 tahun, 3 tahun, 4 tahun, 5 tahun, dan 6 - 7 tahun.
Semoga kita bisa menjadi ayah hebat dan ibu tangguh yang mampu mendidik anak-anak laki-laki kita dengan pendidikan terbaik sesuai fitrahnya dan menjadikan anak-anak kita menjadi anak-anak yang juara dengan akhlak yang baik.
*Sumber : Webinar Ayah IrwanRinaldi dan Ustadz Bendri Jaisyurrahman