Jangan Terpaku Dengan Masalah
Ust Mufy Hanif Thalib
Sabtu, 15 Oktober 2022
Masjid Nurul Iman Blok M
Square
Orang yang ingin hidup Bahagia harus beriman kepada Allah dan imannya diikat dengan amal yang sholeh. Percuma kalau kita berekspektasi hidup Bahagia tapi kita tidak beriman kepada Allah Subhanahu Wa Ta’ala. Jika seseorang ingin Bahagia hidupnya, dia harus menyibukkan dirinya dengan ilmu yang bermanfaat bagi dirinya dan menyibukkan dirinya dengan amalan-amalan yang bermanfaat. Jika seseorang ingin hidup Bahagia, dia harus perhatikan dan perhitungkan apa yang dia kerjakan, apakah bermanfaat atau tidak. Orang ingin hidup Bahagia harus perbanyak dzikir kepada Allah. Mustahil orang yang ingin berbahagia tapi tidak berdzikir, jikapun Bahagia maka bahagianya semu. Langkah mulia agar hidup kita Bahagia adalah berdzikir kepada Allah dan mengingat Allah.
يٰعِبَادِيَ الَّذِيْنَ اَسْرَفُوْا عَلٰٓى
اَنْفُسِهِمْ لَا تَقْنَطُوْا مِنْ رَّحْمَةِ اللّٰهِ
Wahai hamba-hamba-Ku yang melampaui batas terhadap
diri mereka sendiri! Janganlah kamu berputus asa dari rahmat Allah (Az Zumar
ayat 53)
Mengingat Allah Subhanahu Wa Ta’ala untungnya sangat banyak. Terkadang kita dikurung oleh pikiran kita sendiri, karena hati dan jiwa kita berpikir yang jelek terus, padahal rezeki Allah luar biasa.
Jika ingin berbahagia, kita diperintahkan untuk tahadduts bil ni’mah, kalau Allah kasih nikmat kepada kita, kita kasih lihat nikmat tersebut. Jangan ketika Allah kasih nikmat, tapi kita malah merasa kurang terus.
وَأَمَّا بِنِعْمَةِ رَبِّكَ
فَحَدِّثْ
Dan terhadap nikmat
Tuhanmu, maka hendaklah kamu siarkan. (Adh Dhuha ayat 11)
Orang yang ingin bahagia agar ia berusaha Qonaah (merasa cukup dengan nikmat Allah). Dari ’Abdullah bin ’Amr bin Al ’Ash, Rasulullah shallallahu ’alaihi wa sallam bersabda,
قَدْ أَفْلَحَ مَنْ هُدِىَ
إِلَى الإِسْلاَمِ وَرُزِقَ الْكَفَافَ وَقَنِعَ بِهِ
”Sungguh beruntung orang
yang diberi petunjuk dalam Islam, diberi rizki yang cukup, dan qana’ah (merasa
cukup) dengan rizki tersebut.” (HR. Ibnu Majah no. 4138, Syaikh Al Albani
mengatakan bahwa hadits ini shahih).
Orang yang ingin Bahagia harus optimis, bukankah Allah telah menjamin rezeki kita. Sebagaimana hadits, "Aku bersama prasangka hambaku dan Aku akan selalu bersamanya. Selama dia mengingat-Ku maka Aku akan mengingatnya di dalam diri-Ku. Apabila dia mengingat-Ku dengan begitu banyaknya, maka Aku akan mengingatnya lebih banyak darinya. Dan apabila dia mendekati-Ku sejengkal, maka Aku akan mendekatinya sehasta. Dan apabila dia mendekati-Ku sehasta, maka Aku akan mendekatinya sedepa. Dan apabila dia mendatangi-Ku dengan berjalan, Aku akan mendekatinya dengan berlari" (Riwayat Bukhari, Muslim, Ibnu Majah, Tirmidzi).
Orang yang Bahagia adalah orang yang sabar. Kita disuruh bersabar, meskipun kita sedang berada ditempat yang tidak enak, karena dimana kita hidup disitu akan ada ujian. Allah Ta’ala berfirman,
وَاسْتَعِينُوا بِالصَّبْرِ
وَالصَّلَاةِ وَإِنَّهَا لَكَبِيرَةٌ إِلَّا عَلَى الْخَاشِعِينَ
“Jadikanlah sabar dan
shalat sebagai penolongmu. Dan sesungguhnya yang demikian itu sungguh berat,
kecuali bagi orang-orang yang khusyu’.” (QS. Al-Baqarah: 45)
Kalau kita melihat sahabat ketika hijrah, mereka tidak pernah menoleh kebelakang. Mus’ab Bin Umair, adalah seorang yang kaya, bajunya bagus, parfumnya banyak, tidak pernah lapar, dimana Rasulullah tahu beliau diberikan makanan terbaik oleh Ibunya. Akan tetapi ketika beliau hijrah harus hidup dengan pakaian yang compang camping, kulitnya kering dan bersisik. Sedangkan kita, seringkali maunya dibayar di dunia semua.
Jika ingin berbahagia maka kuatkanlah hati kita. Kuatkan hati dalam menuntut ilmu dan duduk dengan oleh orang-orang yang sholeh agar hati kita semakin tenang. Kita juga harus husnudzan kepada Allah . Subhanahu Wa Ta’ala, karena saat seseorang yakin dan berprasangka baik kepada Allah, pasti ia akan bertawakal kepada Allah dan Bahagia akan menghampiri.
Jika orang ingin hidup Bahagia, dia harus bersikap adil dalam bermuamalah dengan manusia. Syaikh Abdurrahman bin Nashir As-sa'di saat membahas poin ini langsung menyebut hadits, "Janganlah seorang Mukmin itu membenci seorang Mukminah! Sebab, jika ia tidak senang satu perangai wanita itu, tentunya ia menyukai perangai lainnya." Arti sempit hadits ini petunjuk muamalah terhadap istrinya dan arti luasnya adalah terhadap mukmin yang lain. Kalau ada akhlak yang kita benci darinya, kita harus melihat lagi akhlak lain yang baik dari dirinya. Kita harus bersikap adil karena kita juga memiliki keburukan. Semua orang pasti memiliki kekurangan dan aib. Jika kelak engkau mendapati yang kurang baik dari orang lain, engkau bisa membandingkan antara kewajiban kita dalam menyambung tali silaturahmi dan tali kasih sayang dengan kebencian. Mana yang ingin didahulukan? Ingat, kita disuruh berbuat baik dan adil kepada orang lain.
Hadits diatas juga membantu kita dalam mengurangi, keluh kesah,dan gundah gulana dalam hidup kita. Kita juga wajib memberikan hak kepada siapapun sesuai haknya, meskipun kita tidak diberikan hak secara adil, terutama kepada pasangan kita. Karena kita juga diperintahkan untuk berbuat baik kepada orang yang tidak berbuat baik kepada kita. Rasulullah memerintahkan kita untuk bersikap inshaf (ditengah-tengah) dan adil kepada orang lain, terutama kepada istri kita. Tidak boleh seorang laki-laki untuk bermudah-mudah mengatakan cerai kepada istrinya., karena Wanita itu tidak ada yang lurus, kalau dipaksakan lurus maka akan patah. Berlapang-lapang dada lah.
Dan kapan terjadi ada muamalah yang buruk diantara dua manusia, maka nasihat itu wajib bagi manusia. Karena kita juga diwajibkan saling menasihati. Imam Nawawi rahimahullah berkata, “Menasehati sesama muslim berarti adalah menunjuki berbagai maslahat untuk mereka yaitu dalam urusan dunia dan akhirat mereka, tidak menyakiti mereka, mengajarkan perkara yang mereka tidak tahu, menolong mereka dengan perkataan dan perbuatan, menutupi aib mereka, menghilangkan mereka dari bahaya dan memberikan mereka manfaat serta melakukan amar ma’ruf nahi mungkar.” (Syarh Shahih Muslim, 2: 35). Hasan Al Bashri berkata, “Sesungguhnya hamba yang dicintai di sisi Allah adalah yang mencintai Allah lewat hamba-Nya dan mencintai hamba Allah karena Allah. Di muka bumi, ia pun memberi nasehat pada orang lain.” (Jaami’ul ‘Ulum wal Hikam, 1: 224).
Allah Ta’ala berfirman,
وَمِنْ كُلِّ شَيْءٍ خَلَقْنَا
زَوْجَيْنِ لَعَلَّكُمْ تَذَكَّرُونَ
“Dan segala sesuatu Kami
ciptakan berpasang-pasangan supaya kamu mengingat kebesaran Allah.” (QS. Adz
Dzariyat: 49).
Hal ini semua agar kamu laki-laki tenang hidup dengannya. Dan Allah jadikan kamu mawadah warrahmah, saling mencintai satu dengan yang lain dan saling merahmati satu dengan yang lain. Jika kita diminta Allah untuk berbuat baik, maka kerjakanlah, karena didalam itu semua ada kenyamanan didalam diri kita.
Keributan yang disebabkan karena tidak berbuat adil akan membuat kehidupan seseorang menjadi sengsara. Makanya kita diperintahkan untuk berbuat adil agar hidup kita Bahagia.
Kita dimotivasi agar tidak selalu berkubangan ditempat-tempat keruh, berkesedihan dan tempat-tempat yang kita tidak suka. Setan akan terus berusaha agar kita larut dalam hal-hal yang tidak baik. Saat orang selalu menempatkan dirinya dalam tempat yang suram dan sedih maka ia akan kehilangan akal sehatnya. Maka dari itu tidak sepatutnya manusia mengahabiskan hidupnya dalam keluh kesah gundah gulana dan terus terusan berada didalam kubangan kesedihan. Hidup ini hanya sebentar. Jangan kita terus-terusan mengikuti bisikan syaitan. Boleh bersedih, akan tetapi sedihlah secukupnya. Orang yang berbahagia adalah orang-orang yang tidak ikut bisikan syaitan. Karena dalam bisikan syaitan selalu ada kesedihan dan was-was.
Pertanyaan:
Apakah boleh seorang istri
bucin kepada suaminya?
Jawaban:
Tidak masalah, karena ia
ingin dicintai dari orang yang memang pantas untuk mencintainya.
Pertanyaan:
Bagaimana sikap orang tua
jika ada anak meminta cerai dengan pasangannya?
Jawaban:
Lihat dulu apakah
penyebabnya sudah pantas atau belum. Jika memang sebab-sebabnya sudah pantas,
maka tidak papa dipisahkan. Akan tetapi jika hanya sebab-sebab kecil saja, maka
nasehatilah anak dan luruskanlah masalahnya dengan adil.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar