Bapak adalah cahaya dalam keluarga. Kehadirannya selalu diharapkan. Canda dan tawanya adalah penghias kehidupan. Pelukan dan kasih sayangnya adalah pelita kehidupan. Memandang Bapak mendatangkan kebahagiaan. Kepergiannya mendatangkan kesedihan.
Bapak adalah sosok yang telah berkorban untuk keluarga. Dialah yang telah berusaha untuk membimbingmu dengan tidak pernah lelah. Dialah yang selalu mengharapkan kebaikanmu dengan penuh ketulusan.
Bapak, dialah yang senantiasa memberimu tanpa pelit sama sekali. Tanpa perhitungan kepadamu.Yang penting engkau bisa tertawa, engkau bisa tersenyum. Ia mengorbankan dirinya untukmu. Ia mengorbankan waktunya untuk menebus kebahagiaanmu. Dialah Bapak. Dialah Bapak. Yang Allah telah mewasiatkan kepadamu agar berbakti kepadanya. Agar berbuat yang terbaik baginya.
Ia melawan kerasnya kehidupan, bertarung mencari nafkah.Semuanya demi kebahagiaanmu. Demi untuk melihat senyumanmu. Betapa sering engkau memintanya untuk memberikan sesuatu. Sementara engkau tidak tahu tentang kondisnya yang berat yang sedang ia hadapi. Namun ia tak pernah mengutarakannya kepadamu. Engkau tidak peduli akan dirinya, namun ia begitu mempedulikanmu. Baginya yang penting kebutuhan sekolahmu, kebutuhan kuliahmu, kebutuhan pendidikanmu terpenuhi. Ia tidak peduli meski harus dimaki dan dihina orang. Semua itu demi dirimu.
Betapa sering ia terbangun di tengah gelapnya malam untuk mendoakanmu, sementara engkau tidak tahu. Engkau sedang tidur pulas dalam impianmu. Betapa sering air matanya mengalir seraya memohon kepada yang kuasa “Ya Rabb, yang penting anakku menjadi anak yang berhasil. Yang menggapai cita-citanya.” Sementara engkau tidak tahu.
Lihatlah, ia harus keluar bekerja di pagi hari demi untuk membahagiakanmu. Ia harus pulang di malam hari, tidak sempat istirahat, ia bekerja menempuh jarak yang begitu jauh. Semuanya demi kebahagiaanmu. Karena ia tak kuasa jika harus melihat engkau sedih dan menangis.
Ia membanting tulang untuk membangun rumah bagimu. Agar engkau bisa hidup dengan nyaman. Ia berpeluh keringat agar engkau bisa makan yang enak. Ia menahan penderitaan pekerjaan agar engkau bisa lulus dalam pendidikanmu. Itulah Bapak. Itulah perjuangannya. Itulah pengorbanannya. Ia memberikan kepadamu segala sesuatu dan ia tidak meminta upah darimu.
Ia berusaha semaksimal mungkin untukmu. Sementara ia tidak pernah menanti ucapan terima kasih darimu. Ia telah banyak berbuat baik untukmu yang engkau tidak melihatnya. Ia berbakti kepadamu dengan pengorbanan yang tidak akan pernah bisa engkau balas. Tatkala engkau semakin besar. Pandangannya kepadamu semakin penuh harapan. Semua keinginanmu dipenuhi. Cita-citamu selalu ia perjuangkan.Ia bahagia dengan bahagianya dirimu. Bapak bersedih jika engkau bersedih. Betapa banyak air matamu yang terhapus dengan pelukannya. Betapa banyak kegelisahan yang ada dalam hatimu ia hapus dengan belaiannya. Ia bekerja untukmu tak kenal lelah. Keringat bercucuran dari pelihnya, tidak ia pedulikan.
Hingga tatkala engkau menjadi seorang pemuda, jadilah dirimu kebanggaannya. Engkau diceritakan di sana dan di sini. Ia gembira dengan keberhasilanmu. Ia bahagia melihat derap langkah kakimu.
Tahun-tahun berlalu, inilah hasil perjuangannya mendidikmu selama ini. Jerih payahnya yang penuh dengan kesulitan dan penderitaan demi memperjuangkan kebahagiaanmu. Betapa banyak kesedihan yang ia lalui tatkala mendidikmu dimana tatkala dulu engkau membangkangnya. Betapa banyak gelas air mata pilu yang harus diminumnya ketika engkau nakal dan melawannya.
Meski pujian setinggi langit dan puisi indah yang terangkai, tetap tidak bisa membalas hak Bapak yang begitu agung. Dialah sosok yang menjadi tumpuanmu tatkala engkau masih kecil dan tatkala engkau remaja. Tatkala semua orang di sekelilingmu meninggalkanmu dan tidak memperdulikanmu, dia tetap bersamamu. Dialah Bapak yang menjadi pondasi dalam keluarga. Dialah tanda ketentraman dan keamanan dalam keluarga.
Selamat Ulang Tahun Papa. Semoga Allah senantiasa melindungimu dan memberikan keberkahan padamu.
رَّبِّ ٱرْحَمْهُمَا كَمَا رَبَّيَانِى صَغِيرًا
Wahai Tuhanku, kasihilah mereka keduanya, sebagaimana mereka berdua telah mendidik aku waktu kecil. [Al-Isra: 24]