Kamis, 29 Oktober 2009
Pahlawan Biasa
...Hiduplah dengan sederhana dan bersikaplah jujur...
Pesan itu senantiasa terngiang di dalam diriku. Adalah seorang pria sederhana yang menyampaikannya kepadaku. Beliau terlahir di kota Padang 59 tahun yang lalu, akan tetapi karena satu dan lain hal, dalam catatan sipil beliau tercatat 1 tahun lebih muda dari semestinya. Sosoknya sangatlah sederhana dan seperti layaknya manusia biasa. Tidak pernah tutur kata yang kasar terucap dari bibirnya, karena beliau selalu berusaha berkata sopan dan lembut.
Dalam pekerjaan beliau bukan sosok yang menjabat suatu jabatan yang tinggi, beliau hanyalah karyawan biasa yang menjabat pekerjaan yang biasa-biasa saja. Akan tetapi dalam hal biasa-biasa tersebut beliau tetap menjelma menjadi sosok yang istimewa. Mulai dari etos kerjanya hingga sikapnya yang jujur. Sebagai karyawan beliau senantiasa berusaha untuk bersikap profesional dalam berbagai keadaan.
Pernah dalam suatu periode beliau harus bekerja di daerah pondok cabe sementara rumah beliau di daerah bekasi. Karena beliau memandang pekerjaan adalah ibadah dan amanah, maka beliau rela mengorbankan waktu dan tenaga beliau, pada periode tersebut beliau selalu berangkat pada pukul setengah lima untuk menjemput rizki dan baru kembali kerumah pada pukul 9 malam. Terlihat jelas letih pada wajah beliau, sehingga keluargapun menyarankan beliau untuk kost di pondok cabe dekat dengan kantor beliau, akan tetapi karena rasa sayangnya pada keluarga, beliau mengalah dan rela mengorbankan waktu dan tenaga semata-mata demi kebersamaan beliau bersama keluarga.
Ketika bersilaturahmi ke rumah rekannya atau bawahannya, beliau juga seringkali memberikan wejangan kepada anak-anaknya manakala anaknya bertanya mengapa rekan dan bawahannya lebih makmur dibandingkan dengan dirinya. Beliau selalu mengatakan, 'tak apalah hidup dengan sederhana asalkan kita menjalaninya dengan jujur, buat apa hidup makmur kalau digapai dengan cara yang tidak jujur...'
Dalam membina rumah tangga beliau juga layak untuk dijadikan panutan. Beliau seperti memiliki stok sabar yang tiada habis dan selalu bersikap lemah lembut kepada keluarganya. Hal ini diperkuat oleh pernyataan istrinya yang sering mengatakan kalau selama menikah beliau tidak pernah berbuat kasar kepada istrinya walau hanya sekali saja.
Dalam hidup tidak jarang beliau dizalimi, akan tetapi beliau juga seperti memiliki berton-ton maaf dan selalu berusaha membalasnya dengan kebaikan. Pernah beliau berkata kepada anaknya, 'papa tahu kalau si X pernah berbuat jahat kepadamu, tapi janganlah kamu membalas perbuatan X dengan kejahatan, karena itu membuat kamu menjadi tidak berbeda dengan X. Balaslah perbuatan X dengan kebaikan agar ia kelak sadar akan kekeliruannya.'
Sebenarnya masih banyak kebaikan yang dapat dicontoh dari beliau untuk diceritakan. Kebaikan dari manusia biasa yang hari ini tepat berusia 59 tahun. Manusia yang menjalani hidup dengan sederhana. Sosok satu-satunya dalam ranji keluarga besar yang menggunakan nama suku Tanjung di namanya. Manusia biasa yang menjadi pahlawan dalam hidupku.
Selamat Ulang Tahun Papa, semoga segala kebaikan dari Allah SWT dilimpahkan kedalam diri papa, terimakasih atas segala kebaikan yang telah papa berikan kepada keluarga, mohon maaf apabila anakmu ini masih memiliki banyak sekali kekuarangan
Senin, 12 Oktober 2009
Romansa Ide dan Kata: Ketika Konsistensi dan Komitmen Terpinggirkan
Seorang sahabat yang memiliki pemikiran dan permainan kata-kata yang cerdas pernah menanyakan perihal blog saya yang hampir tidak pernah terbaharui sekitar 1 tahun yang lalu.
Rasa malu dan tertantang menyelimuti diriku ketika membaca hal tersebut, ketika itu ingin rasanya saya menjawab pertanyaan tersebut dengan permainan kata-kata dan pergumulan ide dan pengalaman. Akan tetapi sayangnya rasa tersebut terpenjarakan oleh rasa malas, sehingga komitmen dan konsistensi terkurung didalam diri.
Tanpa terasa, sudah hampir 1 tahun, semenjak cambuk tersebut mengenai hati dan pikiranku dan ternyata blog ini belum terbaharui secara berkesinambungan. Ide dan pemikiran sering hilir mudik didalam kepala, akan tetapi mereka terkurung dengan rapat didalam pikiran karena belum adanya komitmen untuk menuangkan kedalam kata-kata. Sehingga ide dan pemikiran tersebut menjadi tidak bermakna.
Benarlah apa yang pernah dikatakan para cendekia, ide dan pemikiran menjadi tidak berarti apabila tidak dituangkan dalam kata dan dikerjakan dalam perbuatan. Sungguh bukan saya menginginkan ide dan pemikiran saya menjadi tidak berarti. Dan bukan pula saya ingin menyembunyikan ilmu karena tak pantas rasanya bagi saya yang memiliki pengetahuan tidak seberapa untuk menyembunyikan ilmu saya.
Terabaikannya blog ini sesungguhnya lebih disebabkan terpinggirkannya komitmen dan konsistensi yang saya miliki. Ternyata benar juga seperti yang dikatakan orang, mempertahankan komitmen dan konsistensi sepertinya memang membutuhkan kesungguhan. Dan patut diakui, kesungguhan saya menghadirkan karnaval kata dalam blog ini memang terabaikan dan terasingkan. Sehingga ide dan pemikiran tidak dapat memadu kasih dengan kata.
Dan dalam dalam kesempatan ini saya mencoba mengumpulkan komitmen dan menjaga konsistensi agar ide dan pemikiran saya menjadi bermakna, seperti judul dari blog ini kacamata makna. Saya tidak memiliki target yang membumbung tinggi dan hanya berkeinginan setidaknya parade kata dapat hadir dan terbaharui di blog ini setiap 1 - 2 bulan sekali. Semoga saya dapat menjaga kesungguhan saya untuk mempertahankan komitmen dan konsistensi saya... Semoga...
*Gambar diambil dari sini
Langganan:
Postingan (Atom)