Kamis, 25 Oktober 2007

Belajar Hidup Dari Sang Pemimpi

'Bermimpilah, karena tanpa bermimpi kamu tak akan pernah memiliki mimpi yang menjadi kenyataan'.

Minggu, 29 Oktober 2006, tiba-tiba HP saya berbunyi. Setelah saya lihat, ternyata Jati, salah satu sahabat terbaik dimasa kuliah, merekomendasikan untuk baca novel Ayat-Ayat Cinta karangan Habiburrahman El-Shirazy. Karena sudah pernah menikmati setiap lembar dari novel tersebut, saya pun mengatakan kalo saya sudah membaca novel itu dan ada untaian kata di novel itu yang sangat saya suka 'Ya Allah, letakanlah dunia ditangan saya dan bukan dihati saya'. Jati kemudian merekomendasikan saya untuk baca Laskar Pelangi. Penasaran dengan Laskar Pelangi, sabtu kemarin (4/6/2006), saya langsung berburu buku tersebut di Gramedia Matos, tapi sayang saya kehabisan... :( Tapi tidak lama kemudian, wanita penjaga counter di Gramedia Matos menawarkan sebuah buku, yang katanya merupakan bagian dari Tetralogi Laskar Pelangi, yang berjudul Sang Pemimpi. Karena sudah terbius dengan rekomendasi Laskar Pelangi dari Jati dan asumsi bahwa buku Sang Pemimpi nggak kalah keren dengan Laskar Pelangi karena pengarangnya sama, maka saya mengeluarkan sejumlah uang untuk menukarkan dengan sebuah buku yang berjudul Sang Pemimpi...

Begitu berada ditangan, buku sang pemimpi ini berhasil menghipnotis saya untuk terus membaca setiap mozaik dari buku ini hingga selesai. Sedikit terkesan komikal di awal-awal ketika memperkenalkan tokoh-tokoh utama dalam buku ini akan tetapi tanpa disadari saya cepat terbius ketika masuk ke mozaik-mozaik berikutnya.

Sang Pemimpi sendiri berkisah tentang masa remaja Ikal, Arai serta Jimbron dan bagaimana cara mereka menjalani hidup mereka yang berat dan berhasil mengalahkan beratnya hidup mereka. Ikal yang menjadi tokoh sentral dalam novel ini adalah Andrea Hirata sang seniman kata-kata, Arai adalah saudara Ikal yang cerdas, kreatif dan kadang liar, penuh dengan ide-ide nakal layaknya remaja, dan Jimbron meskipun gagap dan tidak terlalu cerdas, tetapi ia adalah anak yang ulet dan setia kawan. Kisah kehidupan mereka sendiri dituturkan dengan gaya penulisan yang kocak dan tidak jarang mengharukan pada mozaik-mozaik tertentu...

Dan seperti judulnya, Sang Pemimpi, buku ini mengisahkan tentang sekelompok anak yang berani bermimpi dan berjuang untuk mewujudkan dan mempertahankan mimpi mereka. Bagaimana Ikal yang sempat tak sanggup untuk bermimpi kemudian sadar dan kembali berusaha mewujudkan mimpinya setelah ia tidak berada di garda terdepan. Bagaimana perjuangan mereka mereka dalam menolak keputusasaan dan melawan ketidakberdayaan akan kemiskinan mereka. Bagaimana kekuatan cinta, persahabatan, dan pengorbanan mampu merubah hidup seseorang. Bagaimana cara mereka menerima nasib dan tidak menyerah kepada nasib. Seperti yang dikatakan Arai 'Kita tak kan pernah mendahului nasib!'. Dan bagaimana begharganya hidup untuk diperjuangkan.

Selesai membaca buku ini, saya jadi malu dengan Ikal, Arai, dan Jimbron. Mereka masih bisa tetap optimis dalam memperjuangkan mimpi mereka dan dalam memenangi hidup mereka meskipun kehidupan mereka yang sebenarnya begitu berat dan menyengsarakan.... Sedangkan saya.... Seringkali belum bisa setegar mereka :(

Tidak ada komentar: