Tak terasa bulan ini area tempat kami bekerja akhirnya dipecah menjadi dua area, Sumatera Bagian Utara dan Sumatera Bagian Selatan, setelah sekian puluh tahun hanya satu area Sumatera. Entah kenapa saya tiba-tiba teringat acara tutup tahun lalu di Sungai Bingei , Kabupaten Langkat, Sumatera Utara.
Acara ini sebenarnya diprakarsai oleh kepala area kami dengan tujuan mensinergikan area kami agar menjadi suatu tim yang utuh dan saling melengkapi. Hari itu, Sabtu 18 Desember 2010, kami semua, pemegang amanah dari Lampung hingga Aceh, berkumpul di salah satu kantor cabang kami di Jalan Adam Malik, Medan. Kira-kira pukul 8 pagi, kami mulai konvoy menuju lokasi yang diinginkan, kira-kira setelah memakan waktu satu setengah perjalanan, akhirnya kami sampai juga di Sei Bingei.
Kami berhenti sejenak di basis Bingei Rafting, yang menjadi operator acara permainan kami, yang terletak dibibir sungai. Desiran angin dan suara aliran sungai sungguh menggoda untuk dijamah dan membuat kami tidak sabar untuk segera bercengkrama dengan jeram. Syukur tidak lama kemudian, akhirnya kami sudah dapat menuju ke tempat peralatan untuk memilih peralatan yang telah disiapkan seperti helm, dayung, dan pelampung untuk keselamatan kami. Dan seperti lazimnya tempat arung jeram lainnya, setelah memilih peralatan, kami pun segera menuju ke lokasi start permainan di sanggapura dengan menggunakan truk.
Sepuluh, dua puluh, hingga tiga puluh menit perjalanan ternyata kami belum sampai menuju lokasi. Beruntung kami mengisi waktu perjalanan dengan canda gurau yang cukup mengocok perut kami, mulai dari berakting menjadi sapi yang akan menuju ke tempat penyembelihan, saling meledek, dan canda lainnya yang membuat waktu yang dilalui menjadi tidak begitu terasa hingga akhirnya kami benar-benar sampai di bibir sungai. Buih buih sungai yang menyapa benar-benar membuat perjalanan tanpa akhir kami sebelumnya menjadi tidak terasa.
Kami berkumpul kembali untuk dibagi kelompok menjadi 9 kelompok dimana masing-masing kelompok diberikan pendamping yang berfungsi sebagai kapten kapal, setelah mendengarkan instruksi sejenak dan memilih kapal yang akan digunakan akhirnya kesempatan kami untuk bergumul dengan sungai datang juga. Dengan menggotong perahu karet yang akan kami gunakan, kami pun segera menuju ke titik awal petualangan, riak sungai dan jeram benar-benar memanggil kami seakan tak sabar untuk kami jamah yang mwmbuat adrenalin kami semakin tinggi.
Hingga akhirnya kami benar-benar memulai mengarungi sungai tersebut. Perahu kami mulai menari-nari mengikuti irama jeram, sesekali tarian perahu kami terhenti ketika tersangkut kumpulan batu yang membentang di sungai sehingga kami harus turun untuk mengeluarkan perahu kami dari cengkraman batu yang menghalangi. Ketika berhadapan dengan jeram yang berat sesekali kami terhempas, bahkan ada salah seorang rombongan kami yang berada di perahu lain yang sempat terlempar ke sungai, beruntung kami dibekali perlengkapan yang membuat keselamatan kami lebih terjaga.
Sesekali kami mendapatkan kesempatan untuk meninggalkan perahu dan berenang di saat arus tenang. Disalah satu arus yang tenang kami bahkan mendapat kesempatan untuk melompat kesungai dari bukit setinggi sekitar 10 meter. Rasa penasaran dan khawatir bercampur aduk ketika tawaran melompat diberikan ke kami, akan tetapi karena adrenalin sudah terlanjur tinggi akhirnya beberapa dari kami mencoba untuk melompat dari bukit ke sungai untuk menaklukkan rasa khawatir kami. Byurrrr…. Dan ajaib, ternyata setelah melompat kami semakin penasaran dan kembali lagi ke atas bukit untuk melompat lagi dan lagi.
Perjalanan pun dilanjutkan kembali, setelah melewati arus tenang yang ke sekian kali akhirnya kami mendapat tantangan lain. Sebuah gemuruh air dari bendungan telah terdengar jelas di telinga kami seolah menantang untuk ditaklukkan. Bendungan setinggi 8 meter yang konon tertinggi di Indonesia untuk arung jeram. Setelah mendengarkan instruksi sejenak, kami pun mulai menuju bibir bendungan untuk menyambut undangan gemuruh bendungan tadi. Semakin dekat.. Semakin dekat.. Dan.. Booom… Kami pun merebahkan tubuh kami agar tidak terhempas dari perahu. Perahu pun melayang. Akan tetapi meskipun sudah berusaha untuk merebahkan diri, ternyata saya sempat terhempas hingga terbalik dan bibir dayung saya membuat pipi kepala area operasional kami merah terkena tamparan sang dayung.. Beruntung bagi saya, karena ternyata beliau tidak marah… Ups, maaf ya bu…
Ternyata bendungan tadi merupakan titik akhir dari perjalanan kami dalam menaklukkan jeram. Sungguh waktu dua jam lebih dalam petualangan ini benar-benar terasa kurang dan berlalu terlalu cepat. Akan tetapi kami memang harus benar-benar menyelesaikan keintiman kami dengan jeram sei bingei, karena sudah ada rangkaian permainan lain yang menanti untuk kami sapa.
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar