Rabu, 01 Juni 2011

Mengapa Saya Keluar Dari Syiah

Saya sengaja membeli buku Mengapa Saya Keluar Dari Syiah, karena saya berharap buku ini dapat menjadi penetralisir setelah saya membaca buku Sejarah Para Pemimpin Islam yang sangat kental muatan Syiahnya. Penulis buku ini sendiri, Sayyid Husain Al-Musawi, adalah seorang ulama besar Syiah yang lahir di Karbala dan belajar di Hauzah (kota ilmu) di Najaf hingga mendapat gelar mujtahid. Dia juga memiliki kedudukan yang istimewa di sisi Imam Ayatullah Khomeini. Selama mendalami Syiah, Sayyid Husain mengalami kebingungan karena mendapati banyaknya pertentangan dalam kitab-kitab yang diajari Syiah. Awalnya ia mencoba untuk berpikir positif bahwa hal ini terjadi karena pemahaman beliau belum mendalam, akan tetapi semakin ia mendalami justru semakin menguatlah keraguannya akan kebenaran ajaran Syiah, hingga akhirnya memutuskan keluar dari Syiah dan menuliskan kesesatan Syiah dalam sebuah buku.

Sayyid Husain menyadari bahwa dengan menulis buku ini, maka resiko kematian dapat menghampirinya kapan saja, seperti yang pernah di alami oleh beberapa ulama Syiah yang keluar dari aliran ini. Beberapa diantara mereka ada yang disembelih dan dicincang mayatnya menjadi beberapa potong, seperti yang dialami Ayatullah Uzma Imam Sayyid Abul Hasan Al Ashfani dan Sayyid Ahmad Al Kasrawi. Dan seperti apa yang telah Sayyid Husain perkirakan, setelah menulis buku ini maka ia pun mengalami berbagai fitnah dan tuduhan, mulai dari dicabutnya gelar kelimuannya, dianggap murtad, hingga akhirnya dibunuh. Padahal apabila ia menginginkan kesenangan duniawi, maka ia bisa mendapatkan kesenangan tersebut dari Mut’ah dan Khumus.

Apa dan bagaimanakah paham Syiah yang coba dibongkar oleh Sayyid Husain melalui buku ini? Berikut akan coba saya gambarkan secara ringkas.

Abdullah Bin Saba. Doktrin Syiah menyatakan kalau Abdullah bin Saba adalah tokoh fiktif yang diciptakan ahlusunnah untuk menjelek-jelekkan syiah. Benarkah doktrin tersebut? Ternyata dalam banyak kitab, termasuk kitab syiah, justru menyatakan sebaliknya. Abdullah bin Saba adalah tokoh yang benar-benar ada, nyata, dan bukan tokoh fiktif. Tokoh ini adalah seorang Yahudi yang mendirikan aliran syiah.

Ahlul bait. Keyakinan yang tersebar di kalangan pengikut syiah adalah pengutamaan terhadap ahlul bait. Madzhab Syiah semuanya dilandaskan atas kecintaan kepada ahlul bait. Akan tetapi benarkah mereka benar-benar mencintai ahlul bait? Ternyata dalam banyak riwayat syiah yang banyak terjadi justru sebaliknya, banyak riwayat mereka yang justru menghina Rasulullah SAW dan ahlul baitnya. Dan bahkan pembunuhan Hussain bin Ali erat kaitannya dengan pengkhianatan Syiah. Pertanyaannya kemudian, bagaimana sikap ahlul bait terhadap syiah? Dalam banyak riwayat kita banyak mendapatkan Saidina Ali bin Abi Thalib, Fathimah RA, Hassan dan Hussain, serta Imam-Imam dari kalangan Ahlul Bait justru mengecam perilaku kaum syiah.

Ahlusunnah. Syiah berkeyakinan sahabat telah melakukan kezaliman terhadap ahlul bait, menumpahkan darah mereka, dan menghalalkan kehormatan mereka. Dari sebab itu, para ulama dan mujtahid Syiah menanamkan bahwa musuh mereka yang terbesar adalah ahlussunnah (sunni). Dan oleh karena itu orang sunni dianggap najis dalam pandangan Syiah, hingga kalau dicuci seribu kali pun najisnya tidak akan hilang.

Nikah Mut’ah. Syiah berkeyakinan kalau nikah mut’ah (kontrak) diperbolehkan bahkan mendapatkan pahala bagi yang menjalankan, dengan menggunakan dalil yang seakan-akan berasal dari Rasulullah SAW, seperti ditulis dalam Man La Yahdhuruhu Al Faqih,3/366,"Barangsiapa melakukan mut'ah dengan seorang wanita, dia akan aman dari murka Allah, Yang Maha Memaksa.Barangsiapa melakukan mut'ah dua kali, dia akan dikumpulkan bersama orang-orang baik. Barangsiapa melakukan mut'ah tiga kali, dia akan berdampingan denganku di surga." Atau seperti tercantum pada dalam tafsir Manhaj Ash-Shadiqin,"Barangsiapa melakukan mut'ah satu kali, derajatnya seperti Husain AS. Yang melakukan dua kali, derajatnya seperti Hasan AS. Yang melakukan tiga kali, derajatnya sama dengan Ali Bin Abu Thalib. Dan barangsiapa melakukan mut'ah empat kali, derajatnya sama seperti derajatku". Pertanyaannya kemudian, apabila ada seseorang yang sangat jahat kemudian melakukan mut’ah empat kali, apakah serta merta derajatnya sama dengan Rasulullah?

Begitu besarnya pahala mut’ah, hingga Imam Khomaini melakukan mut’ah pada anak kecil yang masih dibawah umur. Bahkan merebaknya mut’ah menyebabkan terjadinya istilah meminjamkan kemaluan, dimana seorang tuan rumah membolehkan tamu mereka untuk meminjam istri mereka untuk digauli jika tamu tersebut tertarik selama mereka menginap. Mut’ah tidak berhenti pada masalah kawin kontrak saja, karena beberapa riwayat bahkan sampai memperbolehkan sodomi terhadap para wanita.

Khumus. Syiah berkeyakinan kalau mereka harus mengeluarkan seperlima harta dari hasil yang mereka usahakan untuk imam gaib. Pada prakteknya khumus yang dikeluarkan justru menjadi mata pencaharian dan pemasukan para tokoh dan mujtahid dalam jumlah yang sangat besar, padahal nash syariat menunjukkan bahwa kalangan awam orang-orang Syiah terbebas dari kewajiban membayar seperlima harta mereka. Dan dikalangan Mujtahid telah terjadi kompetisi menurunkan persentase khumus yang diambil dari masyarakat agar masyarakat berlomba-lomba untuk menyetorkan khumus pada mereka.

Kitab Suci. Syiah berkeyakinan kalau Al Qur’an yang sekarang beredar sudah mengalami penambahan dan pengurangan. Dan Qur’an yang masih asli adalah Qur’an Fathimah yang saat ini masih tersimpan di suatu tempat, kitab tersebut didiktekan oleh Rasulullah SAW dan ditulis langsung oleh Ali Bin Abu Thalib. Pertanyaannya adalah apabila kitab tersebut benar-benar ada dan mengandung manfaat bagi umat, kenapa kita tersebut disembunyikan dan tidak ada yang tahu? Selain Qur’an mushaf Fathimah, ternyata syiah masih memiliki banyak kitab suci lain seperti Al-Jami'ah, Shahifah An Namus, Shahifah Al-Abithah, Shahifah Dzuabah As-Saif, Shahifah Ali,Al-Juf. Uniknya, atau lebih tepat anehnya isi dari kitab-kitab tersebut selalu bertambah dari waktu ke waktu. Pertanyaannya lagi, jika kitab tersebut merupakan kitab ilahiyah, siapakah yang menambahkan isi kitab tersebut?

Secara umum buku ini cukup bagus, karena membahas tentang Syiah dari sudut pandang Syiah dan dengan sumber kitab Syiah itu sendiri. Masih banyak hal lain yang dibahas dalam buku yang tidak terlalu tebal, mulai dari perilaku homoseks dikalangan syiah, kemunculan imam mahdi yang menyerupai dajjal, dan pengaruh yahudi dan majusi dalam ajaran syiah. Dan semua benar-benar dikuliti dari sudut pandang syiah.

Tidak ada komentar: