Sebelumnya saya pernah membuat
resume tentang mendidik anak laki-laki usia dini (0-7) tahun dalam dua tulisan,
tulisan pertama
Mendidik Anak Laki-Laki Usia Dini (0-7 Tahun) dan tulisan kedua
Mendidik Anak Laki-Laki Usia 0 – 7 Tahun. Lalu tulisan
mendidik anak usia praremaja (7 – 15 Tahun). Sekarang kita akan masuk ke usia selanjutnya.
Usia Remaja Bukan Pemakluman
atas DOSA
Perlu kita pahami bahwa,
seringkali ada istilah familiar yang ada di masyarakat tentang kenakalan-kenakalan
yang dilakukan remaja sebagai sebuah pemakluman.. dan itu dianggap sebagai hal yang lumrah..
namanya juga remaja.. padahal hal ini adalah sesuatu yang sejatinya wajib kita
luruskan.. karena awal dari pemakluman ini bisa jadi atas terminologi yang
muncul dikalangan kita atas jurnal ilmiah yang dikeluarkan oleh Stanley Hall
tahun 1912, yang memberikan definisi baru kepada usia belasan tahun, yang
disebut adolescent tapi belum cukup, karena badannya besar akan tetapi
kelakuannya masih seperti anak-anak, yang pada akhirnya memunculkan terminologi
teenager. Stanley Hall membuat sebuah riset dengan sample 10 ribu
anak-anak di eropa dan amerika, atas perilaku-perilaku yang mereka alami. Dari
10 ribu riset ini, mereka biasa membangkang, melawan, ngeyel, bahkan melakukan
keonaran. Atas dasar itulah diterbitkan sebuah jurnal ilmiah yang seolah-olah
menjadi pembenaran atas perilaku usia remaja (teenager). Yang sebenarnya
disebabkan oleh pola asuh yang salah di dunia barat.
Paradigma الشباب VS المراهق
Jurnal ilmiyah inilah yang
diadopsi oleh semua psikolog diseluruh dunia, termasuk psikolog di Arab, yang
sampai membuat sebuah definisi baru bagi anak-anak di usia tersebut yang
disebut Murohiq (المراهق) pada tahun 1920 , yang secara Bahasa Indonesia didefinisikan
sebagai remaja. Murohiq berasal dari kata dasar rohaqo yang terdapat dalam
surat Jin ayat 5, وَّاَنَّا ظَنَنَّآ اَنْ لَّنْ تَقُوْلَ الْاِنْسُ وَالْجِنُّ عَلَى
اللّٰهِ كَذِبًاۙ, Sesungguhnya kami mengira bahwa manusia dan jin itu tidak
akan mengatakan perkataan yang dusta terhadap Allah.”. Jadi kata rohaqo yang
berarti dosa menjadi sebuah nilai yang menjadi pembenaran bagi remaja berbuat
salah dan dosa. Ini suatu yang salah! Padahal remaja sendiri dalam Bahasa
Indonesia didefinisikan sebagai orang yang bersikap dewasa. Pemakluman akan
dosa ini bahaya, karena kalau sesungguhnya ajal menjemput anak kita, anak kita
tetaplah harus mempertanggung jawabkan perbuatannya karena sudah baligh, tidak
ada pemakluman akan usia remaja.
Padahal kalau merujuk ke masyarakat
islam terdahulu, tidak ada remaja yang seperti definisi teenager atau murohiq.
Hal ini sangat perlu diluruskan. Oleh karena itu salah satu pakar Pendidikan
asal Arab Saudi yang bernama Dr Kholid Ahmad Syantut membuat sebuah termonologi
yang diambil dari dalil Qur’an dan Sunnah yang menyatakan dari pada menyebut
mereka sebagai murohiq, lebih baik menyebut mereka sebagai Asy Syabab (الشباب).
Dimana Asy Syabab maknanya sama yaitu remaja atau pemuda, tapi Asy Syabab itu
memiliki akar kata Syuba yang berarti jilatan api yang membakar. Disebut الشباب
agar mampu memanfaatkan potensi (القوة) demi kemaslahatan. Karena anak muda itu
seperti jilatan api yang memiliki potensi. Dimana potensi ini tergantung
bagaimana memanfaatkannya, kalau dimanfaatkan baik maka akan menjadi baik, itulah
yang dilakukan Rasulullah, menjadikan Sebagian pendukungnya anak-anak muda.
Kita tahu Abdullah bin Abas yang menjadi ulama yang membantah khawariz di udia
14 tahun, Ali bin Abi Thalib yang di usia 10 tahun sudah menjadi tameng Rasulullah,
Usamah Bin Zaid yang menjadi panglima perang di usia 17 tahun.
Akan tetapi kalau potensi ini
diambil oleh orang yang rusak maka remaja ini bisa ikut rusak juga. Maka jangan
heran kalau akhir kerusakan menjadi kreatif karena memanfaatkan potensi remaja.
Inilah salah satu tugas dari pendidik adalah harus mampu memandang potensi
seorang remaja. Potensi yang dimiliki Remaja atau pemuda menurut pandangan
ulama diantaranya adalah Potensi Akal (العقلية قوة), Potensi Semangat (الحماسة قوة),
dan Potensi Fisik (الجسمية قوة). Diantaranya dengan sibukkan remaja dalam
kegiatan dakwah atau kegiatan positif lainnya, rebut golden moment nya
dan jangan ditunda-tunda.
Profil Awal Pemuda Islam
Dalam Islam ada sebuah profil
yang menjadi indikasi bahwa seorang anak muda sudah masuk kedalam fase
kematangan, dan fase kematangan itu memberikan sebuah jawaban atas tanggung
jawab mereka. Indikasinya adalah ketika sudah Amanah dalam mengelola harta.
فَاِنْ اٰنَسْتُمْ مِّنْهُمْ
رُشْدًا فَادْفَعُوْٓا اِلَيْهِمْ اَمْوَالَهُمْ
Kemudian jika menurut pendapatmu
mereka telah cerdas (pandai memelihara harta), maka serahkanlah kepada mereka
harta-hartanya…(An Nisa : 6).
Jadi kalau sudah bisa Amanah
dalam mengelola uang, maka ia sudah bisa diberikan tanggung jawab dalam mengelola
harta. Sudah bisa diberikan hak untuk memiliki gadget, jangan berikan hak
memiliki gadget sebelum anak siap. Kalau anak belum siap, jangan berikan ia hak
milik, tapi berikanlah ia hak guna. Ketika anak sudah bisa mengelola harta,
maka anak sudah masuk ke fase awal kematangannya, yang ujungnya nanti adalah
kemampuan dalam memberikan nafkah. Untuk mengetahui anak sudah Amanah
latihannya menurut para ulama diantaranya adalah laki-laki ditandai dengan
keberanian untuk safar sendirian. Kalau perempuan ditandai mampu mengelola
rumah ayahnya, seperti cuci baju, piring dan bersih-bersih rumah ketika ayah
bundanya sedang tidak ada di rumah.
Tantangan Awal Remaja
Aktifnya hormon seksual (baligh)
yang menurut Ibnu Taimiyah menjadikan remaja (anak yang sudah baligh) sebagai target
utama setan, selain ketika hamba Allah mengalami sakaratul maut. Dimana ujian
beratnya adalah syahwat terhadap wanita (Ali Imran ayat 14). Seorang laki-laki
yang terkena jerat fitnah Wanita maka akan ada 2 yang terjadi, sebagaimana
Tafsir Al Qurthubi, yaitu Memutuskan silaturrahim dengan siapapun yang menolak
hubungan dia dengan Wanita tersebut dan Mengumpulkan harta banyak tanpa peduli
halal dan haram.
Menyibukkan REMAJA dalam
segudang aktivitas
Remaja wajib untuk sibuk, dimulai
dengan melatih anak memiliki daily rundown. Sebagaimana firman Allah Subhanahu
Wa Ta’ala:
يٰٓاَيُّهَا الَّذِيْنَ
اٰمَنُوا اتَّقُوا اللّٰهَ وَلْتَنْظُرْ نَفْسٌ مَّا قَدَّمَتْ لِغَدٍۚ
Hai orang-orang yang beriman,
bertakwalah kepada Allah dan hendaklah setiap diri memperhatikan apa yang telah
diperbuatnya untuk hari esok..... (Al Hasyr : 18).
الوقت كالسيف فإن قطعته وإال
قطعك، ونفسك إن لم تشغلها بالحق وإال شغلتك بالباطل
Imam Syafi’i berkata, “Waktu
laksana pedang. Jika engkau tidak menggunakannya, maka ia yang malah akan
menebasmu. Dan dirimu jika tidak tersibukkan dalam kebaikan, pasti akan
tersibukkan dalam hal yang sia-sia.” (Al Jawaabul Kaafi karya Ibnul Qoyyim Al Jauziyah)
3 Program Utama Remaja
Yang dilakukan untuk
memaksimalkan potensi remaja, seperti yang bisa kita pelajari dari proses
kenabian Rasulullah di masa remaja, yang pertama adalah Magang (mulai
belajar aktifitas laki-laki dewasa bisa adhoc ataupun organisasi). Rasulullah
pernah magang adhoc di perang fijar, dengan memunguti anak panah yang jatuh dan
tidak ikut berperang langsung. Di magang itu anak akan terlibat, menyaksikan
dan mengobservasi secara langsung (knowing, feeling, acting). Selain itu
ketika remaja, Rasulullah juga aktif di suatu organisasi yang Bernama hilful
fudhul, sebuah organisasi yang bertujuan menjaga ketertiban dan keadilan dalam
perdagangan, yang menjadi urat nadi kehidupan penduduk Mekah. Di hilful fudhul
Rasullah memang hanya seorang partisipan, akan tetapi Rasulullah sudah
menunjukkan kelaki-lakiannya yang matang ketika membebaskan Wanita yang diculik
oleh Bani Najaj, sebagaimana dikisahkan Ibnu Hisyam dalam kitabnya. Jangan
sampai anak kita di usia ini hanyalah sibuk nge prank dan stand up comedy
menertawakan nasib bangsa tanpa ada tindakan nyata.
Yang kedua adalah Mentor
(personal maupun komunal). Mentor terbaik di usia ini adalah ayah atau pihak
ketiga yang bisa membuat anak kita menjadi lebih matang. Seperti Muhammad Al
Fatih yang dimentori oleh Syekh Aaq Syamsuddin dan Syekh Ahmad bin Ismail Al
Kuroni, Umar bin Abdul Aziz yang dimentori Imam Shalih bin Kaisan, Abdullah bin
Umar yang dimentori ayah kandungnya langsung yaitu Umar Bin Khattab, Abdullah
bin Abas yang dimentori Rasulullah. Kalau di pesantren mentornya adalah
kumpulan Asatidz yang bergantian memberikan stimulan ke anak laki-laki kita.
Dan yang ketiga adalah Monitoring
dengan bagaimana kita melihat hal-hal yang dapat merusak anak laki-laki remaja
kita, diantaranya yaitu kebiasaan jam biologis, bahasa, dan pertemanan.
Perhatikan jam biologis anak, apakah terbiasa bangun pagi atau bangun siang,
karena keberkahan adanya dipagi hari dan bukan siang hari. Sebagaimana doa
Rasulullah, اللهم بارك لأمتي في بكورها , “Ya Allah, berilah keberkahan bagi
umatku di pagi harinya.“ Perbanyak Bahasa-bahasa baik dikepala anak kita dengan
jalan mencintai buku, mendatangi kajian, diskusi dengan orang-orang sholeh dan
yang memiliki bahasa baik. Dalam hal pertemanan, Rasulullah mengatakan, المرء على
دين خليله فلينظر أحدكم من يخالل, “Agama Seseorang sesuai dengan agama teman
dekatnya. Hendaklah kalian melihat siapakah yang menjadi teman dekatnya.” (HR.
Abu Daud dan Tirmidzi). Dalam Riwayat lain juga dijelaskan, “Permisalan teman
yang baik dan teman yang buruk ibarat seorang penjual minyak wangi dan seorang
pandai besi. Penjual minyak wangi mungkin akan memberimu minyak wangi, atau
engkau bisa membeli minyak wangi darinya, dan kalaupun tidak, engkau tetap
mendapatkan bau harum darinya. Sedangkan pandai besi, bisa jadi (percikan
apinya) mengenai pakaianmu, dan kalaupun tidak engkau tetap mendapatkan bau
asapnya yang tak sedap.” (HR. Bukhari 5534 dan Muslim 2628). Kalau kita melihat
ada gejala-gejala temannya buruk, maka 2 solusinya. Yang pertama, potong kompas
pertemanannya dan tawarkan pertemanan baru yang sama asyiknya, sehingga anak
kita terjaga dengan kita bantu dengan pertemanan baru yang terjaga keimanannya.
Yang kedua, kalau memang sulit untuk kita cut off, kita masuk kedalam
pertemanan tersebut, minimal untuk menjadi pagar dalam mencegah kerusakan.
Dengan mengundang teman-temannya main ke rumah misalnya.
Saatnya BERAKSI!
Ada 20 juta anak-anak di
Indonesia yang berusia diatas 15 tahun, yang dalam beberapa tahun lagi akan
menentukan bagaimana nasib bangsa ini. Di usia ini anak sudah memiliki sifat
kelaki-lakian dan sudah bisa beraksi, peran keayahan semakin dibutuhkan. Yang harus
dipahami, benarkah remaja atau pemuda merupakan era perusak? Mari kita lihat
fakta-fakta yang ada. Pertama, usia ini adalah usia potensi mendapatkan titik
paling melekat kepada Allah. Hal ini dapat kita lihat dibanyak siroh, dimana
anak muda banyak yang menjadi pengikut Rasulullah. Kedua, di usia ini ternyata
remaja sudah memiliki kesadaran yang kuat dan tinggi akan nilai-nilai
kebenaran, kebaikan, keindahan. Ketiga, nilai individu dan sosial mulai
terintegrasi utuh dalam kepribadian. Keempat, perilaku sudah mengakar kuat dan
cenderung bersifat tetap. Kelima, konsep diri yang menguat.
Contoh Pemuda Hebat Dari
Sahabat Berdasarkan Usianya
Usia 15 tahun. Abdullah bin Umar
ikut dalam jihad pertamanya di Perang Uhud setelah sebelumnya di Perang Badar ditolak
karena masih berusia 14 tahun dan Imam Syafi’i menjadi mufti.
Usia 16 tahun. Zaid bin Tsabit
ikut jihad pertama kali di Perang Khandak setelah ditolak pada Perang Badar
karena usianya baru 12 tahun.
Usia 17 tahun. Bukhari mendalami
hadits dari para gurunya dan Abu Hamid al-Isfirayini menjadi Mufti.
Usia 18 Tahun. Usamah bin Zaid
menjadi panglima perang melawan salah satu pasukan Romawi dan menang dan
Bukhari mulai menulis.
Usia 22 tahun. Zaid bin Tsabit
memimpin tim pengumpulan mushaf al-Qur’an dan Sultan Muhammad al-Fatih menjadi
sultan Turki Utsmani.
Usia 23 tahun. Umar bin Abdul
Aziz menjadi gubernur Madinah.
Anakmu Buka Milikmu Lagi
Cek kaca spion dan fokus kaca
depan, maksudnya lihat lagi perkembangan anak laki-laki kita, apa yang menjadi
kekurangannya saat ini, untuk kemudian kita bantu anak kita memperbaiki dan
melengkapinya untuk persiapan menghadapi kehidupan nyata di masa yang akan datang.
Buka akses ayah bunda agar anak ayah bunda bisa dengan mudah menghubungi ayah
bunda. Persiapkan dalam menghadapi tantangan baru, Real Stage Real Life,
sadarlah kita kalau anak-anak kita sudah akan memasuki fase yang baru. Bantu
anak kita dalam proses mentoring, mulailah dari mentoring spiritual atau agama
agar anak kita bisa lebih mulus dalam menjalani real stage and real life,
misalnya melalui halaqah atau yang lainnya.
Anak Laki-Laki dan Lingkungan
: Clique & Crowd
Setidak-tidaknya anak laki-laki
akan masuk, atau kita yang akan masuk,atau orang lain yang akan menyiapkan anak
laki-laki pada proses transisi. Ada dua yang dihadapi anak kita pada proses
transisinya, yaitu Clique dan Crowd. Clique: anak cenderung membentuk
pertemanan yang ditandai adanya hubungan yang akrab, loyalitas, dan saling
berbagi. Bentuk hubungannya lebih timbal balik, lebih seimbang, kegiatan
Bersama dan lebih stabil. Clique ini cenderung lebih mudah kita pantau sebagai
orang tua. Diantara contoh Clique adalah main games bareng, ngaji Bersama, main
bola bersama.
Crowds: kelompok sosial heterogen
yang lebih besar yang terbentuk bukan karena interaksi pribadi, melainkan
akibat adanya persepsi terhadap reputasi, citra, atau identitas. Diantara
contoh crowd adalah lingkungan tempat tinggal, latar belakang etnis, status
sosial di kalangan teman sebaya, kemampuan, minat, atau gaya hidup.
Yang Harus Kita Lakukan
Lepas! Kendali tetap ditangan
Ayah. Kendali yang paling bagus adalah membangun kekaguman dan respect anak
ayah ke ayah. Jangan kita melepas anak kita, tapi kita membangun ketakutan,
misalnya ayahnya selalu bilang.. hati-hati.. awas lho.. dan sejenisnya.
Simulasikan dengan ayah tetap
memberikan contoh dan guidance, untuk kemudian kita lepas anak kita
melakukannya. Role Being (Hands On Mind On).
Perjalanan Menuju Laki-Laki
Dewasa
13/14 Tahun Fase
RESTRUKTURISASI 2. Periksa proses download kelaki-lakian anak kita. Tambah yang kurang. Kemudian mulai kenalkan
mentor. Mentor yang ayah dan bunda betul-betul tau keberagamaan mentor
tersebut. Mentor boleh lebih dari 1 orang.
14/16 Tahun Fase MENTORING.
Jembatan menuju dewasa. Dibawah pengawasan ayah. Bukan sekedar guru
17/20 Tahun Fase Magang.
Lingkungannya akan lebih heterogen. Tanpa mentor. Ayah bunda tetap diawasi
Persiapkan semuanya dengan baik,
karena siap atau tidak siap fase ini pasti akan datang. Tinggal apakah kita mau
memulai mempersiapkan kelaki-lakian anak kita atau dimulai orang lain. Satu hal
yang perlu diingat, perkembangan anak laki-laki tidak bisa menunggu!
Segara ATUR POSISI, Ayah
Dimana, Ibu Dimana, Orang Ketiga (Mentor) dimana. Ayah bunda juga harus kompak,
mulai dari pemahaman hingga pola asuh. Anak boleh keluar, akan tetapi roadmap
standar harus tetap dijadikan acuan, dimana roadmap untuk laki-laki mengacu
ke keluarga Ibrahim yang ujungnya Ismail dan perempuan mengacu ke keluarga
Imron yang ujungnya Mariam. Diskusikan selalu dan infokan ke mentor dan tempat
magang anak kita tentang roadmap yang kita inginkan.
Intention, Attention,
Connection. Koneksi anak kita terhadap anak laki-laki kita sangat
tergantung pada niat dan perhatian. Untuk itu ayah bunda perlu untuk menjaga
kembali niat dan jangan kurangi perhatian kepada anak.
Dalam mendidik anak laki-laki
kita perlu diingat kalau kita butuh orang lain, kita perlu membangun sinergi
besar, pastikan rumah sebagai home bukan shelter, lakukan dan kuatkan terus observasi,
evaluasi, dan rekomendasi.
Semoga kita bisa menjadi ayah hebat dan ibu tangguh yang mampu mendidik anak-anak laki-laki kita dengan
pendidikan terbaik sesuai fitrahnya dan menjadikan anak-anak kita menjadi
anak-anak yang juara dengan akhlak yang baik.
*Sumber : Webinar Ayah Irwan Rinaldi dan Ustadz Bendri Jaisyurrahman