وَلْيَخْشَ
الَّذِيْنَ لَوْ تَرَكُوْا مِنْ خَلْفِهِمْ ذُرِّيَّةً ضِعٰفًا خَافُوْا
عَلَيْهِمْۖ فَلْيَتَّقُوا اللّٰهَ وَلْيَقُوْلُوْا قَوْلًا سَدِيْدًا
Dan hendaklah takut (kepada
Allah) orang-orang yang sekiranya mereka meninggalkan keturunan yang lemah di
belakang mereka yang mereka khawatir terhadap (kesejahteraan)nya. Oleh sebab
itu, hendaklah mereka bertakwa kepada Allah, dan hendaklah mereka berbicara
dengan tutur kata yang benar
Dalam ayat diatas menunjukkan
kalau salah satu tanggung jawab orang tua adalah jangan meninggalkan anak yang
lemah, lemah dalam mentalitas dan perilaku. Jangan sampai anak kita mengalami
kelemahan dalam hal mentalitas. Ada 3 hal yang menunjukkan anak kita dalam
kondisi yang lemah:
1. Jika lemah menghadapai ujian kesulitan à Kita bisa mengeceknya
bagaimana anak kita ketika mengalami masalah
2. Jika lemah menghadapi ujian syahwat à Ciri anak yang lemah
dalam ujian syahwat adalah tidak bisa mengatakan tidak. Tidak dalam menolak
kemungkaran
3. Jika lemah dalam menghadapi ujian kemarahan à Cirinya anak yang
lemah dalam ujian kemarahan yaitu anak tersebut emosional dan gampang
tersinggung. Dampak anak yang mudah marah adalah anak tersebut mudah sekali
dijadikan boneka, karena tidak mampu mengontrol emosinya
Salah satu target pengasuhan
adalah menciptakan anak yang bisa melewati ujian kesulitan, ujian syahwat, dan
ujian kemarahan.
Lalu apa solusinya jika anak kita
menunjukkan salah satu atau beberapa kondisi yang lemah? Masih dalam dalam ayat
yang sama, solusinya yang paling pertama
dan paling utama adalah bertakwa kepada Allah Azza Wa Jala.
Salah satu nasehat dari ulama
terdahulu dalam pengasuhan adalah Ayah jangan sekali-kali melakukan perbuatan
yang Allah murkai karena efeknya selain membuat hidup kita susah tapi juga
membuat pola asuh kita menjadi tidak baik.
Salah satu yang disampaikan
Fudhail Bin Iyath, Sungguh aku baru saja bermaksiat kepada Allah dan dampak
maksiatku ada 4:
1. Kendaraan yang suka mogok
2. Istri dan anak yang suka membangkang, hal ini
juga sudah disebutkan dalam Q.S Al Anfal ayat 63,” dan Dia (Allah) yang
mempersatukan hati mereka (orang yang beriman). Walaupun kamu menginfakkan
semua (kekayaan) yang berada di bumi, niscaya kamu tidak dapat mempersatukan
hati mereka, tetapi Allah telah mempersatukan hati mereka. Sungguh, Dia
Mahaperkasa, Mahabijaksana.”
3. Pekerja atau karyawan yang suka melawan
4. Tikus (Hewan Fasiq) yang masuk kedalam rumah
Oleh karena itu sebelum kita
berbicara mengenai bagaimana cara mengurus anak, para Ayah sebaiknya melakukan evaluasi
dulu bagaimana hubungannya dengan Allah.
Solusi yang kedua, masih dalam surat An Nisa ayat 9, adalah qaulan sadīdā atau bertutur kata yang
benar atau dengan kata lain, perbaikilah komunikasi kita. Kenapa disebut qaulan sadīdā dalam urusan pengasuhan? Makna
yang bisa kita gali dari qaulan sadīdā
dari beberapa referensi adalah kalimat yang jujur yang tidak ada tipu daya. Artinya
kalau kita mau jadi komunikator yang baik untuk anak pastikan kita harus
ngomong jujur dan tidak membohongi anak, karena bohong dan ketidak jujuran akan
merusak TRUST anak ke orang tuanya,
akibatnya anak tidak mau mendengarkan nasihat orang tua.
Contoh yang tidak baik adalah
bisa dilihat dari meme yang beredar tentang bagaimana orang tua yang
menghitamkan mata anaknya karena terlalu banyak main gadget hingga anaknya
menangis. Memang saat itu anaknya berhenti main gadget, tapi orang tuanya
merusak salah satu konsep dalam pengasuhan, yaitu TRUST.
Makna qaulan sadīdā yang kedua adalah tepat, seperti anak panah yang meluncur
mengenai target. Maksudnya dalam berkomunikasi Ayah harus tepat secara usia
anak, tepat secara jenis kelamin, dan tepat secara konteks. Tepat secara
konteks maksudnya kita harus memahami kondisi konteks lingkungan yang membuat
anak bisa terjaga adat dan situasinya.
Semoga kita bisa mendidik anak
kita menjadi anak yang memiliki usia psikologis lebih matang dibanding usia
biologisnya, tidak menjadi anak yang lemah, dan semoga kita bisa menjadi ayah
juara bagi anak-anak kita.